Headlines
Loading...
Perundungan dan Pembungkaman dalam Sistem Sekuler

Perundungan dan Pembungkaman dalam Sistem Sekuler

Oleh. Hanif Eka Meiana, SE

SSCQMedia.Com- Seorang siswa kelas IX salah satu SMP di Surabaya berinisial CW (14) menjadi korban perundungan oleh sesama siswa. CW mengaku dirundung oleh enam temannya selama tiga tahun sejak Masa Orientasi Siswa (MOS). Dalam keterangannya, CW kerap diolok-olok, dipukul, hingga dipegang alat vitalnya oleh para terduga pelaku. Bahkan, kata Johan, Pengacara CW, korban disebut sampai pernah ditelanjangi di depan umum oleh keenam rekan CW. Akibat perundungan yang dialami, CW disebut sampai memiliki keinginan untuk mengakhiri hidup. CW akhirnya berani membuat laporan ke Polres Pelabuhan Tanjung Perak pada 1 Oktober 2024 lalu. Akibat pelaporan tersebut,  CW mengaku diintimidasi oleh pihak sekolah. CW diminta agar mencabut laporannya tersebut di kepolisian. Johan mengatakan korban pun menolak permintaan tersebut. Namun, korban justru dicap sebagai siswa yang mencemarkan nama baik sekolah. Bahkan, Johan menyebut pihak sekolah sampai diduga menyuap CW dengan uang sebesar Rp500.000 jika kliennya itu mencabut laporan. (tribunnews.com, 13/12/2024) 

Sungguh miris mendengar berita di atas. Siswa yang seharusnya fokus belajar dan mengejar mimpinya harus mengalami kejadian yang tak diinginkan. Peristiwa tersebut menjadi pil pahit bagi CW dan keluarganya. Pihak yang seharusnya membela dan melindungi dirinya malah memintanya untuk menutupi kebenaran dan mengabaikannya. 

Faktor Penyebab Perundungan

Apa yang dialami CW bukan hanya sekali atau dua kali kita dapati di pemberitaan, namun sudah banyak sekali siswa maupun siswi di Indonesia yang menjadi korban perundungan. Mengutip dari Kompas, Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat hingga bulan September setidaknya ada 293 kasus kekerasan di sekolah yang terjadi sepanjang tahun 2024.

Maraknya kasus perundungan merupakan dampak dari diterapkannya sistem buruk di masyarakat. Sistem yang jauh dari nilai-nilai agama. Sistem yang mengunggulkan kebebasan dan orientasi materi sebagai poros tujuannya. Sistem yang menjauhkan umat dari cara berpikir yang benar tentang kehidupan. Itulah sistem kapitalisme sekuler. 

Pemikiran sesat dan gaya hidup barat seolah keren dalam pandangan masyarakat sekuler. Hal ini yang kemudian ditiru dan diadopsi oleh sebagian besar masyarakat hingga negara. Tanpa tahu benar dan salah, halal dan haram, selama itu dari Barat akan mudah masuk dan diterima. Berbagai tontonan, film dan gaya hidup merusak pun diambil dan ditiru. Seperti halnya budaya perundungan di kalangan remaja. 

Negara yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam melindungi generasi acap kali abai dan disibukkan dengan pergulatan memperebutkan jabatan maupun hitung-hitungan materi yang ingin didapatkan. Negara hanya berfungsi sebagai regulator. Sedang rakyat harus berjuang sendiri untuk kehidupannya. Tak ada kontrol atas tontonan, budaya, pemikiran maupun tren merusak di masyarakat. 

Sistem sekuler ini juga mematikan rasa belas kasih antar sesama manusia. Hingga yang tersisa hanyalah nafsu serakah dalam diri. Sesama teman bahkan tega menjahili, melontarkan omongan jahat, menyiksa hingga membuat lumpuh dan berakhir dengan meninggal dunia. Semua itu dianggapnya hanyalah kesenangan dan becandaan. Tak ada rasa takut maupun penyesalan dalam diri pelaku perundungan. Bahkan, orang tuanya pun membela kejahatan yang dilakukan anaknya pada korban. 

Sistem ini pula yang memaksa pihak sekolah untuk menjaga nama baik sekolah apapun caranya. Persaingan yang ketat dalam dunia pendidikan mengharuskan sekolah-sekolah memiliki nama baik yang patut dipertahankan. Sistem pendidikan sekuler menjadikan sekolah-sekolah menjadi komersial. Yang diunggulkan hanyalah prestasi akademik, penghargaan, maupun fasilitas yang dimiliki. Sistem ini pula yang mencetak generasi menjadi apatis, minim kematangan jiwa, minim kemandirian, krisis identitas dan daya juang yang rendah. 

Tak heran jika pihak sekolah pun bertindak demikian pada CW. Tak hanya itu, masyarakat dalam sistem sekuler menjadi liberal dan jauh dari kata Islami. Lingkungan di masyarakat sangat buruk dan merusak pertumbuhan generasi. Kekerasan, ucapan buruk, perilaku menyimpang, hingga sifat-sifat seperti layaknya dimiliki binatang menjadi hal yang mewarnai kehidupan saat ini. Bisa dibayangkan berapa mengerikannya jika anak-anak kita tumbuh di lingkungan yang seperti ini. 

Berkaca pada Islam

Marilah kita berkaca pada sistem yang dapat menjadi solusi atas problem masyarakat hari ini. Sistem yang telah diwariskan oleh Rasulullah Muhammad saw. Sistem yang telah terbukti membawa umat pada kejayaan dan menjadi peradaban emas yang tak tertandingi. Sistem yang bertahan selama 13 abad lamanya dan menyebar hingga ⅔ dunia. Sistem ini tak lain adalah Islam. Tak hanya sekedar agama, melainkan Islam juga sebagai mabda (ideologi). 

Penerapan Islam yang sempurna mampu membentuk individu menjadi muslim yang bertakwa, insan yang mulia, pejuang tangguh berkepribadian Islam, cerdas dan mengeluarkan segenap potensinya untuk kemaslahatan umat. Hal ini juga berlaku pada masyarakat dan negara. Masyarakat terwarnai dengan ketaatan sebagai dampak dari diberlakukannya sistem Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Kesalehan umat terpancar dengan aktivitas mereka dalam beramar ma'ruf nahi munkar, berlomba dalam kebaikan serta kontrol sosial pada negara. 

Negara juga berperan penuh dalam melindungi warganya dari berbagai pemikiran dan budaya yang merusak. Ia menjadi pihak terdepan dalam menjamin kebutuhan dasar rakyatnya, mengontrol setiap tontonan dan tuntunan di masyarakat agar sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, dan menegakkan hukum-hukum Islam dalam kehidupan. Negara sadar bahwa kepemimpinan merupakan amanah dan akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat. Sehingga ia akan berperan penuh menjadi pelayat umat dan perisainya umat. 

Sekolah menjadi tempat ditanamkannya nilai-nilai kehidupan, akhlak, adab, keimanan, serta ilmu yang bermanfaat. Upaya perundungan dalam bentuk apa pun tidak dapat dibenarkan dan bila pun butuh maka akan dikenakan sanksi terhadap para pelakunya walau dibawah umur. Jika pelaku sudah tergolong baligh maka urusan ini akan diserahkan kepada peradilan Islam untuk diberikan hukuman sesuai dengan yang diatur dalam Islam. 

Masyaallah, indah sekali bukan bila Islam dapat diterapkan? Generasi menjadi unggul, umat menjadi masyarakat Islami dan negara menjadi pelindung dan pelayan umat. Tentu hal ini perlu diwujudkan untuk menciptakan keadilan, kesejahteraan, kedamaian di masyarakat serta rida dari Allah Swt. Oleh karenanya kita harus sadar untuk kembali pada Islam, mengkajinya, mengamalkannya dalam kehidupan serta mendakwahkannya kepada umat. Semoga dengan hal ini banyak yang akhirnya sadar dan menjadikan negeri ini kembali pada aturan ilahi. 

Wallahualam bissawab. [My]

Baca juga:

0 Comments: