Baby Blues: Bukan Semata Problem Individu Ibu
Oleh. Desi Maulia, S.K.M
SSCQMedia.Com - Baby blues adalah salah satu sindrom yang kerapkali dialami oleh para ibu. Berdasarkan data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terungkap bahwa pada tahun 2024, sebesar 57 persen ibu di Indonesia mengalami gejala baby blues.
Angka tersebut cukup besar hingga menjadikan Indonesia sebagai negara dengan kasus baby blues tertinggi di Asia. Baby blues syndrome adalah kondisi psikologis wanita setelah dia melahirkan , yang cenderung sensitif dan emosional.
Kondisi ini disebabkan adanya penurunan hormon pada wanita. Seorang wanita yang mengalami baby blues menjadi mudah sedih, menangis, cemas dan marah (cnnindonesia.com, 1-2-2024).
Berkaitan dengan permasalahan baby blues syndrome ini, jika kita detili maka hal ini disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor individu, masyarakat, dan negara. Secara individu baby blues disebabkan oleh kurangnya kesiapan untuk menjadi orang tua. Kesiapan ini baik dari segi fisik maupun psikis. Secara fisik kesiapan ini ditinjau dari segi asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh, adanya penyakit tertentu yang dimiliki oleh calon orang tua, dan juga pola hidup yang kurang sehat seperti merokok, begadang dan lainnya.
Secara psikis, kesiapan dalam menjalankan peran sebagai orang tua dipengaruhi oleh rasa takut menghadapi persalinan, rasa takut untuk membiayai kehidupan anak, rasa takut dengan keruwetan dalam mengurus anak dan sebagainya.
Selain faktor kesiapan secara individu, baby blues juga dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat yang ada di sekitar ibu. Keluarga yang kurang perhatian terhadap ibu. Suami yang kurang mendukung dan perhatian akan kebutuhan ibu akibat kurang memahami terkait pengasuhan anak.
Adanya respon keluarga dan masyarakat yang negatif kepada seorang ibu atas pengurusan dan pola asuhnya kepada anak. Ini semua menyebabkan ibu merasa tertekan dengan keluarga dan masyarakat.
Faktor lain yang sangat penting dalam mengatasi ibu yang mengalami baby blues adalah negara. Bukan hal yang mudah untuk menjadi orang tua. Apalagi di tengah derasnya arus liberalisme saat ini. Maka untuk menjadi orang tua membutuhkan bekal yang matang. Dalam hal ini negara juga memiliki peran yang penting. Yaitu memberikan support system yang mampu memberikan bekal bagi calon orang tua dalam menjalani proses pernikahan, kehamilan, persalinan dan sebagainya.
Namun sayangnya, kurikulum pendidikan di negeri ini tidak memberikan bekal itu kepada para calon orang tua. Bahkan, kurikulum Indonesia justru menjauhkan agama dari kehidupan. Padahal agama ini menjadi pondasi penting bagi para calon orang tua ketika menempuh jenjang pernikahan. Agama juga menjadi pegangan hidup yang penting bagi manusia. Sayangnya di negeri yang menerapkan sistem sekuler saat ini, agama dipisahkan dari kehidupan. Sehingga individu tidak lagi memiliki pegangan dalam menjalankan kehidupan.
Selama ini kesiapan menjadi orang tua, diserahkan kepada individu masing-masing. Pemerintah kurang memberikan edukasi kepada rakyatnya. Pemerintah hanya berfungsi sebagai regulator semata. Tidak secara utuh bertanggung jawab dalam menyelesaikan problem baby blues ini.
Bahkan, pemerintah justru membuat kebijakan yang bisa mengalihkan perempuan dari fitrahnya sebagai ibu, yaitu dengan pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi. Hal ini pada akhirnya menyibukkan para perempuan dan menjadikan mereka kurang dalam membekali dirinya untuk bersiap menyongsong perannya sebagai ibu.
Terlebih lagi keterlibatan perempuan dalam sektor ekonomi ini juga akan membawa tekanan tersendiri bagi seorang perempuan. Hal ini tentu saja akan berpengaruh pada psikis seorang perempuan.
Ini berbeda dengan Islam. Islam memiliki seperangkat aturan yang kompleks dalam kehidupan. Begitu pun dalam menyelesaikan kasus baby blues saat ini. Dalam skala individu Islam telah mengajarkan pada seorang muslim bahwa setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dilakukannya. Maka, sebelum melakukan sesuatu seorang muslim harus memiliki ilmu pengetahuan atasnya. Begitupun ketika seseorang hendak menikah dan menjadi orang tua.
Setiap individu muslim menyadari bahwa setiap fase kehidupan ini adalah bagian dari ibadah kepada Allah Swt. Maka, sebelum menjalankan proses pernikahan seorang muslim akan membekali dirinya tentang ilmu pernikahan dan kesiapan menjadi orang tua.
Dari sisi masyarakat, Allah Swt. memerintah setiap muslim untuk melakukan amar makruf nahi mungkar terhadap saudaranya yang lain. Memberikan perhatian dan kepedulian mereka terhadap setiap anggota masyarakat yang ada di sekitarnya. Suami dan keluarga yang perhatian kepada calon ibu.
Masyarakat yang saling membantu kepada anggota masyarakat yang lain. Hal ini tentunya akan sangat membantu dalam memberikan ketenangan bagi seorang ibu ketika melahirkan anak. Sehingga ibu terhindar dari baby blues.
Selain keluarga dan masyarakat maka dukungan penting lainnya adalah negara. Negara yang menjalankan aturan Allah Swt. secara kafah akan menjamin setiap rakyatnya untuk terpenuhi kebutuhan hidupnya. Baik kebutuhan mendasar seperti sandang, pangan, papan juga kebutuhan komunalnya. Seperti kebutuhan akan pendidikan, kesehatan, dan keamanan.
Dengan jaminan ini seorang ibu tidak akan khawatir tentang bagaimana nasib anaknya ke depan, bagaimana biaya untuk makan, pakaian, rumah, pendidikan, serta kebutuhan lainnya.
Selain itu negara juga memberikan bekal bagi para remaja sebelum mereka menikah dan menjadi orang tua. Negara akan menerapkan kurikulum pendidikan yang akan mencetak generasi yang memiliki kepribadian Islam. Pola pikir mereka dalam menghadapi kehidupan disandarkan pada akidah Islam. Begitupun pola sikap mereka. Perbuatan yang selalu distandarkan pada apa yang menjadi perintah dan larangan Allah Swt.
Dalam persiapan untuk menjadi orang tua maka setiap muslim laki-laki disadarkan dan dibekali akan perannya dalam keluarga. Yaitu menjadi pemimpin dan juga penanggung jawab atas kebutuhan anggota keluarga yang menjadi tanggungannya. Bagi perempuanpun mereka akan dibekali dengan pemahaman akan perannya dalam rumah tangga. Yaitu sebagai istri, ibu, dan pengatur rumah tangga.
Selain itu mereka akan dibekali dengan kemampuan yang akan digunakan dalam menjalankan perannya tersebut. Termasuk juga perannya sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya. Dengan demikian maka akan terwujud support system bagi ibu sehingga ibu terhindar dari baby blues dan mampu menjalankan perannya dalam mencetak generasi penerus umat yang tangguh dan beriman kepada Allah Swt. Wallahualam bissawab. [ ry ].
0 Comments: