Story Telling
Tak Henti Aku Mencintaimu
Oleh. Neni Arini
SSCQMedia.Com- Berbicara tentang seorang Ibu seolah tak pernah ada kata usai. Cinta seorang ibu seolah tidak ada duanya, murni, tanpa syarat, dan akan selalu ada di dalam hati kita. Mamah, sebuah nama yang kusematkan untuk ibuku. Wanita sederhana yang terlahir sebagai ibu tangguh, yang mampu melewati berbagai badai kehidupan dengan sangat baik.
Segala terpaan yang datang dalam hidupnya seolah tak meluruhkan niat besar dalam dirinya untuk membesarkan kami dengan cara terbaiknya. Sederhana, penuh keikhlasan.
Mungkin ibuku bukanlah seorang dokter atau banyak sematan nama gelar di belakang namanya. Tapi nama panjang yang akan kuukir dalam hidupku untuknya akan sangat panjang jika kutuliskan.
Mamah, terima kasih sudah berjuang untuk kami berdua. Terima kasih atas semua senyum kekuatan untuk kami, meyakinkan bahwa hidup kita akan baik-baik saja. Terima kasih atas pundak yang tak pernah lelah menopang semua beban hidup, terima kasih sudah menjadikan pelukanmu sebagai tempat terindah untuk kami bersandar. Terima kasih atas cinta kepada Sang Maha Pencipta yang telah membuat kami mengenal dan taat akan Rabb kami, terima kasih atas kesederhanaan hidup sehingga kami bisa lebih menghargai siapa pun dan apa pun itu, terima kasih atas cinta yang selalu terpancar dari tubuhmu sehingga tak pernah usai untuk kami.
Mamah, kini kulit yang dulunya kencang dan kuat dalam menopang bebannya pekerjaan, pundak yang selalu kuat akan beratnya beban dalam mencari nafkah, kini mulai melemah, dan itu aku melihat dan merasakannya, Mah. Ini pertanda bahwa telah selesai tugasnya Mamah. Sudah saatnya peran itu aku gantikan. Izinkan kami berdua untuk menukar pundak itu dengan pundak yang kami miliki. Bersandarlah Mah, istirahatlah, nikmati hari-hari senja di usiamu. Jangan pernah ada kekhawatiran akan sebuah kehidupan, bukankah Mamah telah banyak mengajarkan banyak makna sebuah arti hidup? "Teh, yakinlah bahwa Allah akan menolong setiap episode kehidupan kita, itu salah satu pesan yang Mamah selalu katakan padaku. Dan pesan itulah yang menjadi sumber kekuatanku dalam menjemput masa depan.
Mulianya hatimu, hati yang luka itu engkau lapangkan, kami tidak diajari untuk saling membenci. Selalu meyakinkan bahwa apa yang terjadi pada kehidupan kami itu semua adalah garis hidup yang tergenggam. Tak bisa memungkirinya tetapi hanya bisa memenuhi hati dengan penuh keikhlasan.
Mamah, satu yang ingin ku sampaikan, jangan pernah takut akan hidupku dan hidup adek suatu saat kelak. Hidup akan terus berjalan, semua perbekalan hidup telah kami miliki, semua itu kami dapatkan dari Mamah. Kami hanya meminta masukkanlah kami selalu dalam doanya Mamah. Kenapa doa selalu aku memintanya pada Mamah? karena Allah izinkan doa mustajab itu ada pada Mamah. Untuk itu iringilah hidup kami dengan lantunan doa yang senantiasa Mamah munajatkan di sepertiga malam dan di setiap sujud Mamah, ucapkanlah selalu nama kami dalam setiap aduan Mamah kepada Allah yang selalu mendengarkan sepelan apa pun kita memintanya.
Mamah, aku masih selalu teringat akan sebuah pesan yang selalu Mamah ulang dalam menyampaikannya. Pesan itu selalu terngiang-ngiang di telingaku.
"Teteh, Mamah titip Irna yah, andai Mamah suatu saat nanti kelak berpulang, jaga adekmu dengan baik, sayangi dia sepenuh hati, lindungi dia. Pastikan hidupnya akan baik-baik saja. Mamah titipkan adekmu karena Mamah yakin Teteh mampu menjalani semua ini."
Ya Allah kekhawatiran terhadap putri bungsu yang selalu dianggapnya kecil. Cinta yang selalu hadir teruntuk adik bungsuku. Bahkan tak hanya cukup di situ pesan untukku.
"Teteh, adekmu itu sedari kecil sudah kehilangan sosok Ayahmu, untuk itu berilah pelindung untuknya selalu. Berikan pelukan Teteh sebagai rasa amannya adekmu. Jangan tinggalkan adek sendirian, jangan biarkan hidupnya sedih. Teteh mau kan janji sama Mamah?"
Ya Allah, ucapan-ucapan itu masih menghujam dalam benak terdalamku. Semoga Allah mampukan aku untuk menjaga amanah ini.
Sedari kecil Mamah memiliki kedekatan yang sangat istimewa dengan adikku. Mamah seperti merasa bersalah atas apa yang terjadi dalam hidupnya. Merasa bersalah karena telah memisahkan adik bersama Ayah sehingga adik harus kehilangan sosok Ayah. Berulang kali aku mencoba meyakinkan bahwa hidup adikku akan baik-baik saja, dan tidak terpengaruh akan perpisahan Ayah dan Mamah. Tidak ada satu orang manusia pun yang menginginkan perpisahan. Semua sudah berlalu. Dan sebuah hikmah kehidupan sudah kami dapatkan. Bisa tumbuh menjadi orang yang lebih kuat dan lebih bijak dalam setiap ujian yang Alah beri.
Sosok Mamah yang begitu kuat menjadikan Mamah sangat pantas untuk menyematkan nama seorang yang berlabel sebagai ibu tangguh. Seorang ibu yang mampu melewati takdirnya di atas ketaatannya kepada Allah. Tak pernah menyalahi Allah sebagai pembuat perencana kehidupan. Bersikap ikhlas atas semua yang Allah tetapkan dalam hidupnya. Hanya berharap rida dari-Nya.
Tahukah, Mah, bahwa Mamah adalah menjadi alasan kita ada di dunia ini. Sebuah alasan hidup yang membuat kita kuat hingga di hari ini. Teteh memahami bahwa pengorbanan seorang ibu tidaklah terbatas, Mamah telah mengorbankan kenyamanan dan kebahagiaan Mamah untuk anak-anaknya. Teteh dan Irna akan berusaha untuk membawa kebahagiaan dalam hidup Mamah.
Kasih sayang Mamah yang Mamah berikan di sepanjang waktu, seperti lautan yang tak pernah kering. Cinta yang Mamah beri, bagaikan sebuah rahmat yang tak akan pernah habis..
Mamah adalah pintu gerbang surga bagi Teteh dan Irna. Semoga kami bisa menjemput surga itu dengan senantiasa berbakti dan menjadi anak-anak yang seperti Mamah inginkan, dan menjadi anak-anak yang senantiasa memberikan sumber kebahagian untuk Mamah.
Untuk itu, selalu ada doa tulus yang selalu kami langitkan dalam setiap sujud kepada Allah ya Rabb untuk Mamah.
"Rabbighfirli, wa li walidayya, warham huma kama rabbayani shaghira"
"Tuhanku, ampunilah dosaku dan (dosa) kedua orang tuaku. Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu aku kecil"
"Rabbanaghfir lî wa liwâlidayya wa lil-mu'minîna yauma yaqûmul-ḫisâb"
"Ya Tuhan kami, ampunilah aku, kedua orang tuaku, dan orang-orang mukmin pada hari diadakan perhitungan (hari Kiamat)."
Mah, tak henti-hentinya aku mencintaimu, sebuah persembahan cinta yang tak akan pernah usai. Cinta ini akan selalu ada, terpatri di lubuk sanubariku hingga ujung napas berembus. [Hz]
0 Comments: