OPINI
Saatnya Gen-Z Melek Politik: Tolak Kapitalisme, Usung Islam Kaffah
Oleh. Indri Wulan Pertiwi
(Aktivis Muslimah Semarang)
SSCQMedia.Com- Dalam dunia yang terus berkembang, sejatinya peran generasi Z memang penting dalam mengubah dunia menuju masa depan yang lebih baik. Adanya keprihatinan Gen-Z terhadap kebijakan yang menyengsarakan rakyat adalah langkah awal yang sangat bagus. Dan munculnya berbagai aksi unjuk rasa saat ini merupakan bentuk ekspresi dari berbagai kalangan, baik itu mahasiswa dan masyarakat umum yang merasa tertekan dengan kebijakan pemerintah atas kenaikan PPN 12%.
Pada tanggal 19 Desember 2024, mahasiswa, dari para akademisi hingga Wibu (penggemar anime Jepang) dan K-popers, akan melakukan aksi menolak kenaikan PPN 12% di depan istana sebagai respons terhadap kebijakan pemerintah yang mulai berlaku pada 1 Januari 2025. Pasca Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengumumkan penerapan tarif PPN tersebut dalam Konferensi Pers Paket Stimulus Ekonomi untuk Kesejahteraan pada 16 Desember 2024. Aksi ini diawali dari ajakan melalui media sosial untuk bersatu menentang kebijakan tersebut.
(megapolitan.kompas.com, 19/12/2024).
Langkah awal Gen-Z dalam menunjukkan keprihatinan terhadap kebijakan yang merugikan masyarakat ini patut diapresiasi, karena hal tersebut menandakan telah tumbuhnya kesadaran akan pentingnya mereka berpartisipasi dalam upaya perubahan yang lebih baik. Karena sejatinya Gen-Z adalah agen perubahan potensial.
Namun demikian, Gen- Z sepatutnya tidak hanya menolak secara permukaan terhadap pungutan pajak atau kebijakan tertentu, tetapi juga harus melihat lebih jauh ke dalam akar permasalahan yang menjadi landasan munculnya dari kebijakan tersebut, yaitu sistem kapitalisme. Karena hanya dengan pemahaman yang kuat, Gen Z akan dapat menjadi agen perubahan yang mendasar dan berkelanjutan.
Sebagaimana diketahui, Indonesia saat ini bergantung pada sistem kapitalisme, di mana dorongan utama sistem tersebut adalah keuntungan, dengan prinsip dasar pengendalian sumber daya ekonomi berada di tangan individu dan perusahaan swasta, bukan oleh pemerintah. Dampak dari sistem ini tidak hanya meningkatkan persaingan di pasar bebas, tetapi juga memberikan kebebasan bagi individu untuk mengejar keuntungan maksimal, termasuk privatisasi sumber daya alam. Akibatnya, kekayaan terakumulasi pada orang pemilik modal, meningkatkan kesenjangan sosial dan ketimpangan akses terhadap sumber daya serta kesempatan. Sementara itu, peran negara dalam sistem ini sangat minim, hanya sebagai fasilitator bagi kelancaran sistem tersebut, sehingga kebijakan cenderung bersifat pro-kapitalis.
Jadi, pada prinsipnya, sistem ekonomi kapitalisme adalah kebebasan ekonomi yang minimal dari campur tangan pemerintah. Akibat kebebasan ekonomi tersebut puka negara kehilangan banyak sumber pemasukan untuk pembiayaan negara. Oleh karena itu, pajak dijadikan pungutan wajib dalam membiayai kebutuhan negara, dan mirip dengan peranan jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh. Tanpa pajak, pemerintah akan kesulitan menjalankan negara, sehingga pajak juga dianggap sebagai kontribusi wajib masyarakat dalam bernegara tanpa memandang siapapun, baik kaya maupun miskin, barang, dan jasa semua dikenai pajak.
Berbeda dengan sistem ekonomi Islam memiliki tiga prinsip dasar, yaitu kepemilikan, pengelolaan kepemilikan, dan distribusi kekayaan di antara masyarakat. Peran syariat Islam dalam pengelolaan kepemilikan dan pengeluaran harta memberikan landasan yang kuat untuk menghindari ketimpangan dalam distribusi kekayaan hingga kebocoran dalam pengelolaan. dan Penetapan dharibah (pajak dalam Islam) bersifat temporer dan hanya berlaku dalam kondisi mendesak, semisal dalam kondisi genting atau ketika kas negara kosong atau kurang. Dan jka kondisi negara telah stabil, pajak dihentikan. Hal ini berbeda dengan praktik pajak yang bersifat kontemporer saat ini, yang dipungut secara terus menerus tanpa memperhatikan kondisi negara.
Selain itu pajak dalam Islam hanya boleh dipungut untuk pembiayaan yang merupakan kewajiban bagi kaum muslim, sebatas jumlah yang diperlukan, misalnya pembiayaan jihad, industri militer, kebutuhan orang fakir miskin, fasilitas umum, dan penanggulangan bencana. Pajak dalam Islam hanya dikenakan pada kaum Muslimin yang dikategorikan sebagai kaya (ghinaa), sesuai dengan parameter kaya dalam Islam, yaitu memiliki kelebihan harta dari kebutuhan pokok dan lainnya, sesuai dengan standar masyarakat setempat.
Namun, demikian, kita menyadari bahwa sehebat apa pun sebuah sistem, jika pengelolanya tidak amanah, maka sistem tersebut juga bisa bocor. Oleh karena itu, selain sistem ekonomi Islam menekankan pentingnya pengelolaan dengan amanah. Sistem Islam juga menerapkan sistem pendidikan yang berbasis aqidah Islam. Sehingga dapat melahirkan individu-individu yang berkepribadian Islam, sebab sejatinya sikap amanah yang kuat hanya muncul dari buah keimanan yang kuat. Dan keimanan yang kuat inilah yang membuat manusia tersebut senantiasa selalu terikat dengan aturan-aturan Allah Swt.
Dan hal tersebut juga tentu sangat bertolak belakang dengan kehidupan ekonomi kapitalisme bercorak sekularistik saat ini, di mana keimanan serta keterikatan terhadap syari’at Allah Swt. hanya terjadi tatkala orang tersebut melaksanakan aktivitas ibadah ritual. Sedangkan ketika mengelola negara, keterikatannya terhadap syari’at akan menjadi lemah, bahkan menjadi tidak ada. Sehingga menjadi sumber utama terjadinya kebocoran pengelolaan yang merajalela pada saat ini, misalnya adalah korupsi yang menjamur di segala bidang. Oleh karena itu, penolakan terhadap kapitalisme dan menerapkan sistem Islam kafah menjadi solusi dalam menyelesaikan masalah yang kompleks ini.
Dan dengan bergabung dalam partai politik ideologis, bukan hanya sekadar menjadi sebuah langkah politis, tetapi juga sarana untuk mendapatkan pendidikan politik Islam yang akan membimbing Gen-Z dan masyarakat umum ke arah perjuangan yang benar. Dengan pemahaman yang kokoh terhadap nilai-nilai Islam kafah dan menjadikannya panduan hidup, niscaya Gen- Z khususnya dapat benar-benar menjadi motor perubahan yang mampu mewujudkan kehidupan yang lebih baik di masa depan. Wallahualam. []
0 Comments: