Headlines
Loading...
Ketika Bunuh Diri Dianggap Solusi

Ketika Bunuh Diri Dianggap Solusi


Oleh. Rina Herlina
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com-Akhir-akhir ini, banyak beredar video di dunia maya orang yang ditemukan tewas gantung diri. Miris sekali melihat kejadian tersebut. Entah seberat apa beban hidupnya hingga memilih mengakhiri hidup dengan gantung diri. Apakah dunia ini sudah tidak lagi menarik minat, sampai-sampai memilih mengakhiri hidup?

Usia para pelaku gantung diri tersebut beragam. Mulai dari remaja sampai pria dewasa. Sungguh sebuah akhir hidup yang tragis. Apalagi jika pelaku adalah seorang remaja, sungguh sangat disayangkan. Masa depannya masih panjang. Seharusnya di usianya tersebut sedang menikmati masa-masa terbaiknya sebagai seorang remaja penerus masa depan.

Fenomena orang-orang yang memilih jalan praktis bunuh diri untuk menyelesaikan persoalan ini, bukanlah fenomena baru. Sebenarnya kasus-kasus seperti ini sudah banyak terjadi. Namun, sebagian ada yang terekspos dan kebanyakannya justru tidak terekspos.

Ada banyak faktor yang melatarbelakangi kenapa seseorang mudah mengambil jalan pintas bunuh diri. Ada faktor psikologis seperti perasaan putus asa dan hilang harapan. Kecemasan berlebihan, gangguan kepribadian, dan trauma masa lalu juga bisa memicu seseorang melakukan tindak bunuh diri. Ini baru seputar faktor psikologis.

Ada juga faktor sosial seperti kesepian, diskriminasi, tekanan sosial, dan kehilangan. Bisa kehilangan karena kematian, perpisahan, atau kehilangan pekerjaan alias mengalami pemutusan hubungan kerja. Hal-hal seperti ini memang kerap kali memicu depresi. Jika tidak segera mendapatkan solusi, maka bisa berujung gangguan kejiwaan atau mengakhiri hidup seperti fenomena bunuh diri saat ini.

Faktor lain pemicu bunuh diri adalah faktor ekonomi. Ya, sepertinya faktor ekonomi menjadi faktor terbesar yang melatarbelakangi seseorang bunuh diri.  Misalnya faktor kemiskinan, beban utang, dan pengangguran. Dengan segala keterbatasan daya dan sulitnya ekonomi hari ini, masyarakat memang "dipaksa" untuk selalu waras dalam menjalani kehidupan saat ini. Kehidupan yang sama sekali tak berpihak kepada rakyat, karena setiap kebijakan yang diambil penguasa, hampir tidak pernah berpihak kepada kepentingan rakyat.

Rakyat harus berjuang mencari penghidupan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Bahkan tidak jarang harus saling sikut demi mendapatkan penghasilan yang tidak seberapa. Kondisi ini menjadi sebuah ironi, mengingat negeri ini sejatinya kaya akan sumber daya alam. Kekayaan alam negeri ini tersebar dari Sabang sampai Merauke. Namun sayangnya, rakyat justru tidak bisa menikmati semua kekayaan alam tersebut. Karena kekayaan alam negeri ini justru dikuasai oleh segelintir orang atau para oligarki. Akibatnya, rakyat harus rela hidup di bawah garis kemiskinan bahkan untuk sekadar makan pun begitu sulit. Karena kehidupan yang makin sulit dan impitan ekonomi tersebutlah, sebagian masyarakat justru memilih jalan pintas bunuh diri. Mereka tidak tahan lagi dengan kesulitan hidup yang harus dijalani.

Faktor yang tidak kalah penting, kenapa banyak orang memilih mengakhiri hidup di saat masalah melanda adalah lemahnya akidah. Ya, akidah masyarakat cenderung lemah sehingga mudah terjerumus kepada kesesatan yang akhirnya merugikan. Kondisi ini terjadi akibat penerapan sistem kapitalisme sekuler oleh negara. Sistem ini nyata-nyata telah memisahkan agama dari kehidupan, sehingga menihilkan peran Tuhan Sang Pencipta kehidupan. Mereka hidup hanya berlandaskan kepada materi dan mencari kebahagiaan sebanyak-banyaknya. Tolok ukur mereka dalam menjalani kehidupan adalah hanya berdasarkan pada asas manfaat semata. Akibatnya membuat mereka berlomba-lomba dalam mengumpulkan materi tanpa pernah memikirkan halal haram dari tindakan yang dilakukan.

Efek buruk dari sistem ini adalah masyarakat menjadi sangat lemah karena tidak memiliki landasan hidup yang kukuh. Sehingga di saat ujian melanda dan tidak mampu menyelesaikan, maka solusi praktis yang dipikirkan adalah bunuh diri. Sedangkal itulah jika masyarakat sudah sangat jauh dari akidahnya. Halal haram sudah tidak lagi menjadi tolok ukur dalam menjalani kehidupan. Keberadaan Allah Zat pemilik kehidupan sudah tidak diyakini lagi eksistensinya. Masyarakat semakin jauh dari agamanya (Islam) dan kualitas akidahnya makin jauh merosot.

Padahal dalam ajaran agama Islam, bunuh diri dianggap sebagai dosa besar dan dilarang secara tegas. Allah Swt. sangat melaknat orang yang bunuh diri, sebagaimana disebutkan dalam beberapa dalil dan hadis:

_"Allah tidak akan menerima tobat orang yang bunuh diri sampai dia masuk neraka."_ (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Di dalam surah An-Nisa' ayat 29 Allah juga berfirman yang artinya: _"... Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengasih kepadamu."_

Demikianlah, Allah sangat membenci pelaku yang memilih mengambil jalan pintas bunuh diri. Karena orang-orang seperti ini, berarti dia sudah berputus asa dari rahmat Allah Swt. Padahal rahmat Allah begitu besar untuk makhluk-Nya. Namun mengapa manusia sering kali berbuat melampaui batas? [Ni]

Payakumbuh, 20 Januari 2025

Baca juga:

0 Comments: