OPINI
Membangun Integritas Pendidikan: Berdayakan Sistem Islam
Oleh. Indri Wulan Pertiwi
(Kontributor SSCQMedia.Com dan Aktivis Muslimah Semarang)
SSCQMedia.Com-Penarikan ijazah untuk 233 alumni Stikom Bandung, dari 2018 hingga 2023, mencerminkan adanya masalah serius dalam sistem pendidikan Indonesia. Sistem pendidikan sekuler yang dikapitalisasi, memberikan ruang penyelewengan di berbagai sisi, hingga memerlukan evaluasi secara menyeluruh.
Tindakan penarikan ijazah ini diambil, setelah tim Evaluasi Kinerja Akademika menemukan kejanggalan dalam proses kelulusan. Ketua Stikom Bandung, Dedy Jamaludin Malik, menyatakan, bahwa langkah ini diambil untuk mematuhi aturan yang berlaku terkait penerbitan ijazah sesuai prosedur yang benar. Beberapa pelanggaran yang ditemukan, termasuk ketidaksesuaian antara SKS dan IPK, belum dilakukannya tes plagiasi untuk skripsi, dan ketidaksesuaian akreditasi program studi serta perguruan tinggi dalam ijazah. Sejauh ini, 95 dari 233 ijazah telah berhasil ditarik kembali. Sebanyak 19 ijazah dikembalikan secara sukarela oleh alumni, sedangkan yang lain masih dipegang oleh alumni lainnya.
Stikom Bandung berkomitmen untuk mengeluarkan ijazah baru setelah seluruh kekurangan diperbaiki, sehingga memastikan bahwa kesesuaian dengan prosedur yang berlaku terjamin.
Meskipun 233 alumni terdampak oleh pembatalan dan penarikan kembali ijazah, tidak serta-merta harus memulai eksplorasi pendidikan mereka dari awal. Mereka hanya harus melakukan perbaikan pada aspek-aspek tertentu seperti kekurangan SKS, nilai akademik, atau standar skripsi yang belum terpenuhi.
Kasus ini telah memperlihatkan pentingnya menjaga kualitas, transparansi, dan integritas dalam sistem pendidikan di Indonesia. Karena Institusi pendidikan, memegang peran sentral dalam menjaga mutu pendidikan dan memberikan jaminan kepada siswa dan mahasiswa terkait kualitas pendidikan yang diterima.
Cermin Pendidikan Sekuler Kapitalis
Selain itu, kasus penarikan ijazah mahasiswa Stikom Bandung, memperlihatkan adanya masalah besar dalam pendidikan sekuler yang cenderung kapitalis di Indonesia. Sebab, sistem pendidikan yang dijalankan hanya berorientasi pada keuntungan materi dapat mengambil risiko menjadi komoditas. Kondisi ini juga menimbulkan peluang penyelewengan di berbagai level, dari negara sebagai regulator, hingga objek pendidikan itu sendiri. Akibat sistem sekuler yang tidak melibatkan nilai-nilai agama dalam kehidupan, telah menyebabkan kekacauan moral dan kurangnya etika dalam masyarakat, termasuk dalam dunia pendidikan.
Oleh karenanya, meskipun saat ini banyak individu yang memiliki pendidikan tinggi dan gelar dari universitas internasional, mereka kerap terlibat dalam praktik korupsi, kolusi, nepotisme, hingga penjualan aset negara. Selain itu, pelanggaran etika juga banyak ditemukan di kalangan pelajar dan mahasiswa dalam berbagai bentuk seperti bullying, perzinaan, aborsi, judi, penggunaan narkoba, dan lain-lain. Yang pada intinya, sistem pendidikan di negara ini memiliki masalah, karena hanya memperhatikan nilai dan materi tanpa memberikan perhatian pada pembentukan karakter individu. Dan untuk memberikan pendidikan yang lebih baik kepada masyarakatnya, negara perlu menerapkan sistem pendidikan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang membantu mencapai tujuan pendidikan yang sebenarnya.
Selain itu, pendekatan pendidikan Islam menekankan kepatuhan pada aturan Allah, dengan memastikan kualitas dan kredibilitas institusi sesuai syariat. Dengan demikian, kasus semacam itu dapat dicegah dan mutu pendidikan Indonesia dapat ditingkatkan
Islam menetapkan pendidikan sebagai kebutuhan pokok yang dapat diakses oleh semua kalangan masyarakat. Oleh karena itu, sistem pendidikan Islam pada masa lalu, bersifat gratis dan terbuka bagi semua. Negara sebagai pemegang peran sentral dalam mengurus serta menjamin kebutuhan dasar rakyat, memiliki Baitulmal atau lembaga pengumpul dan penyalur harta dari umat Islam, yang berasal dari zakat, sumber daya alam, rampasan perang, dan lain sebagainya. Sehingga negara memiliki sumber pendapatan yang besar, yang kemudian dikelola dan didistribusikan secara adil kepada rakyat sebagai penunjang berbagai kebutuhan dasar mereka, seperti kesehatan, layanan publik, dan mencakup seluruh kegiatan institusi pendidikan, seperti pembayaran gaji guru, perawatan gedung, dan berbagai biaya lainnya.
Pendidikan dalam Islam, bertujuan untuk meningkatkan iman dan takwa seseorang. Artinya, semakin tinggi pendidikan atau pengetahuan seseorang, maka akan semakin kuat iman dan takwa mereka, serta semakin tinggi derajatnya di hadapan Allah Swt. Hal itu akan terlihat dari ketaatannya dalam menjalankan perintah dan larangan-Nya.
Selain itu, Islam juga menekankan pentingnya kepatuhan pada aturan Allah dalam penyelenggaraan pendidikan serta menjaga kualitas dan kredibilitas institusi pendidikan sesuai dengan syariat. Dengan demikian, sistem pendidikan dalam Islam lebih menekankan kualitas, transparansi, dan integritas dalam penyelenggaraan pendidikan.
Maka, menjadi wajar jika pada sejarah pendidikan di masa keemasan Islam menunjukkan bahwa lembaga pendidikan di era Khilafah menghasilkan banyak para ulama, ilmuwan dan sejarawan yang luar biasa. Karena sistem pendidikan dalam Islam, memberikan pendidikan berkualitas tinggi dan gratis kepada seluruh warga negara.
Dalam konteks Indonesia, masih ada kesempatan untuk memperbaiki sistem pendidikan saat ini. Karena tugas negara, sejatinya adalah mengurus urusan rakyatnya. Termasuk menjamin kualitas pendidikan terbaik bagi rakyatnya. Maka, sudah sepantasnya negara segera menyingkirkan sistem kapitalisme sekuler dan menerapkan sistem Islam kafah. Sehingga bukan hanya pendidikan gratis dan berkualitas dapat terwujud, namun mutu pendidikan serta sumber daya manusianya juga akan dapat meningkat secara signifikan. Wallahu'alam.[US]
Baca juga:
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwn1z-qW4alS9WG0uXNYw9abBTQkUnD4yrvjMXSlrcJgxpQTXaWt6AK6R3qPfittc16UQ1NitLgdbVZFrtQDNk5Qava1x8POat9AVzf6oQN_qM3XVi1aczrmpLH4haLUwV8i8vYx3LvEamEBFUKyfZcEgpQ6WCm5K6rELPqtWHSM0t3XaRLCbeGPTcsw/s16000/SSCQMedia.com.gif)
0 Comments: