Headlines
Loading...

Oleh. Maya Firdaus

SSCQMedia.Com- Seorang remaja berusia 14 tahun, membunuh ayah dan nenek serta menikam ibunya dengan senjata tajam di rumah mereka di Jalan Lebak Bulus I, Cilandak, Jakarta Selatan, Sabtu (30/11/2024) dini hari. (Beritasatu.com, 30/11/2024)

Demikian sepenggal isi berita yang termuat. Kasus anak membunuh orang tua sudah sering terjadi. Seperti halnya kasus yang termuat di detiknews.com (2/12/2024) "Oknum polisi bernama Nikson Pangaribuan alias Ucok tega membunuh ibu kandungnya di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat. Keduanya sempat cekcok sebelum terjadi pembunuhan tersebut." 

Hal ini mengingatkan kita pula pada kasus seorang ibu rumah tangga, Suwati (50) di Desa Tambakrejo, Kecamatan Waru, Sidoarjo ditemukan tewas di kamar rumahnya. Diduga anaknya, berinisial H (30), tega membunuh ibu kandungnya karena tak dibelikan ponsel. (Detiknews.com, 13/11/2024)

Fenomena ini tampaknya menjadi persoalan sistematis. Yaitu, persoalan yang terjadi bukan hanya satu aspek saja, akan tetapi kasus yang berkesinambungan dari beberapa faktor. Ini merupakan efek yang mengerikan, dari sistem yang sekarang diterapkan. Dimana sistem hari ini, merusak fitrah manusia. Menjadikan masyarakat memiliki karakter yang keras dan kasar.

Faktor Penyebab

Menurut saksi, kasus pembunuhan dikarenakan ambisi keluarga yang menyebabkan si pelaku frustasi dan stress. Selain itu masih banyak faktor yang menyebabkan generasi yang terkesan sadis.

Hal ini tidak terlepas dari sistem saat ini. Faktor tersebut antara lain: Pertama, pola asuh keluarga. Visi misi keluarga yang sejatinya harus bersandarkan Islam, nyatanya makin hilang dalam sistem Kapitalis ini. Banyak orang tua yang mendidik anak dan mengukur keberhasilan anak berdasarkan materi. Tak jarang orang tua menjadikan anak sebagai pengganti ambisi orang tua tanpa melihat kemampuan anak. 

Kedua, pengaruh lingkungan sekolah dan masyarakat. Maraknya tindak kriminal di lingkungan sekitar, seolah menjadi hal biasa. Sekolah yang sejatinya membentuk karakter anak agar anak menjadi pribadi yang saleh atau salihah, tapi di sistem kapitalis ini, telah melunturkan hal tersebut. Menormalisasi perilaku yang menyalahi aturan Islam, seperti pacaran, hedonis, bahkan perzinahan. 

Ketiga, kurangnya kontrol negara. Peran negara sebagai kontrol dan pengawas kurang efektif. Masih banyak konten dan tontonan negatif yang dapat merusak generasi. Selain itu, kurikulum pendidikan yang hanya berfokus pada pencapaian yang bernilai materi saja. Sehingga para orang tua berlomba-lomba agar anak mereka menjadi yang terbaik bagaimanapun caranya.  (muslimahnews.com, 4/11/2024)

Sistem Islam

Pada sistem Islam, negara bertanggung jawab penuh atas masyarakat. Negara wajib menjalankan kewajibannya sebagai ra’in (pengurus dan pelayan rakyat). Dengan itu maka generasi cerdas dan bertakwa akan terbentuk. Pada sistem Islam, penerapan kurikulum pendidikan akan berdasarkan akidah Islam dan ditujukan untuk membentuk generasi yang unggul dan memiliki pola sikap dan pola pikir yang sesuai Islam.

Terbentuknya pola sikap dan pola pikir yang Islami pada generasi muda, maka akan tercipta pula sistem sosial dan pergaulan yang islami. 

Selain itu, kontrol masyarakat akan berjalan dengan baik dan semestinya. Masyarakat akan membiasakan diri untuk ber-amar makruf nahi mungkar. Kontrol negara pun akan berfungsi dengan sempurna. Negara akan memblokir semua konten dan tayangan yang kurang mendidik dan merusak generasi muda, serta media yang menyerukan kemaksiatan dan apa saja yang menyalahi syariat Islam.

Sistem Islam juga menerapkan sanksi yang tegas pada pelaku kriminal, sesuai syariat Islam. Sanksi dalam Islam bersifat jawabir (penebus) dan jawazir (pencegah). 

Dengan penerapan sanksi Islam, maka akan ada efek jera bagi pelaku. Sehingga tidak akan ada lagi, kriminalitas dan kemaksiatan. Hal demikian hanya dapat di temui apabila sistem Islam diterapkan. Hanya dengan penerapan sistem Islam generasi terbaik akan terbentuk. [US]

Baca juga:

0 Comments: