OPINI
Demi Cuan, Rela jadi Imigran Gelap
Oleh. Rina Herlina
SSCQMedia.Com- Tim gabungan antara Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) berhasil menggagalkan keberangkatan pekerja imigran non prosedural dalam inspeksi mendadak (Sidak) yang dilakukan di dua lokasi di bandara Soetta, Tangerang. Sebanyak 21 orang perempuan calon pekerja migran non prosedural tersebut berhasil diamankan. Rencananya mereka akan diberangkatkan menjadi pekerja imigran ke Timur Tengah, (news.detik.com, 15-12-2024).
Sungguh prihatin dan sangat disayangkan adanya praktik-praktik penempatan pekerja migran, khususnya ke Timur Tengah, secara non prosedural masih terus berlanjut. Apalagi para calon pekerja tersebut sebagian besar adalah perempuan. Tentu saja ini harus dicegah dan diberantas sampai ke akar-akarnya. Sebab, tidak hanya akan merugikan para calon imigran tersebut, lebih dari itu juga akan merugikan semua pihak. Apalagi reputasi sebuah negara juga dipertaruhkan. Karena Indonesia hakikatnya negara yang kaya akan berbagai sumber daya alam, yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh negara untuk kepentingan masyarakat. Sehingga rakyat tidak harus sampai mencari pekerjaan ke luar negeri.
Untuk mengatasi kasus seperti ini, pemerintah seharusnya menindak tegas siapapun yang terlibat dalam penempatan tenaga kerja yang bersifat non prosedural. Pasalnya, hal ini berpotensi besar membahayakan para calon imigran juga berpotensi terjadi tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
Jika kita teliti lebih dalam, maraknya perempuan yang rela menjadi tenaga kerja imigran ilegal adalah karena keadaan yang memaksa mereka untuk ikut mencari nafkah akibat pendapatan suami yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mendasar. Ya, pemerintah tidak menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai serta upah yang diberikan bagi para pekerja sangat minim. Akibat pendapatan yang tidak mencukupi tersebut, akhirnya para perempuanpun terpaksa turun tangan membantu perekonomian keluarga, salah satunya mereka rela bekerja ke luar negeri karena tergiur dengan gaji besar yang ditawarkan negara luar. Mereka hanya berpikir tentang bayaran besar tanpa mempedulikan keselamatan dirinya.
Keberadaan perempuan seringkali dieksploitasi dan dijadikan tenaga penggerak perekonomian. Tenaga perempuan seringkali tidak dihargai dengan hanya diupah ala kadarnya. Namun karena keadaan ekonomi yang sulit, membuat mereka tidak punya pilihan lain selain mengambil pekerjaan tersebut meski gajinya kecil dan tidak memadai. Yang terpenting bagi mereka adalah menghasilkan uang meski kecil agar dapur tetap ngebul.
Sejatinya, kondisi ini terjadi akibat negara yang tidak berperan dengan baik. Negara abai terhadap keadaan rakyat terutama dalam memenuhi kebutuhan mendasarnya. Negara acuh tak acuh atas kondisi rakyat, padahal memenuhi segala kebutuhan rakyat sejatinya adalah tugas dan tanggungjawab negara.
Dengan dianutnya sistem kapitalisme sekuler saat ini oleh negara, menjadikan kehidupan yang harus dijalani oleh masyarakat kian sulit. Hal ini karena negara tidak lagi menjadikan kepentingan rakyat sebagai prioritas. Setiap kebijakan yang ditetapkan bukan untuk kepentingan masyarakat melainkan segelintir orang. Maka, lengkaplah sudah derita yang harus dialami rakyat akibat negara yang tidak peduli akan kondisinya.
Padahal, di dalam Islam, tugas negara adalah menyejahterakan rakyat bukan menyengsarakannya. Negara wajib memberikan pelayanan terbaik untuk rakyat. Kemaslahatan rakyat merupakan prioritas utama negara.
Apalagi di dalam Islam, perempuan mempunyai posisi yang mulia yaitu sebagai madrasatul ula dan ummun wa rabbatul bayt. Tidak ada kewajiban mencari nafkah pada pundak perempuan. Meski begitu, perempuan tetap boleh bekerja di ranah publik asalkan tidak meninggalkan kewajibannya sebagai seorang ibu dan istri.
Mencari nafkah adalah tugas utama suami. Suami yang baik akan senantiasa berusaha keras dalam mencari nafkah guna menghidupi istri dan buah hatinya. Dia tidak akan mudah menyerah meski kondisi memaksanya untuk jatuh bangun dalam memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Suami yang paham agama (Islam) tidak akan membiarkan istrinya kesulitan apalagi memaksa sang isteri untuk membantunya mencari nafkah. Dia akan berusaha membahagiakan isteri dan anak sekuat tenaganya.
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: Rasulullah shallallau ‘alaihi wasallam berasabda: “Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” Hadits riwayat Tirmidzi dan dishahihkan oleh al-Albani di dalam Ash Shahihah (no. 285).
Payakumbuh, 15 Desember 2024
0 Comments: