motivasi
Pesan dan Kesan Launching Kelas Literasi 38 SSCQ: Mengukir Jejak di Alam Semesta
Oleh. Eka Suryati
SSCQMedia.Com- Aku selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah, karena masih diberi kesempatan untuk mengikuti launching kelas literasi 38 SSCQ ini. Launching kelas literasi diselenggarakan pada hari Senin, 2 Desember 2024, pada pukul 19.00-21.00 WIB. Yang menjadi host launching adalah Teh Sri Ratna Puri. Sedangkan pemateri kerennya tidak lain adalah Bunda Lilik S. Yani yang juga merupakan founder dari SSCQ. Terbayang 'kan serunya pertemuan kali ini.
Kalau ditanya bagaimana suasana kelas sebelum dan saat berlangsungnya launching tersebut? Jawabnya, seru sekali, karena penuh dengan candaan dari para sahabat yang lainnya. Sampai-sampai candaan "syuntik satu syuntik semua" dari Teh Puri terbawa-bawa pada tugas ke-4 kurikulum ke-43, kali ini.
Keseruan juga kami rasakan saat Teh Puri membacakan CV dari Bunda Lilik Yani. Rasanya tak habis pikir melihat jejak tulisan Bunda Lilik yang begitu banyak, semakin hari selalu bertambah, sebagai tanda konsistennya Bunda Lilik dalam menulis. Aku bilang, "Mau sekali seperti Bunda, tapi bisakah?"
Seperti biasa, Bunda menyapa, mendoakan kami semua agar diberi kebaikan dan diberi ketabahan jika sedang mendapat ujian cinta dari Allah Swt. Sapaan khas Bunda, sudahkah kami semua bersyukur hari ini? Lalu saya mengaitkan rasa syukur saya dengan pertanyaan, sudahkah diri ini bersyukur, karena telah diberi kesempatan mengikuti kelas literasi 38 ini? Hal ini perlu dibuktikan dengan belajar secara sungguh-sungguh dan mematuhi ketentuan yang berlaku selama mengikuti kelas tersebut. Salah satunya adalah dengan memberikan kesan dan pesan setiap kali selesai mengikuti kelas tersebut.
Aku teringat dengan firman Allah dalam QS. Ibrahim ayat 7 berikut:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya: (Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras."
Kalau diriku sih terasa sekali, nikmat makin bertambah saat kita bersyukur setiap kali selesai mengikuti kelas, baik kelas literasi maupun kelas literasi khusus ini. Apa dong indikasinya nikmatku bertambah? Yang pasti ilmuku bertambah. Lalu, aku diperkenankan kembali mengikuti pertemuan-pertemuan selanjutnya. Sungguh sangat nikmat jika ilmu kita selalu bertambah, dengan harapan bisa diterapkan pada kehidupan sehari-hari kita.
Terus, terus apalagi coba? Ternyata koleksi buku juga ikut tambah, artinya makin banyak lagi ilmu yang kudapatkan karena buku menjadi salah satu sumber ilmu pengetahuan. Dengan membaca, kemampuan berpikir kita akan semakin terasah dengan baik. Waduh banyak sekali ya nikmat Allah yang diberikan jika kita pandai bersyukur? Yess! Banyak sekali sampai-sampai kita tak akan mampu untuk menghitungnya.
Eh, ada lagi, di launching kelas literasi ini, kalau kita aktif merespon sebagai tanda kita memahami materi, Bunda Lilik ilik akan memberi kita hadiah, dan hadiah itu akan kembali kita sumbangkan untuk hal-hal yang bermanfaat lo, salah satunya adalah donasi untuk Palestina. Waduh, nikmat sekali ya kalau begini, sudah dapat ilmu, dapat tambahan pahala juga. Kalau tidak bersyukur ketika kita diberi kesempatan mengikuti kelas literasi di SSCQ, ya, rugi sekali rasanya.
Imbauan Bunda Lilik untuk terus berisik Palestina, terus beliau serukan. Aynal Muslimun, di mana umat Islam, ketika saudaranya dibantai oleh musuh-musuh Islam. Hal ini menggugah rasa kita, bahwa kita butuh solusi yang sangat penting dan genting saat ini, yaitu bersatunya umat Islam di seluruh dunia.
Bunda bukan hanya mengimbau, tapi selalu memberi contoh. Keseriusan beliau tentang Palestina, telah terbukti. Beliau konsisten mengajak kami menulis tentang Palestina, agar banyak hati menjadi tercerahkan untuk mendukung perjuangan Palestina.
Keadaan kita di sini yang masih jauh lebih baik dari pada saudara kita di Palestina, tidak seharusnya dikeluhkesahkan, sehingga pekerjaan yang banyak, rumah yang bocor, dan lain-lainnya jangan membuat kita menjauh dari rasa syukur. Itulah imbauan dari Bunda Lilik.
Pada kesempatan launching kurikulum literasi 38 SSCQ, Bunda ingin para bunda-bunda hebat ikut sharing dan mengisi materi di kelas ini. Siapakah bunda-bunda hebat itu? Mereka tak lain adalah:
▪️️Bunda Ratty Suwarminingsih
▪️️Bunda Dewi Pancawati atau Bunda Dewi Kusuma, dan
▪️Bunda Iha Soliha
Wah, mereka ini memang suhunya penulis, sudah banyak jejak karya mereka. Bunda Lilik memang bisa aja, punya ide yang selalu cemerlang. Dengan mengajak mereka untuk berbagi pengalaman, akan membantu kami membangun 'Strong Why' sehingga kelak dapat mengukir jejak di alam semesta. Mengukir itu identik dengan suatu karya seni yang dilakukan dengan perlahan-lahan, memerlukan tingkat ketelitian dan kesabaran yang luar biasa. Nah, kalau kita menulis agar jejaknya di alam semesta terukir indah, maka akan ada passive income bagi amal jariyah kami. Masaallah, itu bisa menjadi strong why kami juga untuk senantiasa menulis.
Bunda yang jejak karyanya memang sudah begitu banyak bertanya kepada kami, "mengapa harus menulis?" Dengan mengikuti launching kelas literasi kali ini, ilmuku bertambah terus, sehingga alasan menulis juga makin tertancap. Kata Bunda, kita menulis itu ketika:
▪️Lidah kelu tak mampu bicara
▪️Mulut dibungkam tak bisa menyampaikan kata
▪️Tidak ada kesempatan bertemu muka
▪️Ingin memiliki jejak di alam semesta
▪️Ingin memberi warisan buat anak cucu
▪️Ingin gagasan kita menembus jutaan kepala
▪️Ingin memiliki jariyah saat meninggal dunia
Dan masih banyak alasan lainnya agar kita menulis.
Bukankah Al-Qur'an dan hadis juga ditulis agar bisa dibaca? Lalu, bagaimana kita akan mendapat warisan ilmu pengetahuan ketika mereka yang berilmu meninggal, dan mereka tak mengikat ilmu mereka dengan menulis? Zaman sejarah pun dimulai, setelah kita dianggap bisa meninggalkan jejak tulisan. Ternyata begitu pentingnya sebuah karya tulis bagi peradaban.
Ketika Bunda menyebut Buya Hamka, maka teringat diriku dengan beberapa karya romannya yang sempat kubaca. Dan memang karya Buya Hamka banyak berisi kritik sosial tentang adat-adat lama yang tidak baik. Begitulah sebuah tulisan, orangnya sudah lama tiada, tapi pengaruhnya masih terasa sampai pada generasi penerusnya. Dengan semua alasan yang dikemukakan Bunda, masihkah kita enggan untuk menulis?
Jangan takut untuk menulis, tak ada istilah tulisan receh, selama yang disampaikan benar menurut pandangan Islam. Menulislah untuk Islam, niatkan sebagai sarana dakwah menyampaikan kebenaran Islam dan keindahan Islam. Niatkan menulis karena cinta kepada Allah, sehingga ingin menggapai rida Allah. Menulis untuk dakwah itu akan membuat kita ikhlas dalam menulis, dan itu menjadi bukti cinta kita kepada Allah.
Slide demi slide disampaikan Bunda Lilik dan semuanya daging, begitu bermanfaat. Bunda melanjutkan pertemuan untuk launching di hari Selasa. Masih banyak hal yang ingin Bunda bagikan untuk kami. Di antaranya Bunda ingin mengajak kami untuk menulis sebagai proyek buku solo. Pada ODOJ 42 selama satu bulan kami dianjurkan untuk menulis. Nanti di akhir challenge bagi yang rutin menulis, maka bagi yang memiliki 30 tulisan, bisa terpilih untuk dicetak menjadi buku solo. Walau belum tahu apakah bisa menjadi buku solo, namun diumumkan menjadi nominator yang karyanya bisa dicetak, hatiku rasanya sudah merasa senang sekali.
Usai proyek yang satu, bunda kembali mengajak membuat tulisan inspirasi batch 2. Nah, tulisan di batch 2 ini, sungguh menguras emosiku, membangkitkan kenangan indah, baik suka maupun duka tentang sosok terkasih, yaitu sosok kedua orang tuaku, Mama dan Papa tercinta. Belum membuat tulisan, air mata sudah banjir duluan. Teringat obrolan kami di grup, waktu itu diriku dalam perjalanan pulang setelah mengikuti pelatihan. Membaca dan terlibat obrolan di grup, air mata jatuh tak tertahankan. Duh, malu. Tapi ya, air matanya memang enggak punya rasa malu, nyelonong keluar. Menangis sambil tertawa jadinya saat itu. Kenangan bersama orang tua memang sungguh membuat banyak rasa yang tercipta. Ya Allah, doa-doa terbaik bagi kedua orang tua kupanjatkan.
Semoga pada tulisan inspirasi batch 2 ini, diriku bisa kembali menulis 30 naskah, sehingga ada peluang kembali untuk memiliki buku solo. Dan bunda tidak main-main dalam mengimbau kami agar memiliki karya solo. Andai pada 2 tugas yang lalu belum juga bisa berkarya secara maksimal, maka bunda memberi peluang alternatif baru, yaitu membukukan "Pesan Kesan Literasiku Bersama SSCQ". Masyaallah, tabarakallah, selalu ada jalan menggapai tujuan. Bunda Lilik memang sangat menginspirasiku, tak pernah kehabisan ide dan selalu mendorong kami untuk melakukan kebaikan. Andai 3 peluang itu kumanfaatkan, akan ada 3 buku solo di tahun 2024 ini, bisakah? Semoga bisa!
Kotabumi, 4 Desember 2024 [An]
0 Comments: