Kisah Inspiratif
Pesan Bapak untuk Anak, Mantu dan Cucu
Oleh. Artatiah Achmad
SSCQMedia.Com- Bapak, kupanggil namamu dengan penuh cinta. Kau lelaki mulia dalam hidupku. Meski kau tak punya otot sixpack, lenganmu tak sebesar binaragawan, postur tubuhmu tak seperti peragawan, namun kaulah lelaki pertama yang menggendongku serta mengajarkan prinsip kehidupan yang sangat berarti dalam hidupku. Kau adalah cinta pertama dalam hidupku.
Bapak, kaulah the real fatherman. Sebagai suami kau sangat bertanggung jawab terhadap istri. Sebagai ayah, kau bertanggung jawab mendidik anak-anak hingga menghantarkan mereka menjadi pribadi mandiri, salihah, dan taat suami.
Bapakku, pria kelahiran tahun 1938. Di penghujung tahun ini genap setahun beliau meninggalkan kami untuk selama-lamanya. Bapak lahir bukan dari pasangan yang utuh. Kakek dan nenekku bercerai saat bapak masih kecil. Akhirnya bapak dibesarkan oleh nenek beliau.
Perceraian kedua orang tua tak membuat bapak menjadi pribadi lemah. Justru mencetak bapak menjadi pribadi mandiri pemimpin sejati di tengah keluarganya. Sejak kecil bapak sudah terbiasa berjualan menawarkan coklat kepada tetangga sekitar. Dari situ, bapak sudah terbiasa menghitung uang. Tak heran bapakku memiliki kecerdasan finansial. Bapak sangat menyukai pelajaran hitungan/matematika. Bapak selalu mendapatkan nilai terbaik untuk pelajaran matematika.
Tak hanya berhitung, bapakku sangat suka membaca. Sejak kecil sudah terbiasa membaca surat kabar. Kebiasaan tersebut terus berlanjut hingga beliau tua. Bahkan di saat sakit menjelang ajal, beliau tetap aktif membaca koran. Dulu kalau ada tugas bikin kliping dari koran, aku tak pernah bingung karena di rumah bapak selalu langganan koran Pikiran Rakyat. Kebiasaan itu menular kepada anak-anaknya. Kami semua suka membaca.
Sebagai suami, bapak sangat mencintai istri. Cinta yang sewajarnya, bukan bucin ala drama Korea atau novel romansa yang bermula benci lalu jadi rindu. Bapak juga tidak egois. Bapak mau mendengar pandangan mamah yang merupakan muridnya sendiri. Suatu hari mamah pernah melarang bapak melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi. Alasannya karena faktor biaya.
"Daripada bapak yang kuliah, lebih baik untuk sekolah anak-anak," kata mamah.
Bapak rela mengorbankan cita-citanya demi anak-anak. Padahal jika mau, bisa saja bapak berkuliah. Namun, demi menghargai istri dan mengutamakan pendidikan anak-anak, bapak rela berkorban mengubur asa.
Alhamdulillah, pengorbanan kedua orangtuaku tidak sia-sia. Ketujuh putrinya berhasil sekolah hingga sarjana. Mereka adalah orang tua yang memiliki visi luara biasa. Visi dunia dan akhirat. Bapakku selalu menekankan bahwa keberhasilan hidup itu tak hanya di dunia saja. Kita perlu memperjuangkan kehidupan akhirat.
Sebagai bekal untuk kehidupan akhirat, bapak selalu mengajarkan prinsip agama Islam di dalam hidup. Bapak mengajarkan kami mengaji. Bapak memberi contoh harus selalu dekat dengan masjid di manapun kita berada. Karena di masjidlah tempat syiar-syiar Islam menggema. Sayang, saat ini peranan masjid mayoritas hanya digunakan untuk pelaksanaan ibadah ritual seperti salat wajib atau salat Jum'at saja. Padahal potensi masjid begitu luar biasa.
Karena bapak sangat mencintai masjid, beliau mewakafkan tanahnya untuk dibangun masjid di kampung kami di desa Nagrog, kecamatan Cicalengka, Bandung. Namanya masjid At-Taufiq. Awalnya bermula dari mushala kecil saja, kemudian terus mengalami perluasan hingga menjadi masjid jami yang biasa digunakan untuk pelaksanaan salat Jum'at.
Bapak juga pernah menjadi ketua DKM di masjid At-Taufiq sehingga orang-orang sering memanggil bapak dengan panggilan "Pak DKM" atau "Pak guru" karena beliau juga pensiunan guru SD. Sebelum Subuh, biasanya bapak terbiasa tilawah di masjid. Setelah itu bapak akan mengumandangkan azan Subuh membangunkan orang-orang agar segera menunaikan kewajiban salat Subuh. Setelah bapak meninggal, tak hanya kami yang kehilangan, para tetangga juga begitu kehilangan sosok baik hati dan rajin membangunkan orang-orang melalui suara lantunan ayat suci Al-Qur'an maupun azan Subuh.
Pak, kini engkau telah tiada. Namun kau selalu ada dalam benak kami sebagai anak-anakmu. Kami bersaksi bahwa kau adalah sosok ayah sejati. Kau benar-benar menyiapkan anak-anakmu menjadi pribadi tangguh dan memastikan berada dalam tanggung jawab lelaki tangguh. Kau selalu menyeleksi calon pasangan putri-putrimu.
Aku selalu ingat celotehanmu, "Mana lelaki yang mau menjadi suamimu? Kalau berani, datangkan dia di hadapan bapak. Bapak akan menyeleksinya. Dan jangan lupa, datang ke rumah bapak saja tidak cukup. Calon suami kalian harus mendatangkan keluarganya karena pernikahan sejatinya adalah menyatukan dua keluarga."
Masyaallah, bapakku begitu bijak. Sangat selektif memilih pasangan untuk anak-anaknya. Pilihan beliau sesuai dengan kriteria yang dianjurkan oleh Rasulullah saw. yaitu meletakan fondasi agama sebagai syarat tertinggi. Sisanya sifatnya relatif, dikembalikan kepada kecenderungan masing-masing anak.
Bapak selalu memberi nasihat kepada anak, mantu dan cucu. Di antara nasihat beliau yang selalu kuingat yaitu ada di dalam surah Al-Qasas ayat 77:
وَابۡتَغِ فِيۡمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّارَ الۡاٰخِرَةَ وَلَا تَنۡسَ نَصِيۡبَكَ مِنَ الدُّنۡيَا وَاَحۡسِنۡ كَمَاۤ اَحۡسَنَ اللّٰهُ اِلَيۡكَ وَلَا تَبۡغِ الۡـفَسَادَ فِى الۡاَرۡضِؕ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الۡمُفۡسِدِيۡنَ
"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan."
Secara umum bapak berpesan bahwa saat kita hidup di dunia jangan lupa mencari pahala untuk kehidupan kita di akhirat, karena kehidupan di akhirat merupakan kehidupan yang abadi.
Kedua, bapak berpesan agar selalu berbuat baik kepada sesama, di antaranya dengan saling tolong-menolong memberi bantuan secara moril atau materil kepada yang membutuhkan. Prinsip beliau harus selalu membuat relasi yang baik dengan orang lain. "Teman seribu masih kurang, musuh satu terlalu banyak."
Terakhir, janganlah berbuat kerusakan di muka bumi. Kerusakan yang dimaksud baik berupa merusak lingkungan atau kerusakan terhadap fisik orang lain.
Pak, terima kasih atas kasih sayangmu kepada kami. Maafkan anakmu ini yang tidak bisa membalas semua kebaikanmu. Semoga Allah menerima amal kebaikanmu dan mengampuni segala dosamu. Semoga kita sekeluarga dapat reuni di surganya Allah. Amin allahumma amin. [My]
0 Comments: