Headlines
Loading...
Oleh. Eka Suryati 

SSCQMedia.Com- Saat kecil, tanpa sadar kegiatan tulis menulis sudah kita lakukan. Filateli, salah satu ajang menulis yang sering dilakukan. Menulis surat kepada sahabat, menulis surat kepada kerabat yang berjauhan atau  mencari sahabat pena. Hal itu, kalau diingat-ingat, menjadi sesuatu yang menyenangkan. Apalagi, kalau menerima surat balasan, dari surat kita. Duh, senangnya. 

Saat itu, belum mengenal istilah literasi. Pokoknya, kalau ingin menulis, ya mengarang bebas di buku atau pada diary, yang setia menjadi tempat curhat kala gundah melanda hati. Begitulah masa kanak-kanak. Begitu indah untuk dikenang. Tanpa disadari, kegiatan-kegiatan tersebut mungkin menimbulkan rasa suka untuk menulis, setelah ditekuni dengan serius.

Menekuni dunia literasi (seperti yang dilakukan saat ini), tak terbayangkan, karena begitu lama tenggelam dalam rutinitas. Tak terlintas sedikit pun dipikiran untuk kembali mempelajari teknik-teknik menulis, setelah lama berhenti dari sekolah atau kuliah dan masuk ke dunia kerja, lalu berumah tangga. Katakanlah, ini merupakan takdir dari Allah, karena ada panggilan jiwa. Seperti merasakan, begitu pentingnya menulis, sebagai bagian dari dakwah dan untuk mengikat ilmu yang kita terima. 

Ya. Sedikit demi sedikit, Allah membimbing jari-jari tangan ini untuk menulis, menorehkan karya. Semua itu tumbuh bersamaan dengan semakin bertambahnya kesadaran diri. Bahwa dengan menulis, kita bisa berbuat kebaikan, lalu menyebarkannya kebanyak orang. Niat mencari rida Allah, tentu itulah tujuan utamanya.

Selalu berkarya, menebar kebaikan, itu yang ingin kulakukan. Untuk itulah tulisan demi tulisan ku torehkan. Agar istikamah, lalu menjadi habits.

Namun, tak selamanya suasana mendukung. Adakalanya hati mendua, dari rencana semula. Kala raga merasa lelah, pikiran juga ikut resah. Terlebih, ada hal yang membuat hati menjadi lemah, rasa bosan pun tak terhindarkan.

Padahal, tak pernah diniatkan hal itu terjadi. Godaan muncul di saat tak terduga. Ada hal yang memicu lemahnya jiwa. Haruskah aku berhenti, kala rasa bosan itu mendera?

Jangan, jangan pernah berhenti berkarya. Banyak yang bisa dilakukan ketika tulisan ditorehkan. Allah sendiri, memberikan dorongan untuk kita berkarya membuat tulisan yang penuh makna.

Ù†ٓ‌ ۚ ÙˆَالۡÙ‚َÙ„َÙ…ِ ÙˆَÙ…َا ÙŠَسۡØ·ُرُÙˆۡÙ†َۙ

Artinya: Nun. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan. (QS. Al-Qalam ayat 1).

Betapa Allah mendorong kita kita untuk menulis. Karena tulisan, akan membuat ilmu menjadi abadi. Tidak hilang, ketika orang berilmu itu tiada. Ilmu yang bermanfaat, akan terus ada ketika sudah diikat dengan tulisan.

Rasulullah saw. saja, telah memberikan contoh, agar kita selalu menuliskan ilmu yang telah kita dapatkan. Al-Qur'an ada, sampai saat ini bisa kita baca dan kita pahami, itu semua karena Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk menuliskannya.

Bayangkan saja, seberapa kuat kita menghapal? Ada kala lupa menghinggapi pikiran. Menolak lupa, maka tuliskan apa yang kau dapatkan? Catatannya bisa mengingatkan dirimu kembali pada saat yang dibutuhkan. 

Menulis itu membuat kita bisa berkomunikasi, menyampaikan apa yang kita inginkan. Menulis itu, dapat menjadi ladang pahala. Itulah yang membuatku bertahan, tetap menulis walau bosan sering menggelitik rasa. Melalui tulisan, kita dapat bercerita, bahwa keadaan saat ini sedang tak baik-baik saja.

Ada Palestina, yang butuh kita tolong. Ada sistem buruk yang perlu kita perbaiki. Ada kejahatan sedang terjadi dan semua butuh dibenahi. Semua bisa sampaikan, saat lisan tak mampu terucap, tulisanmu akan menyampaikan maksud dan tujuan.

Ketika opini sesat tentang Islam lewat beranda media sosialmu, tak tergerak hatimu tuk melawannya? Opini sesat mereka harus dibantah. Lawanlah opini sesat dengan opini  yang benar. Tuliskan kebenaran Islam, agar pikiran keliru tentang Islam, tak menjadi konsumsi umat yang masih awam tak memahami yang sesungguhnya. 

Ibarat makanan, menulis juga membutuhkan variasi. Mencoba berbagai jenis tulisan, bisa menjadi alternatif agar kita temukan berbagai sensasi dalam setiap jenis tulisan. Namun, tetap jangan pernah lupakan  niat utama. Apapun jenis tulisanmu, solusi Islam sebagai arah dan tujuan. 

Menulislah. Tolonglah agama Allah, melalui tulisanmu. Jangan pernah bosan menulis. Sebab, musuh tak pernah bosan mengadakan serangan.

Perang pemikiran mereka gencarkan, di saat itu tulisanmu sangat berperan. Satu peluru bisa menembus satu kepala. Namun, sebuah tulisan bisa menembus banyak kepala.

Ketika bosan menulis,  carilah banyak alasan untuk terus menulis. Motivasi dari dalam dan luar diri. Utarakan, agar mempengaruhi pikiran untuk kembali fokus menjadikan tulisan untuk kebaikan. Berdakwah bagi Islam yang jaya. [US]


Kotabumi, 6 Desember 2024

Baca juga:

0 Comments: