surat pembaca
Marak Bisnis Bayi, Dunia Hilang Nurani
Oleh. Hana Salsabila A.R
SSCQMedia.Com- Media kembali dibuat heboh dengan kasus perdagangan bayi. Kali ini terjadi di Yogyakarta. Kasus ini rupanya telah berlaku semenjak 2010 silam dan lebih mengejutkan lagi pelakunya adalah dua bidan wanita berinisial JE dan DM dari rumah bersalin Dewi Sarbini. Sejumlah 66 bayi telah berhasil mereka transaksikan selama periode 2010-2024 dipatok harga dari Rp55-85 juta per bayi dengan modus jasa perawatan atau adopsi. Akan lebih mudah bagi mereka melancarkan bisnisnya pada bayi hasil dari luar nikah. Tak sampai di situ saja, tak sedikit orang tua yang tahu aktivitasnya. Mereka sudah dikenal di kalangan masyarakat (cnnindonesia.com, 13/12/2024).
Kasus seperti ini sudah sering terjadi, apalagi di tengah maraknya seks bebas seperti sekarang. Keberadaan oknum-oknum seperti mereka inilah yang justru dicari bagi pelaku-pelaku tidak manusiawi yang ingin membuang kehidupan yang telah dilahirkannya. Fakta bahwa masyarakat ada yang mengetahuinya, menggambarkan betapa rendahnya empati di tengah masyarakat dan kurangnya perhatian dari pihak pemerintah. Walau, katanya pelaku bisnis bayi sudah pernah ditahan, tapi nyatanya kasusnya kembali terulang.
Efek domino permasalahan yang tak ada solusinya ini, dari awalnya satu masalah akan merembet hingga ke masalah lainnya yang juga tidak menemukan solusi tuntasnya. Akar masalahnya adalah diterapkannya sistem kapitalisme sekuler. Kalau kita ingin mengaitkan hukum sebab-akibat, mengapa ada jual-beli bayi? Karena sistem saat ini adalah sistem yang menuhankan "uang". Yang mendorong manusia untuk mengejar cita uang dengan menghalalkan segala cara. Lantas, mengapa ada seks bebas? Karena kehidupan sekuler, di mana tidak mau diatur oleh aturan agama dan sibuk memuaskan nafsu dunia. Dari dua problem inilah lahir cabang problemnya.
Apalagi hukum negara saat ini, sama sekali tidak menimbulkan efek jera bahkan pada perlakuan tidak manusiawi seperti ini. Pelaku masih akan terus mengulang, karena di penjara pun nanti bisa bebas lagi, masih bisa makan dan hidup.
Melihat kebobrokan sistem dan kondisi masyarakat saat ini, tentu kita merasa "Sudah seharusnya negara ini berubah". Benar! Merubah sistem yang rusak seperti kapitalis sekuler ini ke sistem yang baik dan memperbaiki yaitu Islam. Mengapa? Sebab dalam Islam individunya akan dididik dengan pendidikan akhlak dan budi pekerti hingga kepribadian Islam. Jauh dari perlakuan hina seperti seks bebas, jual beli manusia/bayi, apalagi sampai kapitalistik.
Selain itu, sistem negaranya juga diperbaiki. Tidak diperkenankan menganut kapitalisme, di mana uang menjelma jadi Tuhan. Jaminan dan pelayanan kebutuhan pokok rakyat merupakan hak prioritas utama bagi negara, seperti pangan, pendidikan hingga kesehatan, hingga rakyat pun tak pusing dan panik besok bisa makan atau tidak. Sebab sekali lagi, negara dengan sistem Islam akan mengatur semua urusan umat dan menjamin kehidupan masyarakat. Wallahualam. [Ay]
0 Comments: