Kisah Inspiratif
Hikmah dari Bersikap Sabar
Oleh. Eka Suryati
SSCQMedia.Com- Sabar sebuah kata ringan di lidah, namun berat dalam tindakannya. Betapa kita terkadang tidak bisa bersikap sabar dalam menghadapi suatu masalah atau musibah. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan sabar itu? Mulailah diri ini mencari arti sabar. Ternyata sabar itu adalah sikap menahan diri dari hal-hal yang ingin dilakukan, menahan emosi, dan bertahan serta tidak mengeluh pada saat sulit atau sedang mengalami musibah. Kalau bahasa mudahnya sabar itu tidak gampang marah, tidak emosian, bisa menahan diri dari melakukan tindakan yang gegabah, begitu sih definisi sabar menurutku.
Banyak hal yang kita lakukan dan itu mengandung konsekuensi. Misalnya saja, kalau kita ingin pintar, tentu saja kita harus sabar dalam menuntut ilmu. Setiap hari kita harus berangkat sekolah, belajar dengan tekun dan tidak membolos. Kalau kita melakukan semuanya dengan sabar, maka pada saat kenaikan kelas atau kelulusan sekolah kita akan memperoleh hasil yang baik.
Sabar dalam Hijrah
Terlahir dari keluarga Islam adalah kebahagiaan tersendiri bagiku. Kita tidak perlu repot-repot menjemput hidayah Islam karena secara otomatis sejak lahir kita sudah menjadi orang Islam. Namun ternyata banyak hal yang belum kita lakukan padahal itu adalah sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan. Salah satunya adalah kewajiban menutup aurat menurut tuntunan Al-Qur'an, yaitu berhijab.
Diriku tidak berhijab sejak kecil, bahkan setelah baligh belum juga menggunakan baju takwa karena memang belum tahu kalau itu adalah kewajiban bagi seorang muslimah. Namun setelah mengetahuinya segera bergegas mengambil jalan hijrah itu. Alhamdulillah, setelah mengalami berbagai pertimbangan dan proses yang tidak mudah maka aku mulai berhijab. Apakah mudah menjalaninya di saat lingkungan tidak atau belum mendukung? Ternyata tak semudah yang kita bayangkan.
Banyak rintangan yang kita hadapi, bahkan dari orang-orang terdekat kita. Pernah saudara sampai berucap, anak tentara kok bajunya seperti itu. Memang di lingkunganku saat itu merupakan hal yang aneh menggunakan baju seperti itu. Banyak juga yang menganggap baju yang aku pakai akan menghalangi diriku untuk memperoleh pekerjaan. Lagi-lagi pikiran seperti itu terlahir karena belum menyadari fitrah dari seorang wanita yaitu menjadi Ibu rumah tangga. Pemikiranku pun berproses ketika sudah tamat sekolah, tentu saja harus bekerja. Dan memang baju takwa ku ini menjadi penghalang aku untuk bekerja. Banyak penolakan yang diberikan karena hijabku. Namun berkat kesabaran dan keteguhan hati aku bertahan tetap menggunakannya hingga saat ini.
Ya Allah, besar sekali hikmah yang telah kau berikan. Aku tak tahu apa jadinya jika saat itu aku tidak sabar untuk bertahan, mungkin baju takwaku itu sempat terlepas setelah dengan susah payah mengupayakannya. Tak ada yang dapat kulakukan selain rasa syukur kepada Allah atas nikmat Islam dan nikmat hidayah yang telah diberikan kepadaku.
Dan pada akhirnya berkat kesabaranku dalam menyikapi perkataan orang-orang tentang hiijabku ini, aku justru diberikan Allah pekerjaan yang jauh lebih baik dari yang telah kulamar kesani-sini selama ini. Sesuatu yang hampir mustahil pada saat itu karena untuk bisa lulus tes CPNS, katanya harus mengupayakan sejumlah uang. Namun dengan keyakinan penuh bahwa jika hal ini baik bagiku maka Allah yang akan memberikan pertolongan. Bagaimanapun upaya orang-orang untuk menggagalkannya tak akan bisa. Tapi dibalik itu aku juga bersiap dan meyakinkan diri, seandainya tidak lulus maka memang itu yang terbaik bagiku. Dan akhirnya aku berhasil lulus tanpa uang sogokan sedikitpun.
Sabar Dalam Menanti Sang Buah Hati
Menikah adalah bagian dari tahapan yang aku lalui dalam hidup. Aku sangat bersyukur karena Allah telah menganugerahiku tiga buah hati dari pernikahanku. Namun sebelum kelahiran anak pertamaku yang kami beri nama Sultan Bani Hakim ada ujian kesabaran yang harus aku dan suami lalui.
Setelah beberapa bulan menikah tentunya ada keinginan untuk segera memiliki momongan.
"Sudah mulai mengandung belum," kata beberapa kerabat kepada kami.
Suami menjawab dengan senyum, "Belum. Tidak apa-apa, kami masih disuruh untuk memperpanjang bulan madu."
Aku menjadi tersenyum dibuatnya. Plong rasa hati ini, mendengar jawaban dari suami.
"Tidak harus buru-buru kok, santai aja," mertua ikut menjawab.
Hal inilah yang menguatkan hatiku, walaupun sekian bulan belum juga ada tanda-tanda kehamilan, namun orang-orang terdekat selalu menguatkan hatiku.
Dalam gundahku menanti saat-saat indah mengandung sang buah hati, aku memanjatkan doa kepada Allah. Dalam setiap doa setelah usai salat maka doa-doa kulangitkan agar Allah memberiku anugerah yang sangat indah itu. Dalam QS. Al-Baqarah ayat 45, Allah berfirman:
ÙˆَاسۡتَعِÙŠۡÙ†ُÙˆۡا بِالصَّبۡرِ ÙˆَالصَّÙ„ٰوةِ ؕ ÙˆَاِÙ†َّÙ‡َا Ù„َÙƒَبِÙŠۡرَØ©ٌ اِÙ„َّا عَÙ„َÙ‰ الۡØ®ٰØ´ِعِÙŠۡÙ†َۙ
"Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk."
Ketika membaca ayat tersebut, hati ini menjadi tenang. Apalagi kalau kita membacanya setelah salat dan berdoa, keyakinan akan pertolongan Allah semakin besar. Aku yakin hanya menanti waktu yang tepat maka Allah akan memberiku anugerah yang sangat indah tersebut, yaitu seorang anak sebagai amanah dari-Nya.
Waktu berlalu, akhirnya memasuki bulan Ramadan. Setelah beberapa hari berpuasa, suami mulai bertanya. Rupanya beliau cukup telaten juga memperhatikan jadwal tamu bulananku. Suatu hari ia bertanya padaku.
"Masih puasa, Dek," tanya suami padaku.
Sambil lalu aku menjawab, "Masih, Bang."
Suami tersenyum penuh arti. Tapi saat itu diri ini belum fokus pada pertanyaannya tersebut sehingga tidak menjadi pikiranku.
Setelah beberapa hari berlalu dan mulai ada tanda-tanda kehamilan maka suami menyuruh periksa kehamilan. Ah, ada rasa takut, cemas, namun penuh harap dalam hatiku. Tapi aku bertekad untuk memeriksakan diri. Setelah dilakukan rangkaian pemeriksaan, diriku dinyatakan positif hamil. Ya Allah, alangkah senangnya diriku, lenyap semua ketakutan, kecemasan yang melanda hati. Aku bersyukur kepada Allah atas semua anugerah yang diberikan kepadaku. Benar sekali janji Allah yang menyuruh kita untuk sabar dan salat dalam memohon pertolongan dari Allah. [Hz]
Kotabumi, 12 Desember 2024
0 Comments: