motivasi
Palestina Bertanya, Aynal Muslimun?
Oleh. Eka Suryati
SSCQMedia.Com- Tagar Aynal Muslimun, memenuhi media sosial. Sebuah tanya yang datang dari Palestina, sebuah seruan yang menggema dari hati-hati yang terluka, dari tanah yang penuh dengan air mata, darah, dan kesedihan. Aynal Muslimun?. Ini bukan sekadar sebuah seruan yang terucap, melainkan sebuah cerminan dari keputusasaan yang mendalam, dari para saudara kita yang tengah berada di bawah ancaman genosida. Mengapa kita terlihat diam dan seolah-olah tak peduli?
Di Palestina, di balik tembok-tembok yang terkepung, di balik reruntuhan rumah dan masjid yang hancur, di balik tubuh-tubuh yang terkapar dan darah yang menetes, pertanyaan ini terus menggema. Setiap hari, anak-anak, wanita, dan pria Palestina hidup dalam ketakutan yang luar biasa. Mereka menyaksikan kehancuran rumah, kehilangan keluarga, dan hidup dalam kondisi yang tidak manusiawi.
"Aynal Muslimun?" adalah pertanyaan yang bukan hanya ditujukan kepada bangsa Palestina, tetapi juga kepada kita semua, umat Islam di seluruh dunia. Kita sering mendengar kata ukhuwah Islamiyah, Namun, pada saat yang sama, kita menyaksikan saudara-saudara kita di Palestina, di Syam, di Myanmar, di Uighur, dan di berbagai belahan dunia lainnya, berada dalam penderitaan yang sangat mendalam, sementara kita hanya bisa melihat dari kejauhan. Apa yang kita lakukan? Apakah kita benar-benar merasa bertanggung jawab terhadap saudara-saudara kita yang sedang dilanda penderitaan itu?
Dalam Al-Qur'an, Allah Swt. mengajarkan kita bahwa umat Islam adalah satu tubuh, satu kesatuan. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. dalam sebuah hadis yang sangat terkenal: "Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi adalah seperti tubuh, jika satu bagian tubuh merasakan sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakitnya." (HR. Bukhari dan Muslim). Namun, apa yang kita rasakan saat melihat penderitaan saudara-saudara kita di Palestina? Apakah kita merasakan sakit itu dalam hati? Ataukah kita sudah terbiasa dengan penderitaan mereka, dan menjadikannya sebagai berita biasa yang lewat begitu saja?
Di manakah kita yang mengklaim diri sebagai umat yang paling peduli terhadap sesama? Apakah kita hanya membicarakan Palestina dalam ceramah-ceramah kita, tetapi tidak melakukan apa-apa untuk membantu mereka? Apakah kita hanya memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan dalam pidato-pidato kita, tetapi tidak melangkah lebih jauh untuk menyuarakan hak-hak mereka yang sedang terzalimi?
Pertanyaan ini bukan hanya sebuah kecaman, tetapi sebuah seruan untuk kita bangun, untuk menyadari bahwa kita memiliki tanggung jawab besar terhadap sesama umat Islam. Tanggung jawab kita tidak hanya terbatas pada memberikan bantuan materi atau doa, meskipun itu sangat penting. Tetapi kita juga memiliki tanggung jawab untuk bersatu melawan ketidakadilan, untuk memperjuangkan hak-hak mereka yang tertindas. Kita tidak bisa terus-menerus berpura-pura tidak tahu atau menganggap masalah ini bukan masalah kita. Kita tidak bisa lagi menjadi saksi bisu dalam tragedi yang sedang berlangsung di Palestina.
Memang, banyak dari kita yang merasa tak berdaya. Dunia seolah-olah telah begitu besar, dengan kekuatan-kekuatan besar yang bisa memanipulasi dan mengendalikan segala hal. Pemerintah-pemerintah besar di dunia sering kali bersekongkol dalam diam, mendukung kekuasaan yang menindas, dan mengabaikan penderitaan rakyat yang tertindas. Namun, sebagai umat Islam, kita tidak boleh menyerah pada keadaan. Kita harus meyakini bahwa setiap usaha kita, sekecil apapun itu, akan dihitung di sisi Allah Swt. Bahkan, doa yang tulus dari hati kita adalah sesuatu yang besar di mata-Nya. Dalam kondisi yang sangat sulit seperti ini, doa menjadi salah satu senjata kita yang paling ampuh. Tetapi, doa bukanlah satu-satunya cara kita menunjukkan solidaritas terhadap sesama. Kita juga perlu bertindak.
Tindakan kita tidak harus selalu berupa demonstrasi atau aksi besar. Tindakan kita bisa berupa mengedukasi diri sendiri dan orang lain tentang apa yang terjadi di Palestina, tentang pentingnya solidaritas umat Islam di seluruh dunia. Tindakan kita bisa berupa mendukung organisasi-organisasi kemanusiaan yang bekerja di wilayah-wilayah konflik, yang berusaha memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Tindakan kita bisa berupa melibatkan diri dalam kampanye-kampanye yang memperjuangkan hak asasi manusia dan menuntut agar keadilan ditegakkan. Ini adalah saatnya untuk kita bangkit dan menunjukkan bahwa kita tidak akan diam ketika melihat saudara-saudara kita tertindas. Kita harus bersatu untuk melawan ketidakadilan ini, karena hanya dengan persatuanlah kita bisa menjadi kekuatan yang tak terbendung.
Aynal Muslimun?
Umat Islam harus bersatu! Di tengah berbagai perbedaan dan tantangan yang ada, kita harus ingat bahwa persatuan adalah kunci. Rasulullah saw. mengajarkan kita untuk selalu menjaga ukhuwah dan saling mendukung satu sama lain. Ketika umat Islam bersatu, kita akan menjadi kekuatan besar yang tidak bisa digoyahkan. Kita harus saling mendukung, baik dalam doa maupun dalam tindakan nyata. Persatuan umat Islam bukan hanya sebuah slogan kosong, tetapi harus menjadi sebuah komitmen untuk saling membantu dan bekerja sama dalam memperjuangkan hak-hak umat Islam di seluruh dunia.
Kita harus bergerak, bersatu, dan berjuang. Jika kita tidak mampu membantu secara langsung, setidaknya kita bisa berdoa, menyebarkan kesadaran, dan mendukung setiap usaha yang memperjuangkan hak-hak mereka. Jika kita bersatu dan berusaha dengan ikhlas, insyaallah, Allah akan memberikan jalan keluar. Jangan biarkan saudara-saudara kita di Palestina terus menerus bertanya, "Aynal Muslimun?" Manusia mungkin bisa berpaling, tetapi sebagai umat Islam, kita harus menunjukkan bahwa rasa peduli kita dan berdiri di pihak mereka yang tertindas.
Kotabumi, 11 Desember 2024 [An]
0 Comments: