OPINI
Kasus Penjualan Bayi Berulang, Buah Penerapan Sistem Kapitalis
Oleh. Indri Wulan Pertiwi
(Aktivis Muslimah Semarang)
SSCQMedia.Com- Belum lama ini, masyarakat Indonesia dihebohkan oleh berita yang tersebar luas di berbagai media mengenai kasus penjualan bayi yang dilakukan oleh dua bidan asal Jogjakarta. Kisah tragis tentang penjualan bayi ini tidak lepas dari campur tangan faktor-faktor kompleks yang mencerminkan realitas sosial kita saat ini. Masalah ekonomi, pergaulan bebas, hingga meningkatnya perilaku seks bebas serta erosi nilai-nilai moral dan kemanusiaan, semuanya turut berperan dalam kasus tragis ini.
Dan masyarakat lebih terkejut tatkala mengetahui penjualan bayi tersebut diketahui oleh orang tua bayi. Kita sebagai manusia seakan dihadapkan pada realitas kekejaman dan kurangnya empati. Sekaligus bertanya-tanya mengenai perilaku penjual dan para orang tua bayi yang menempatkan uang di atas kehidupan balita tak berdosa, yang notabene darah daging mereka sendiri, mengejutkan kita, untuk mempertanyakan kedalaman kemanusiaan dan moralitas dalam masyarakat kita saat ini.
Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah mengungkap kasus perdagangan bayi yang dilakukan oleh dua bidan bernama JE (44) dan DM (77). Mereka telah menjual sekitar 66 bayi sejak tahun 2010. Mereka mematok tarif berbeda untuk bayi perempuan dan laki-laki, dengan harga mencapai puluhan juta rupiah. Mereka menjalankan aksi kejahatan di klinik Rumah Bersalin Sarbini Dewi, Yogyakarta, dengan modus menawarkan jasa perawatan bayi untuk mencari target penjualan. Mereka juga membantu proses adopsi secara ilegal untuk bayi-bayi yang mereka jual. Orang tua yang menyerahkan bayi kepada mereka mengetahui bahwa bayi mereka dijual kepada orang lain. Para pengadopsi berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Dalam hukum di Indonesia, tindakan mereka melanggar UU Perlindungan Anak, dengan ancaman hukuman penjara maksimal 15 tahun dan denda Rp300 juta. (republika.co.id,12/12/2024).
Sungguh miris! Berita tentang kasus penjualan bayi ini mengundang kita untuk melihat jauh ke dalam kegelapan manusia. Bagaimana mungkin orang tua bisa sampai pada titik di mana uang lebih berharga daripada kehidupan anaknya sendiri? Ketika kasus semacam itu terungkap, kita terguncang oleh ketidakpedulian yang mendasari tindakan para orang tua bayi yang seharusnya menjadi pelindung, menjadi agen kehidupan bagi anak-anak mereka, tiba-tiba mengubah peran mereka menjadi pedagang yang kejam, menukarkan darah dagingnya demi keuntungan finansial.
Tindakan keji ini berakar pada masalah yang kompleks, dimulai dari kemiskinan dan keputusasaan, memperlihatkan konsekuensi buruk, buah ketimpangan ekonomi dan kelalaian sosial sebagai hasil penerapan sistem ekonomi kapitalisme yang menjadi realitas tajam di mana segelintir orang mengumpulkan kekayaan tak terbayangkan, tapi sebagian besar populasi terpaksa berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar. Dan kesenjangan kekayaan yang melebar ini tidak hanya memicu ketidakpuasan dan ketegangan sosial tetapi juga menghambat pertumbuhan dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan. Biaya ketidaksetaraan, baik secara moral maupun ekonomi adalah harga yang masyarakat tidak mampu bayar. Kemiskinan yang merajalela seakan memaksa banyak individu melakukan berbagai tindakan ekstrem untuk bertahan hidup.
Hal tersebut adalah bukti kegagalan sistem secara sistemik yang memerlukan perhatian dan perbaikan segera. Selain itu, sistem kehidupan yang memberi sekat pada agama sebatas ruang individual dan hanya didominasi oleh logika kapitalistik sekuler turut memperparah situasi ini. Ketika materialisme dan kekayaan dianggap lebih bernilai daripada harga kehidupan manusia, maka hati nurani pun akan mati, melahirkan perilaku liar, seperti maraknya seks bebas, dan hancurnya kesadaran moral.
Selain itu, kita juga perlu mendalami dampak dari tumpulnya hukum buatan manusia dan lemahnya penegakan hukum oleh negara tersebut. Sebab ketika pilar-pilar hukum tak memberi efek jera, maka ruang bagi banyak penjahat, termasuk di antaranya sindikat penjual bayi, untuk bersenang-senang semakin terbuka lebar. Oleh karena itu, dibutuhkan respon yang tangguh dan komprehensif dari negara yang mampu berdiri menerapkan hukum yang tak dapat ditukar dengan materi melalui hukum yang tegas yang berasal dari Allah sang pencipta manusia.
Sebagaimana Islam menekankan pentingnya jaminan kesejahteraan bagi setiap individu dalam masyarakat. Dengan adanya perlindungan dan kepedulian dari negara terhadap rakyatnya, seperti yang ada dalam negara Islam yang menjadikan syariat sebagai landasan yang kokoh untuk memandu perilaku manusia agar sesuai dengan ajaran-Nya. Selain itu, negara Islam juga menerapkan sistem ekonomi Islam yang jelas dalam pembagian kepemilikan serta pendistribusian harta yang adil, menjadikan kesejahteraan merata. Negara juga selalu menekankan pentingnya mencari harta yang halal, hal ini mencerminkan prinsip keberkahan dalam mencari rezeki seperti yang diajarkan oleh Islam.
Sistem dalam pendidikan Islam juga turut berperan penting dalam membentuk karakter dan moral individu, sehingga masyarakat dalam negara Islam dapat menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran akan tugas dan tanggung jawab mereka sebagai hamba-Nya. Kehidupan seperti ini akan melahirkan sistem pergaulan yang sesuai dengan ajaran Islam, mendorong individu untuk berinteraksi dengan cara bersih, dengan dipisahkannya antara kehidupan pria dan wanita kecuali ada uzur syar'i, sehingga menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan spiritual dan emosional yang sehat.
Tak lupa, sistem sanksi dalam Islam juga memiliki peran besar dalam mencegah terulangnya tindak kejahatan. Dengan adanya ketegasan dalam menegakkan hukum-hukum syariah, individu akan lebih berhati-hati dan menjauhi perilaku yang bertentangan dengan ajaran agama. Sanksi yang diberikan oleh Islam bukanlah untuk menyakiti, namun sebagai upaya preventif agar masyarakat dapat hidup dalam kedamaian dan ketentraman.
Maka dari itu, untuk menghadapi masalah seperti ini, diperlukan kesungguhan negara dalam menyelesaikan akar masalah yang melatarbelakangi terjadinya praktik penjualan bayi ini. Dan menjadikan ajaran Islam sebagai pedoman utama dalam setiap aspek kehidupan adalah satu-satunya solusi bagi pembangunan manusia yang taat beriman dan bertakwa.
Dan penting bagi kita sebagai masyarakat untuk menghadapi kenyataan yang tidak nyaman ini dan mengambil sikap menentang munculnya praktik-praktik yang sangat menjijikkan seperti ini. Dengan meningkatkan kesadaran serta mendukung penerapan sistem Islam kafah oleh negara. Dan dari kasus yang mengejutkan ini, kita dapat belajar untuk lebih memprioritaskan nilai-nilai kehidupan, dan memastikan dalam setiap tindakan kita sesuai syariat Islam. Sungguh setiap bayi yang dilahirkan ke dunia ini adalah karunia yang harus disambut dengan tulus dan dijaga dengan penuh kehangatan, bukan ditukar dengan sejumlah uang yang sesaat.
Wallahualam. [Hz]
0 Comments: