Headlines
Loading...
Gaza di Bawah Bayang Senjata Amerika

Gaza di Bawah Bayang Senjata Amerika


Oleh. Siti Fatima
(Mahasiswi, Aktivis Dakwah)


SSCQMedia.Com-Fakta bahwa Amerika Serikat mengumumkan penjualan senjata senilai Rp129,7 triliun kepada Israel di tengah tragedi kemanusiaan yang menewaskan sekitar 45.000 warga Gaza adalah realitas yang memilukan. Keputusan ini memicu pertanyaan mendalam tentang keadilan, kemanusiaan, dan tanggung jawab global dalam menyikapi konflik berkepanjangan di Palestina (international.sindonews.com, 5-1-2025)

Penjualan senjata dari AS ke Israel mencerminkan ketimpangan kekuatan militer antara Israel dan Gaza. Gaza, dengan populasi sipil yang padat dan akses terbatas ke sumber daya militer, menjadi sasaran serangan yang seringkali tidak proporsional. Hal ini mengakibatkan tingginya korban jiwa di kalangan warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak. Dukungan militer yang berkelanjutan dari AS dan negara-negara lainnya memperkuat posisi Israel dalam melanjutkan kebijakan agresifnya terhadap Gaza. Tindakan ini sering kali terhindar dari sanksi internasional, meskipun terdapat pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional.

Selain itu, konflik ini juga menciptakan tragedi kemanusiaan yang mengerikan. Ratusan ribu warga Gaza kehilangan tempat tinggal, akses  layanan kesehatan, dan kebutuhan dasar lainnya. Blokade yang terus berlangsung memperparah kondisi kehidupan mereka, menjadikan Gaza sebagai “penjara terbuka” terbesar di dunia.

Hari ini, penyelesaian terhadap konflik ini seolah buntu. Karena sistem kapitalisme yang sedang mengakar di tengah-tengah umat telah menceraiberaikan kaum muslimin menjadi pilihan bahkan ratusan negara. Dengan paham nasionalisme yang menjadi dinding pemisah antara kaum muslimin, menjadikan ummat ini memiliki argumentasi bahwa mereka tidak memiliki kewajiban untuk menolong kaum muslimin Gaza, karena Gaza bukan bagian dari mereka. Sungguh, ini perspektif yang sangat dangkal.


Perspektif Islam dalam Konflik Palestina-Israel

Dalam perspektif Islam, bahwa konflik Palestina-Israel tidak hanya menjadi isu geopolitik tetapi juga permasalahan etis dan spiritual yang menuntut respons holistik. Dalam Islam, nilai-nilai keadilan, perdamaian, dan perlindungan terhadap kehidupan manusia menjadi landasan utama dalam menyikapi konflik seperti ini.

Islam melarang segala bentuk kezaliman, termasuk penindasan terhadap kelompok yang lemah. Al-Qur'an menyatakan: “Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum membuatmu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena keadilan itu lebih dekat kepada takwa” (QS. Al-Maidah: 8).

Dalam konteks Gaza, pembelaan terhadap hak-hak rakyat Palestina adalah bentuk implementasi dari prinsip ini. Selain itu, konflik ini juga menjadi panggilan bagi umat Islam di seluruh dunia untuk bersatu dalam kepemimpinan. Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan kaum mukminin dalam hal saling mencintai dan menyayangi adalah seperti satu tubuh; jika salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakit” (HR. Muslim).

Dengan pemahaman bahwa umat Islam satu tubuh, maka sudah seharusnya kaum muslimin bersatu untuk menghilangkan kepedihan muslim Gaza, bahkan umat Islam perlu mendorong pemerintah negara-negara Muslim untuk lebih serius lagi dalam menyuarakan pembebasan Palestina. Artinya, tidak hanya kecaman-kecaman sebagai lip-service, namun hingga menurunkan militernya untuk menyelamatkan Gaza, Palestina.

Konflik Gaza adalah tantangan besar bagi dunia, terutama umat Islam. Fakta penjualan senjata AS ke Israel di tengah penderitaan rakyat Gaza menunjukkan perlunya langkah konkret yang melampaui kecaman verbal. Dari perspektif Islam, solusi nyata untuk pembebasan Gaza adalah dengan adanya seruan jihad fii sabilillah dari seorang Khalifah (pemimpin).

Seorang Khalifah dalam daulah Islam (khilafah) tidak akan pernah membiarkan kaum muslimin berada dalam ketertindasan atau dalam keterjajahan. Segala bentuk kezaliman akan dihilangkan di tengah-tengah ummat. Khalifah akan memerangi negara-negara kufur yang memusuhi daulah Islam.

Dengan kesadaran bahwa satu-satunya solusi atas konflik ini adalah tegaknya Khilafah, maka menjadi tugas kita untuk terus-menerus berkontribusi seoptimal mungkin untuk mengembalikan perisai kaum muslimin, yakni Khilafah 'ala minhajin nubuwwah. Dengan begitulah, kemuliaan agama dan ummat ini akan kembali.

Wallahualam bissawab. []

Baca juga:

0 Comments: