Headlines
Loading...
Generasi Sadis, Produk Penerapan Sistem Kapitalis

Generasi Sadis, Produk Penerapan Sistem Kapitalis

Oleh. Umi Hafizha 

SSCQMedia.Com- Sungguh miris, perilaku kriminal yang dilakukan generasi hari ini makin sadis dan kejadiannya terus berulang. Ini membuktikan bahwa penjagaan negara terhadap pembentukan karakter generasi masih sangat jauh dari apa yang diharapkan. Sebab, saat ini anak usia belia sudah berani melakukan berbagai kriminalitas. Kriminalitas yang terjadi sudah berulang kali dilakukan dan sudah menjadi sebuah fenomena sehingga menjadikan anak berhadapan dengan hukum. 

Kasus terbaru terjadi di Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan, seorang remaja berinisial MAS berusia 14 tahun membunuh ayah dan neneknya, serta menikam ibunya dengan senjata tajam di rumah mereka di jalan Lebak Bulus 1, Cilandak, Jakarta Selatan pada Sabtu, 30/11/2024, dini hari. Aparat kepolisian di Jakarta Selatan terus menyelidiki apa motif di balik pembunuhan yang dilakukan oleh MAS. Meski sempat mengaku sulit tidur dan mendengar bisikan-bisikan yang mengganggu pada Sabtu dini hari (30/11/2024). Para penyidik tidak berhenti di keterangan tersebut. Pihak kepolisian terus mendalami keterangan para saksi untuk mengetahui motif pembunuhan secara pasti. Pada Senin, 2 Desember 2024, pihak kepolisian akhirnya memutuskan penetapan status tersangka terhadap pelaku pembunuhan ayah dan nenek tersebut (detiknews, 03/12/224).

Banyaknya kasus pembunuhan yang dilakukan oleh anak menunjukkan telah terjadi problem sistematis. Problem ini tentu tidak bisa diselesaikan hanya dengan memperbaiki kepribadian individu anak semata. Karena banyak faktor penyebab anak berkonflik dengan tindakan hukum yang semua saling berkaitan. 

Seluruh faktor penyebab tersebut sangat erat kaitannya dengan sistem kapitalisme-sekularisme yang dijadikan asas untuk mengatur negeri ini. Lahirnya kepemimpinan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan, telah merusak fitrah manusia, dan telah mengubah karakter masyarakat menjadi masyarakat yang terbiasa dengan kekerasan atau kriminalitas.

Karakter generasi yang kita saksikan hari ini adalah buah dari seluruh kebijakan dan hukum yang lahir dari sistem kapitalis. Sistem pendidikan sekuler tentu akan melahirkan kurikulum pendidikan sekuler. Bagaimana mungkin kurikulum pendidikan sekuler yang mengabaikan peran agama dalam kehidupan mampu mencetak generasi beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. Meskipun orang tua yang menyekolahkan anaknya sangat mengharapkan terbentuknya kepribadian mulia pada anak mereka, tentu mustahil terjadi jika sistem pendidikan masih di bawah kendali sistem kapitalisme yang bervisi materi.

Negara tidak menjalankan fungsinya sebagai pengurus rakyat termasuk dalam menyelenggarakan sistem pendidikan. Alhasil, pendidikan tidak diposisikan sebagai layanan yang wajib disediakan oleh negara dengan tujuan mulia, yakni membina kepribadian dan menjaga kesehatan mental generasi tetapi pendidikan diposisikan sebagai objek komersial yang membutuhkan biaya mahal untuk mengaksesnya. Kalaupun ada sebagian yang mampu mengaksesnya mereka hanya disiapkan untuk menjadi budak korporat. 

Inilah gambaran layanan pendidikan dalam sistem kapitalisme yang jauh dari terwujudnya kemaslahatan bagi rakyatnya. Generasi telah menjadi korban kelalaian negara yang seharusnya berperan sebagai pengurus rakyat. Suatu kemustahilan munculnya pemimpin bertakwa sedangkan kepemimpinan yang dijalankan atas umat adalah kepemimpinan sekuler.

Sesungguhnya permasalahan generasi akan tuntas di bawah kepemimpinan Islam yang memposisikan pemimpin sebagai ra'in yang bertanggung jawab atas rakyatnya termasuk membangun generasi. Para pemimpin dalam Islam memahami bahwa tanggung jawab mengurus urusan rakyat akan diminta pertanggungjawaban hingga akhirat. Rasulullah saw. menjelaskan dalam sebuah hadis: "Tidaklah seorang manusia yang diamanahkan Allah Swt. untuk mengurus urusan rakyat, lalu mati dalam keadaan ia menipu rakyatnya, melainkan Allah mengharamkan surga baginya." (HR. Bukhari).

Kepemimpinan Islam memiliki tanggung jawab dalam melahirkan generasi cemerlang yang berkualitas melalui penerapan berbagai sistem kehidupan sesuai dengan syariah Islam. Sebab Allah telah membatasi hukum-hukum yang wajib dijalankan dan diterapkan oleh pemimpin, yaitu hukum-hukum Islam saja bukan hukum yang lainnya. Namun, Allah memberikan hak kepada penguasa untuk berijtihad meski kemungkinan salah, tetapi Allah sangat menekankan pembatasan hukum dengan Islam. Allah Swt. berfirman: "Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka dengan apa yang telah diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka." (QS. Al-Maidah: 49).

Oleh karena itu, dalam kepemimpinan Islam mengharuskan negara untuk membangun sistem pendidikan yang berasaskan akidah Islam. Kepemimpinan seperti ini akan jauh dari kepemimpinan zalim yang abai terhadap kemaslahatan rakyatnya, termasuk jauh dari kepemimpinan populis otoritarian yang mengklaim mendukung rakyat, namun nyatanya bersikap sewenang-wenang atau otoriter dengan mengutamakan kepentingan sendiri dan kelompoknya.

Sistem pendidikan Islam yang diterapkan khalifah di bawah sistem politik dan sistem ekonomi Islam akan menghadirkan pelayanan terbaik bagi umat, mulai dari pendidikan gratis hingga kualitas pendidikan yang menghasilkan generasi beriman dan bertakwa yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berjiwa pemimpin.

Sejarah panjang penerapan Islam telah membuktikan lahirnya banyak sosok ilmuwan yang juga menguasai ilmu agama dan optimal berkiprah dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tentu semua ini tidak terlepas dari hadirnya penguasa yang memberikan perhatian yang besar dalam kemajuan ilmu dan peradaban Islam serta penerapan aturan kehidupan yang bersumber dari Islam.

Wallahualam bissawab. [An]

Baca juga:

0 Comments: