motivasi
Aku Menulis dan Aku Bahagia
Oleh. Eka Suryati
SSCQMedia.Com- Aku bertanya pada diriku, "Apa yang membuat diriku ingin menulis?"
Awal muncul keinginan untuk menulis karena saat itu senang sekali membaca sebuah karya baik fiksi maupun non fiksi. Kalau ada cerita yang menimbulkan rasa penasaran, mengasah otak untuk berpikir, aku senang sekali. Hal itu akan membuat otakku mengolah informasi yang ada.
Bagiku, menulis bukan saja senuah kegiatan kreatif, tetapi juga mampu membuat kita menyalurkan ide dan imajinasi. Selain itu, menulis juga bisa diperuntukkan sebagai bagian dari kegiatan berdakwah.
Berdakwah melalui tulisan menjadi lebih mudah, karena tak harus naik ke mimbar atau bertemu banyak orang. Dalam setiap kata yang ditorehkan, bisa untuk menyebarkan kebaikan dan itu merupakan suatu kepuasan dan kebahagiaan tersendiri.
Menulis adalah sebuah kegiatan yang bermanfaat dan dijadikan sarana untuk ibadah yang mendekatkan diriku kepada Allah. Ketika menulis tentang Islam, adalah sebuah upaya untuk mencari rida Allah, karena yang dituliskan berisi tentang kebaikan ajaran Islam. Setiap kata yang ditulis, mengandung makna, doa dan harapan agar tulisan tersebut dapat memberi manfaat kepada orang lain, sekaligus mengajak mereka lebih mendekat kepada-Nya.
Dalam sebuah karya yang dituliskan akan membuat ide, gagasan lebih menarik sehingga apa yang disampaikan menjadi indah dan lebih menyentuh hati. Melalui tulisan, penulis dapat menjelaskan tentang kebaikan dan dapat menjangkau lebih banyak orang, serta memberikan pencerahan yang bermanfaat. Menulis adalah alat yang sangat kuat untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas, melintasi batas-batas geografis dan waktu.
Ada banyak kebaikan yang ditimbulkan karena kegiatan menulis yang kini kutekuni. Karena untuk menulis dituntun untuk menuangkan ide, maka kita akan terdorong untuk banyak membaca. Bagaimana tidak demikian, karena kalau kita tidak banyak membaca, maka kita bisa kehabisan kreatifitas berkarya dalam menuangkan suatu ide. Menekuni literasi baca tulis, membuat kita harus terus belajar dalam banyak hal tentang dunia literasi itu sendiri. Belajar memperbanyak kosa kata, belajar tentang EYD, belajar tentang diksi, dan sebagainya yang berkaitan dengan literasi.
Orang yang suka menulis, katanya pengetahuannya akan semakin bertambah. Rasa-rasanya tidaklah salah, pendapat itu. Orang yang rajin menulis atau membuat karya tulis, akan rajin mengupgrade diri, agar tulisannya bervariasi dan tidak mati dalam kreasi. Semakin sering penulis membaca semua hal yang bermanfaat, maka pengetahuannya bertambah dan tulisannya pun akan semakin bagus.
Kebahagiaan yang dirasakan saat menulis itu telah dimulai saat muncul ide untuk menulis. Proses dalam kegiatan merangkai kata demi kata menimbulkan aliran energi positif di dalam diri. Ada dorongan untuk menyelesaikan apa yang dituangkan dalam tulisannya, ketika selesai rasanya sungguh sangat senang sekali. Hal itu menimbulkan rasa bahagia, tak dapat diungkapkan dengan kata-kata, hatilah yang dapat merasakannya.
Menulis ternyata telah dilakukan sejak dahulu. Para ulama juga menulis karena mereka sadar mereka tak selamanya ada dan menulis dapat melestarikan ilmu. Ilmu akan tetap ada dan dibaca oleh generasi berikutnya karena karyanya dituliskan.
Imam Syafi'i rahimahullah berkata, "Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat, termasuk kebodohan kalau engkau berburu kijang, setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja." (Diwan Asy-Syafi'i).
Membaca karya ulama terkenal dan ilmunya dituangkan dalam bentuk tulisan membuat diri sadar, bahwa menulis sangat penting agar apa yang sudah kita dapat dan kita pahami dapat berguna untuk orang banyak, kalau kita tuangkan dalam bentuk tulisan. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa menulis menjadi sesuatu yang penting, karena kesadaran bahwa karya-karya ini akan tetap ada meski diri telah tiada. Raga boleh saja menjadi fana namun tulisan yang dibuat akan menjadi warisan, menjadi jejak yang ditinggalkan untuk generasi mendatang. Setiap tulisan yang dihasilkan memiliki potensi untuk terus hidup, memberikan manfaat, dan mempengaruhi kehidupan banyak orang setelah sang penulis pergi. Menulis berarti juga mengabadikan ilmu yang telah kita dapatkan. Harapan memperoleh pahala jariyah menjadi ada, sebab selama tulisan kita dibaca dan bermanfaat, saat itulah pahala kita harapkan untuk terus mengalir. Tentu saja hal ini menimbulkan harapan dan membuat rasa bahagia.
Banyak alasan untuk tidak menulis, namun banyak alasan juga untuk terus menulis. Menulis untuk dakwah adalah salah satu tujuanku untuk tetap menulis. Dalam setiap tulisan, aku berusaha untuk menyampaikan pesan-pesan Islam dengan cara yang relevan dan inspiratif. Menulis tentang nilai-nilai agama, kisah-kisah dari kehidupan Nabi Muhammad, atau solusi untuk masalah sehari-hari berdasarkan ajaran agama akan membuat tulisan kita menjadi bermanfaat dan bernilai dakwah.
Menulis juga membantuku untuk menyadari bahwa kebahagiaan sejati berasal dari memberi manfaat kepada sesama. Ketika aku menulis dengan niat untuk membantu dan memberikan kebaikan, hatiku terasa lebih ringan dan lebih bahagia. Ini adalah kebahagiaan yang tidak bisa diukur dengan pencapaian materi atau kesenangan duniawi, tetapi merupakan kebahagiaan yang datang dari rasa memberikan sesuatu yang berharga dan positif.
Kata-kata penuh hikmah dari sahabat, sepupu dan menantu Rasulullah saw ini akan menambah kesadaran kita bahwa betapa berartinya mengikat ilmu dan segala hal yang kita pahami dengan tulisan.
"Semua penulis akan meninggal, hanya karyanyalah yang akan abadi sepanjang masa. Maka tulislah yang akan membahagiakan dirimu di akhirat nanti.” (Ali bin Abi Thalib)
Kebahagiaan yang kita dapatkan dari tulisan yang kita buat, bukan hanya kebahagiaan selama hidup di dunia saja, ia bisa kekal, berlanjut ke kehidupan kelak, kehidupan akhirat. Sudah sepantasnya kalau kukatakan bahwa menulis membuatku bahagia. []
Kotabumi, 28 Desember 2024
0 Comments: