Kisah Inspiratif
Menjadi Anak Kesayangan
Oleh. Dewi Kusuma
(Pemerhati Umat)
SSCQMedia.Com- Aku adalah anak kelima dari tujuh bersaudara. Aku dilahirkan di kota kecil di Jawa Tengah, tepatnya di Purbalingga, tempat pertama kali aku menghirup udara di dunia.
Bapak seorang guru SD negeri, ibuku pun seorang PNS. Otomatis Bapak dan Ibu mesti pergi bekerja keluar rumah dari sekitar jam 8.00 hingga jam 14.00 WIB. Meski kami ada asisten rumah tangga tetapi kami dididik untuk mandiri.
Asisten rumah tangga kami hanya satu, khusus mengurus adik bungsuku yang laki-laki. Dia mengantar dan menunggui adik bungsuku hingga selesai sekolah. Maklumlah namanya bungsu, jadi ya manja-manja begitu.
Sebenarnya ada dua orang lagi asisten rumah tangga namun mereka hanya datang pada saat kondisi khusus. Tugas mereka seperti memasak makanan yang makanannya bisa bertahan sampai beberapa hari. Ya namanya keluarga besar dengan banyak anak, jadi harus ada persiapan lauk untuk sarapan pagi.
Otomatis rumah jika pagi hari, kosong. Ada aturan di rumah kami, siapa saja yang pulang sekolah duluan maka dia bertanggungjawab memasak ataupun membeli lauk matang untuk makan siang. Sepatu mesti dicuci sendiri. Baju jika ingin rapi mesti setrika baju sendiri. Asisten rumah tangga hanya mencuci baju saat pagi hari sebelum mengantarkan adek bungsu dan menungguinya di sekolah.
Hal itu membuat aku bisa masak sendiri sejak masih duduk di bangku SD. Ya lumayan juga untuk bekal untuk bisa mandiri meski hanya masakan sederhana seperti telor ceplok, tahu goreng, tempe, sayuran tumis, sayur bening. Ya begitulah, karena orang tua memiliki banyak anak, kami harus mandiri. Kalau malas, tanggung sendiri, pergi ke sekolah memakai baju kusut karena tidak disetrika.
Ada hikmahnya juga kehidupan di masa kecilku. Di antara sekian banyak anak, mungkin hanya aku yang biasa bermanja-manja dengan Bapak. Saat kecil.aku suka naik ke kaki bapak dan bapak aku suruh jalan. Begitu saja sudah senang sekali.
Aku pun sering diajak bapak ke sekolah tempat bapak mengajar. Ternyata jauh sekali tempatnya. Beliau mengajar jauh di desa, sementara rumah kami di tengah kota Purbalingga. Kami mengendarai sepeda jaraknya mungkin sekitar 10 km dari rumah kami.
Ternyata hingga aku berumah tangga bapak bercerita sama tetangga, bahwa akulah anak yang beliau banggakan. Akupun tak tahu kenapa beliau membanggakan aku. Padahal ya antara aku dengan saudara yang lain sama saja. Memang saudaraku suka menjuluki aku sebagai "anak emas". Mengapa mereka berkata begitu, aku lpun tak tahu.
Padahal seluruh saudaraku sama juga disayang oleh kedua orangtuaku. Makanan tak dibedakan, semua sama. Mungkin karena aku paling dekat dengan bapakku. Saat bapak belanja bulanan, aku suka ikut ke pasar. Padahal ya tidak ada jajanan yang spesial untukku. Semua sama tidak ada yang dibedakan.
Dalam prinsipku, beliau adalah orang yang telah berjasa dalam hidupku. Maka aku pun mesti hormat dan patuh kepada beliau. Mungkin dengan kebiasaanku bermanja dan sering ikut beliau inilah, saudaraku memberikan julukan "anak emas"-nya Bapak.
Menurutku, aku ya tidak ada istimewanya. Mengerjakan pekerjaan rumah dan mengurus keperluan sendiri memang sudah seharusnya dilakukan untuk meringankan beban orangtua. Ini pun untuk kepentingan sendiri. Aku jadi bisa mengurus diri sendiri meski masih duduk di bangku SD.
Sedih dan bahagia mengiringi saat mengenang masa kecilku. Kini, semua tinggal kenangan. Kami tujuh bersaudara. Kini tersisa empat bersaudara yang masih hidup. Karena tiga saudaraku yang lain sudah menghadap Allah. Bapak pun sudah lama meninggalkan aku, beliau telah menghadap Allah Yang Mahakuasa. Semoga kedua orangtuaku dan saudara-saudaraku diampuni segala dosa kesalahannya. Semoga kelak Allah kumpulkan kembali di surga-Nya.
Allah Swt. berfirman QS..Al-Isra' : 24
۞ ÙˆَÙ‚َضٰÙ‰ رَبُّÙƒَ اَÙ„َّا تَعْبُدُÙˆْٓا اِÙ„َّآ اِÙŠَّاهُ ÙˆَبِالْÙˆَالِدَÙŠْÙ†ِ اِØْسٰÙ†ًاۗ
"Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah berbuat baik kepada Ibu Bapak."
Dengan berpegang pada ayat ini maka aku harus selalu menghormati bapak dan ibuku, terlebih mereka telah tiada. Hanya doa yang aku bisa panjatkan di setiap salatku.
Ya Rabb, lapangkan alam kubur kedua orangtuaku dan saudara-saudaraku yang telah tiada. Terangkanlah alam kuburnya dan ampunilah segala dosa kesalahan mereka. Ya Rabb, kumpulkanlah kami kelak di alam surga-Mu. Amin. Allahumma amin.
Wallahualam bissawab. [My]
Serang Banten, 5 Desember 2024
0 Comments: