Hanya Jihad dan Khilafah, Solusi Pembebasan Palestina
Oleh. Indri Wulan Pertiwi
(Kontributor SSCQMedia.Com dan Aktivis Muslimah Semarang)
SSCQMedia.Com-Palestina bukan hanya tanah yang dipenuhi sejarah panjang perjuangan umat Islam, tetapi juga air mata dan derita yang seakan tak berujung. Dalam situasi seperti ini, kesadaran umat Islam akan pentingnya dukungan terhadap Palestina menjadi hal yang sangat krusial. Gencatan senjata mungkin memberikan jeda, sekaligus oase bagi rakyat Palestina yang selama ini tertindas, tetapi bukanlah solusi jangka panjang. Diperlukan upaya lebih dalam, yaitu melalui jihad dan tegaknya Khilafah, untuk benar-benar mengakhiri penjajahan dan genosida yang terjadi di sana.
Pascaperjanjian gencatan senjata antara Palestina dan Zionis Yahudi pada hari Minggu, 19 Januari 2025. Zionis Yahudi kembali menggila dengan melanggar kesepakatan. Hal tersebut terjadi pada Kamis (23/1/2025), ratusan warga Jenin di Tepi Barat, Palestina, dipaksa meninggalkan rumah mereka setelah peringatan dari drone dengan pengeras suara. Kendati warga mendengar peringatan tentang ancaman kekerasan, dan ada bantahan terkait penyingkiran warga. Namun faktanya, operasi militer besar berlangsung selama tiga hari, melibatkan penghancuran rumah di kamp pengungsi Jenin dengan dukungan kendaraan militer, helikopter, dan drone. Tujuan operasi ini diklaim untuk mengatasi pihak militan yang didukung Iran di kamp pengungsi Jenin. Selama operasi, dua pria terbunuh dekat Jenin. Sebanyak 12 warga Palestina tewas dan 40 lainnya terluka sejak dimulainya operasi. Hal ini juga memicu reaksi dari Prancis dan Yordania yang menyoroti risiko eskalasi kekerasan di Tepi Barat, dengan tekanan untuk menghindari konflik lebih lanjut. (cnbcindonesia.com/news/2025012)
Sudah menjadi karakter Zionis Yahudi yang tidak dapat dipercaya dan munafik, sebagaimana yang banyak disampaikan Allah dalam kitab suci Al-Qur'an serta dalam berbagai catatan sejarah. Pelanggaran perjanjian gencatan senjata oleh pihak Israel bukanlah pertama kali terjadi. Hal ini membuktikan betapa rapuhnya situasi keamanan dan stabilitas di wilayah tersebut.
Adapun komunitas internasional, yang menyeru dan mengecam Israel agar mematuhi kesepakatan yang telah ditandatangani dan menghormati hak asasi manusia warga Palestina, hanya melakukan retorika tanpa langkah nyata, padahal di bawah meja mereka kawan setia.
Maka saat mendiskusikan penyelesaian permasalahan di Palestina, solusinya tidak hanya terbatas pada gencatan senjata, tetapi juga pada pelaksanaan jihad sesuai dengan perintah Allah untuk melawan kaum kafir yang menyerang umat Islam. Dan hal tersebut tidak bisa dilepaskan dari peran Khilafah yang merupakan sistem pemerintahan yang bersifat universal. Batas-batas negara akan bersatu dalam satu kesatuan sehingga mewujudkan keadilan dan perdamaian global, termasuk di wilayah Palestina. Dengan demikian, Khilafah sebagai sistem pemerintahan yang berakar pada syariat Islam bisa menjadi jawaban atas konflik yang tengah berkecamuk di Palestina.
Terlebih bulan Rajab dan peringatan Isra' Mi'raj bukan hanya tentang peristiwa sejarah bagi umat Islam, tetapi juga sebuah pengingat akan akar masalah di Palestina dan kemuliaan tanah tersebut. Momentum ini seharusnya menjadi pemicu kesadaran bagi umat Islam untuk kembali memperjuangkan kehormatan dan martabat atas tanah yang diperjuangkan dengan darah dan air mata. Sekaligus menjadi dorongan kuat untuk berjuang demi tegaknya Khilafah, sebuah institusi Islam yang akan menjadi perisai bagi umat Islam.
Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan yang mulia dalam memperjuangkan pembebasan serta keadilan bagi Palestina, umat Islam membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan ideologis. Kepemimpinan ini harus mampu memimpin umat dengan visi yang jelas dan tulus dalam perjuangan yang dijalani sebagaimana kriteria kepemimpinan dalam Islam yang ada dalam Khilafah.
Selain itu, keberadaan jemaah dakwah juga memiliki peran penting dalam membimbing umat dan menyatukan langkah dalam memperjuangkan tujuan bersama. Tentunya jemaah tersebut harus memiliki fikrah dan thariqah yang benar sesuai dengan ajaran Islam.
Aksi Bela Palestina yang diselenggarakan pada tanggal Minggu 26 Januari 2025 di depan kedubes AS, menjadi bukti nyata adanya kesadaran kaum muslimin akan penderitaan yang dialami oleh saudara-saudara mereka di Palestina. Solidaritas ini tidak hanya menjadi tanda dukungan moral, tetapi juga sebagai panggilan keimanan untuk melakukan tindakan nyata dalam memperjuangkan keadilan dan pembebasan bagi rakyat Palestina.
Dengan demikian, terjadinya kembali pelanggaran gencatan senjata yang dilakukan zionis Yahudi, sepatutnya mampu membangkitkan kesadaran umat Islam terhadap situasi di Palestina serta dapat memberikan solusi hakiki atas masalah ini. Sebab hanya dengan pemahaman yang mendalam akan akar masalah dan semangat perjuangan yang kuat, umat muslim dapat menjadi agen perubahan yang membawa dampak positif bagi umat Islam secara global. Dengan kesatuan tekad dan keyakinan, bersama-sama berjuang menyerukan jihad serta menegakkan Khilafah, niscaya pembebasan Palestina menjadi kian nyata.
Wallahu'alam. [My]
Baca juga:
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwn1z-qW4alS9WG0uXNYw9abBTQkUnD4yrvjMXSlrcJgxpQTXaWt6AK6R3qPfittc16UQ1NitLgdbVZFrtQDNk5Qava1x8POat9AVzf6oQN_qM3XVi1aczrmpLH4haLUwV8i8vYx3LvEamEBFUKyfZcEgpQ6WCm5K6rELPqtWHSM0t3XaRLCbeGPTcsw/s16000/SSCQMedia.com.gif)
0 Comments: