Headlines
Loading...
Oleh. Siti Nur Rahma 

SSCQMedia.Com- Kondisi yang semakin pilu di negeri Palestina memang membuat banyak pihak ingin berkontribusi untuk mengakhiri perang yang masih berkecamuk itu. Termasuk bagi seorang presiden pun juga berharap mampu membuat perubahan menuju kedamaian atas konflik yang terjadi. Namun, langkah yang tepat untuk membebaskan tanah Palestina cukupkah hanya dengan retorika?

Pada 19 Desember 2024, Presiden Prabowo Subianto telah menyatakan dukungannya kepada Palestina dalam pidatonya di KTT D-8 di Kairo, Mesir. Beliau dengan lantang menyampaikan argumennya tentang lemahnya solidaritas antar negara muslim atas isu perdamaian dan kemanusiaan. Meskipun saat itu terdapat aksi walk out dari beberapa delegasi, namun beliau tetap menyerukan pentingnya persatuan dan kerjasama antar negara muslim (Tribunnews.com, 21/12/2024).

Terdapat tanggapan atas pidato Presiden Prabowo Subianto dari pengamat Timur Tengah, Smith Alhadar, yang disampaikan ke Media Indonesia pada Minggu, 22 Desember 2024. Smith menilai pidato yang disampaikan tentang seruan persatuan negara-negara Islam memang bagus, namun terkesan menggurui dan abai terhadap apa yang telah dilakukan oleh negara-negara tersebut.

Smith juga menyampaikan bahwa sesungguhnya negeri-negeri Islam, khususnya Turki, Iran, dan Mesir, sudah mengecam keras kepada Israel, hingga Turki memutuskan hubungan ekonomi dengan Israel dan ikut bergabung dengan Afrika Selatan yang menuduh Israel melakukan genosida di hadapan Mahkamah Internasional (ICJ). Smith juga menambahkan bahwa Iran sudah dua kali melancarkan serangan besar ke Israel, sedangkan Mesir meloloskan gencatan senjata Hamas-Israel. Namun RI dipandang masih belum seberapa jika dibandingkan dengan apa yang sudah dilakukan oleh negeri tersebut.

Dalam pidatonya, Prabowo Subianto juga mengkritik strategi devide et impera yang melemahkan solidaritas antar negeri muslim. Beliau juga menambahkan tentang konflik internal di beberapa negeri muslim menjadi contoh nyata adanya konflik internal antar sesama. Konflik internal yang dimaksud seperti mengarah pada Turki dan Iran yang berseberangan terkait masalah di Suriah. Hal ini dinilai Smith adalah tidak salah secara substansi, namun tidak pada tempatnya. Menurut Smith, tidak seharusnya KTT D-8 menjadi ajang salah menyalahkan.

Bukan Sekadar Retorika 

Sejatinya, dukungan demi dukungan kepada Palestina sejak dulu telah banyak dilakukan oleh beberapa negeri muslim. Namun, tak banyak hal yang bisa diubah atas konflik yang terjadi. Kecaman pun sudah pernah dilakukan oleh banyak warga di berbagai belahan dunia, untuk Palestina, bahkan dari kalangan non muslim. 

Namun,.konflik di Palestina terus terjadi. Kekuatan militer yang dimiliki pihak Palestina hanya datang dari kekuatan dalam negeri sendiri. Berbeda halnya dengan negeri zionis Yahudi, mereka mendapatkan dukungan militer dari negara-negara besar yang memiliki kekuasaan dan kepentingan di dalam konflik tersebut. Maka, tepat jika dikatakan negeri-negeri muslim hanya memberikan dukungan saja yang bersifat retoris tanpa aksi politis dan ideologis.

Rasulullah saw. telah mencontohkan dalam aksi politisnya saat masih dakwah di fase Makkah. Saat itu beliau melakukan perubahan pemikiran secara mendasar pada bangsa Arab saat masih dalam kejahiliahannya. Beliau menyebarkan pemikiran yang benar yakni akidah Islam dan membersihkan akidah masyarakat Arab jahiliah serta menentang semua bentuk hukum yang tidak sesuai dengan syariat.

Kemudian, Rasulullah saw. melakukan hijrah ke Madinah lantas menegakkan negara Islam lengkap dengan struktur pemerintahannya. Dari wujud penerapan syariat Islam secara menyeluruh dalam bingkai negara tersebut, terdapat teladan untuk menunjukkan kekuatan besar yang dimiliki Islam dan umat Islam kepada musuh-musuh Islam. Dan memang benar adanya, saat Islam diemban oleh sebuah negara, maka akan memberikan kekuatan baik di bidang militer maupun politik luar negerinya. Persatuan dan kesatuan umat Islam secara global terbentuk hingga meliputi dua per tiga dunia.

Dan sampai saat ini musuh-musuh Islam masih takut dengan bangkitnya umat Islam dan tegaknya negara Islam seperti di masa Rasulullah saw. Sehingga banyak hal yang dilakukan oleh musuh Islam untuk memonsterisasi ajaran khilafah dan syariat Islam.

Oleh karena itu, butuh kerja politik dari semua elemen umat Islam agar terbentuk kesadaran umat untuk bersatu dalam naungan Negara dan mengirimkan bantuan militer kepada Palestina sebagai bentuk jihad fi sabilillah yang juga merupakan ajaran Islam.

Seperti halnya Rasulullah saw. dan para sahabat membentuk kelompok dakwah yang membenturkan pemahaman Islam yang sahih dengan pemahaman batil di tengah kebiasaan bangsa Arab menyembah berhala. Lantas kelompok dakwah Rasulullah saw. itu menjadi teladan bagi kita untuk juga terhimpun dan melakukan gerak dakwah terarah.

Gerak dakwah politis dan ideologis inilah yang telah dicontohkan Rasulullah saw. yang akan memberikan kekuatan militer dan membebaskan belenggu nation state negeri-negeri muslim sehingga bersatu dalam satu kepemimpinan, lantas mampu memenangkan konflik di Palestina dan segala problem di negeri muslim lainnya. 

Oleh karena itu, bukankah kesadaran terhadap urgensi adanya negara Islam sangat mendesak untuk kita perjuangkan?

Wallahualam bissawab. [An]

Baca juga:

0 Comments: