Kisah Inspiratif
Ibu Tangguh, Penyelamat Keluarga Menuju Surga-Nya
Oleh. Ummi Fatih
SSCQMedia.Com- Semua orang pasti sadar akan peran hidupnya di dunia ini. Seorang lelaki berposisi sebagai seorang ayah yang bertugas mencari nafkah. Sedangkan seorang wanita berposisi sebagai seorang ibu dengan tugas mendidik anaknya dan menjalankan berbagai tugas rumah tangga. Karenanya, sejak kecil pun anak-anak manusia jika sedang bermain seringkali menjalankan peran tersebut melalui pengamatan mereka dari aktivitas orang tuanya setiap hari. Seperti anak-anak perempuan yang bermain masak-memasak yang mereka anggap sebagai latihan peran seorang ibu kelak.
Mirisnya, ketika di saat ini masalah ekonomi semakin meningkat hingga membuat para wanita lebih memilih untuk berkarir demi membantu para suaminya mencukupi kebutuhan rumah tangga, terutama untuk kebutuhan anak-anak mereka.
Pada situasi demikian, ada seorang wanita yang sejak kecilnya menyadari hal tersebut.
Bahkan, ketika ia tumbuh menjadi gadis remaja, ia pun semakin menyadari masalah ekonomi masyarakat di sekitarnya. Kebetulan sahabatnya putus sekolah akibat orang tuanya tidak mampu lagi membiayai. Maka, sejak saat itu ia bertekad rajin belajar menuntut ilmu di sekolahnya agar kecerdasan akalnya dapat menjadi modal karir yang berguna untuk mengisi kantong keuangan rumah tangganya kelak.
Dan benar, ia ternyata langsung berhasil menjadi wanita karir setelah tamat menyelesaikan pendidikannya. Sehingga saat ia dilamar seorang lelaki dalam ikatan pernikahan, ia menjadi mampu membantu suaminya untuk mencukupi kebutuhan ekonomi rumah tangganya.
Namun demikian, ia merasa stres berat menilik kebutuhan psikologi dan agama dalam keluarganya. Sebab kesadaran akan tanggung jawabnya menjalankan peran ibu dan istri berkualitas masih sulit ia jalankan. Selain karena ilmu rumah tangganya, seperti resep masak-memasak yang sedikit, membuatnya merasa sangat malu ketika suaminya datang berkerja sering bertanya, “Beli menu apa hari ini, Sayang?” Wanita itupun menjadi tersenyum kecut.“Ya, itu,” jawabnya sambil menunjuk makanan yang dibelinya dari warung dekat kantor kerjanya.
Ilmu agama Islamnya pun rendah, sehingga tidak bisa mengarahkan anaknya menjadi sosok bertakwa yang ia harapkan dapat menuntunnya menuju surga. Bahkan akibat kelemahan pendidikan religiusnya itulah yang membuat anaknya tidak memiliki nilai kesopanan dalam dirinya. Hingga pernah suatu kali saat wanita itu mengingatkan anaknya untuk berhenti bermain game, ternyata anaknya itu justru berani berkata kasar yang menyayat hatinya.
Untungnya, pada suatu hari ia berjumpa lagi dengan sahabatnya yang pernah putus sekolah beberapa tahun lalu. Dan dari perjumpaannya itulah ia temukan jalan keluar akan berbagai masalah yang ia hadapi. Karena sahabatnya tersebut memberikan banyak petunjuk hidup bermanfaat.
Meski sang sahabat itu tidak berhasil meraih gelar membanggakan diatas kursi pendidikan untuk menjadi wanita karir sepertinya, ternyata sahabatnya berhasil menimba ilmu agama Islam yang sempurna. Sehingga rumah tangganya menjadi harmonis bersama suami dan anak-anaknya.
Bahkan, masalah ekonomi yang sempat membuat suram kehidupannya di masa lalu dapat tercerahkan dengan teknik ekonomi Islam yang membuatnya berhasil mendirikan payung usaha mandiri bersama suaminya untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga mereka.
Dalam teknik mendidik anak-anak yang seringkali membuat emosi para ibu meningkat karena tingkah laku buruk anaknya, sahabatnya itu dapat memberikan petunjuk islami yang bisa membuatnya bersabar, dan berhasil menasehati anaknya.
Sebagaimana sejak ia menjalankan teknik pendidikan Islam yang memposisikan seorang ibu sebagai sekolah pertama bagi anak-anaknya, ia menjadi rajin mengajarkan kisah-kisah inspiratif Islam sebelum tidur bagi anaknya yang masih berusia delapan tahun. Dengan begitu, bibit keimanan anaknya pun mulai tumbuh.
Misalnya, ketika beberapa hari lalu anaknya sedang beraksi manja, ingin dilayani tanpa mau mengerjakan sendiri tugasnya, ternyata sangat ampuh dinasihatinya dengan kalimat, “Lho, kalau kamu nyuruh-nyuruh terus, nanti kayak Fir’aun yang cuma nyuruh dan marah-marah. Kalau kayak Fir’aun begitu bakal diazab Allah di dunia dan disiksa di neraka. Apa mau?” Segera anaknya itu tersentak, teringat kisah Nabi Musa dan Fir’aun yang semalam diceritakan padanya. Lalu, ia jadi segera merapikan sendiri bekas permainannya.
Kemudian, ketika sahabatnya pernah membahas tentang suatu hadis Rasulullah saw yang ditanya oleh sahabat: “Siapakah wanita yang paling baik?” Rasulullah pun menjawab, “Yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, menaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci.” (HR. An Nasa’i dan Ahmad)
Maka, ia pun menjadi bersemangat mempelajari berbagai teknik perdapuran bersama sahabatnya yang lebih berpengalaman. Hal itu agar ia dapat menyenangkan hati suaminya dan berhasil meraih gelar wanita terbaik dari Sang Maha Pencipta yang akan membuat hatinya sendiri merasa bahagia.
Akhirnya, pada suatu hari, ia berusaha menghangatkan hubungan dengan suaminya melalui menu makanan yang ia masak sendiri dalam suatu resep masakan ikan kuah kuning Pallumara khas Makasar.
Alhamdulillah, dengan resep sederhana itu hadirlah suatu citarasa istimewa yang membuat suaminya bangga padanya. Sehingga dia berkata, “Nah, kalau masak sedap sendiri begini, lidahku merasa nikmat dan nafsu makanku makin meningkat."
Sayangnya, ketika ia sudah mulai berhasil menyusun keluarga harmonis dengan teori petunjuk Islam, ternyata muncul serangan bahaya sistem sekuler kapitalisme yang dianut negeri ini. Sehingga, kebahagiaan yang penuh berkah pun terancam sirna. Seperti, dalam materi pelajaran dan tugas sekolah yang saat ini semakin memberatkan, membuat anaknya jadi sering marah dan malas beribadah.
"Ayolah sholat Isya', Nak. Sudah jam 9 sekarang, "katanya mengingatkan.
"Aduh, masih capek, banyak PR, Bu. Nanti aja," sanggah anaknya. Mendengar sanggahan anaknya itu, ia jadi khawatir nilai keimanan anaknya menurun.
Kebersamaan hangat dengan suaminya juga terancam. Karena dunia kerja yang dipengaruhi sistem kapitalisme sekuler membuat kesibukan waktu mereka meningkat, membuat mereka juga sulit berjumpa di rumah.
Ya, dari berbagai kondisi berbahaya itu, ia menjadi sadar bahwa memang kebahagiaan rumah tangganya tak pernah bisa aman dari bahaya, jika semua petunjuk dari Allah Swt. tidak diterapkan oleh semua umat manusia. Baik dalam payung keluarga secara pribadi, masyarakat secara umum, hingga negara secara resmi.
Akhirnya, sejak itulah ia pun semakin rajin menimba ilmu islam dan bergaul dengan orang-orang saleh bersama sahabatnya. Selain itu, ia juga menjadi rajin menyerukan kebenaran yang telah ia timba pada semua orang di sekitarnya, tak hanya suami dan anaknya, namun termasuk juga teman anak-anaknya ketika ia menjumpai mereka.
Semua itu tak hanya demi melindungi keluarga yang dicintainya dari jebakan kehidupan sekuler kapitalisme. Namun, lebih karena ia berharap bisa menjadi sosok ibu mulia dalam kacamata Allah Swt. yang selalu menilai dengan teliti semua amal perbuatan hamba-Nya. []
0 Comments: