Headlines
Loading...

Oleh. Eka Suryati


SSCQMedia.Com-Tahun 2024 telah berlalu, banyak kenangan yang sudah dilalui. Jika manis bolehlah kita mengendapkan dalam ingatan, agar menjadi hal yang indah untuk dikenang. Jika tidak baik, segera kita perbaiki agar tidak terjadi kembali di tahun yang akan datang.

Tahun 2025 akhirnya datang. Bukan masalah hitungan angka, namun apa yang ingin kita wujudkan di tahun ini. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, kita masih hidup di dunia ini. Segala hal yang akan kita lakukan bisa menjadi penyebab berubahnya arah hidup kita di masa yang akan datang, bahkan menjadi penyebab bahagia tidaknya hidup kita di akhirat kelak. Oleh karena itu diri ini berharap agar di tahun 2025 ini, segala hal menjadi lebih baik lagi.

Harapan tak boleh berhenti, selama bumi masih berputar, maka asa masih harus diperjuangkan. Harapan apa yang sangat diinginkan sekarang ini? Tentu saja ingin menjadi lebih taat lagi kepada Allah. Tak ada yang paling diinginkan dari seorang hamba, melainkan ia bisa menghamba lebih baik lagi kepada Sang Pemilik Hidup, yaitu Allah Swt.

Sebagai hamba, tentu meminta petunjuk dari-Nya. Petunjuk sudah ada, nyata ada di tengah-tengah kita. Namun kita belum bisa memaksimalkannya karena kurangnya kemampuan diri memahami isi kandungan petunjuk dan pedoman hidup kita itu. Ya, Al-Qur'an yang diturunkan Allah dalam bahasa Arab, menjadi tidak maksimal kita pelajari karena kurangnya diri ini menguasai bahasa Arab tersebut. Padahal bahasa Al-Qur'an adalah bahasa Arab, karenanya keinginan untuk belajar bahasa Arab menjadi semakin besar. Semoga Allah mudahkan untukku belajar dan belajar bahasa penduduk surga tersebut.

Tugas seorang hamba Allah adalah beribadah. Dalam ibadah itu ada kewajiban kita untuk beramar makruf nahi munkar, dan dakwah adalah jalan untuk mewujudkannya. Sadar kemampuan diri masih sangat terbatas, lalu belajar berdakwah menjadi keinginan diri di tahun ini. Sekali lagi, semoga Allah mudahkan keinginan hati ini.

Alhamdulillah sekarang aku bergabung di komunitas yang isinya adalah para sahabat taat, yang saling mencintai karena Allah. Karena cinta mereka pada Allah, sehingga mereka tidak akan segan jika ada sahabat lainnya minta pertolongan dalam rangka memperbaiki diri. Keinginan untuk tetap berada di komunitas para sahabat taat tentu saja menjadi keinginan yang harus dipertahankan.

Banyak sekali harapan yang ingin diwujudkan. Makin taat pada Allah, juga memiliki anak yang makin saleh/salihah. Demikian pula keinginan hati agar suami makin taat kepada Allah, menjadi keinginan setiap istri yang ingin rumah tangganya makin diberkahi Allah. Bukankan kita harus terus memperbaiki diri, sehingga doa-doa juga dilangitkan agar keinginan itu dapat terwujud?

Apakah ada lagi keinginan terbesar dalam hidup ini? Keinginan terbesarku adalah keinginan terbesar seluruh umat Islam, yaitu Islam kembali memimpin peradaban dunia, seperti yang terjadi di masa lalu. Sejarah telah membuktikan bahwa itu merupakan peradaban terbaik sepanjang sejarah umat manusia.

Dalam QS. Ali 'Imran Ayat 110 Allah berfirman:

كُنۡتُمۡ خَيۡرَ اُمَّةٍ اُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡكَرِ وَتُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰهِ‌ؕ وَلَوۡ اٰمَنَ اَهۡلُ الۡكِتٰبِ لَڪَانَ خَيۡرًا لَّهُمۡ‌ؕ مِنۡهُمُ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ وَاَكۡثَرُهُمُ الۡفٰسِقُوۡنَ‏

"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik".

Adakah umat Islam yang tak ingin peradaban emas itu kembali lagi? Jika hati kita ikhlas menjadi hamba Allah yang sesungguhnya, pasti hal itu amat dirindukannya. Apalagi di tengah-tengah kekacauan dunia, merindu diri kita terhadap pemimpin yang mau meniru kepemimpinan Rasulullah. Rindu kita pada sosok para sahabat dan pemimpin-pemimpin Islam lainnya yang tercatat dalam sejarah. Dunia boleh menutupi keberadaan peradaban emas itu, namun sejarah juga yang membuktikan, bahwa kita merindukan pemimpin yang demikian. Pemimpin yang benar-benar takut pada Allah, sehingga jangankan ingin berbuat zalim, ingin bersenang-senang sendiri saja ia tak berani karena ada pertanggungjawaban kepemimpinannya di hadapan Allah. Tak rindukah kalian pada pemimpin-pemimpin Islam di saat itu? Kalau aku, begitu merindukannya. [ry].

Kotabumi, 1 Januari 2025

Baca juga:

0 Comments: