Headlines
Loading...

Oleh. Rina Herlina
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com-Jepang dikenal sebagai salah satu negara maju dan kaya akan berbagai budaya yang menarik dengan sejarah panjangnya. Meski begitu, Jepang juga banyak memiliki permasalahan apalagi yang berhubungan dengan penduduknya. Di antaranya terkait masalah demografi, sosial, dan ekonomi.

Kabar terbaru menyebutkan, sejumlah perempuan lanjut usia (lansia) di sana, banyak yang mengalami kesepian. Dan untuk menghilangkan rasa kesepiannya, mereka memilih dibui. Tersebutlah Penjara Wanita Tochigi, penjara perempuan terbesar di Jepang. Penjara ini ramai dengan lalu-lalang lansia. Mereka berjalan di koridor, bahkan beberapa di antaranya mengenakan alat bantu (CNNIndonesia.com 22-1-2025).

Menurut sipir di Penjara Wanita Tochigi, Takayoshi Shiranaga, gambaran tersebut mencerminkan kenaikan lansia dan masalah kesepian yang menjangkit masyarakat Jepang sehingga mereka lebih suka dipenjara. Bahkan, menurut kabar yang beredar, para lansia tersebut rela membayar 20.000 yen (sekitar Rp2 juta) atau 30.000 yen (sekitar Rp3 juta) sebulan, agar mereka diperbolehkan untuk tinggal di penjara selamanya.

Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa Jepang mengalami penurunan jumlah penduduk. Penurunan tersebut sudah terjadi sejak tahun 2010. Hal ini disebabkan oleh tingkat kelahiran yang rendah dan harapan hidup yang meningkat.

Masalah sosial mereka juga tidak kalah pelik. Rata-rata mereka mengalami kesepian dan isolasi. Ya, banyak orang Jepang, terutama lansia, mengalami kesepian dan isolasi karena kurangnya interaksi sosial. Tekanan sosial juga cukup tinggi dialami penduduk Jepang. Ini karena mereka memiliki budaya yang sangat kompetitif. Sehingga hal ini akhirnya menyebabkan terjadinya tekanan sosial yang tinggi, terutama di kalangan anak muda. Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi juga menjadi masalah berarti yang dialami penduduk Jepang. Banyak di antara mereka mengalami kesulitan dalam mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, sehingga hal tersebut menyebabkan stres dan kelelahan.

Adapun masalah ekonomi, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan negara-negara lainnya. Apalagi Jepang cenderung memiliki ketergantungan pada tenaga kerja asing. Ini mungkin karena efek dari penurunan populasi yang terjadi di sana. Sehingga untuk menghadapi kesulitan dalam mencari tenaga kerja domestik, mereka terpaksa harus mengandalkan tenaga kerja asing. Meski sejauh ini mereka cukup mampu mengandalkan tenaga kerja asing, akan tetapi pertumbuhan ekonominya tetap saja lambat.

Ya, Jepang ternyata mengalami pertumbuhan ekonomi yang lambat dalam beberapa dekade terakhir. Hal ini tentu saja dapat menyebabkan kesulitan dalam meningkatkan standar hidup. Dengan demikian, meskipun Jepang merupakan negara maju, namun mereka juga hakikatnya sedang menghadapi berbagai masalah.


Perkembangan Islam di Jepang 

Di sisi lain, perkembangan Islam di sana cukup signifikan. Mulanya Islam berkembang di Jepang pada akhir abad ke-19 Masehi, yaitu ketika terjadi kerja sama bilateral antara Kekaisaran Jepang dan Kesultanan Ottoman. Kerja sama ini dilandasi oleh perasaan senasib sebagai negara Asia yang tidak dijajah oleh bangsa Barat pada masa itu.

Awalnya, Islam tidak banyak dikenal oleh masyarakat Jepang. Namun, setelah pasukan Ottoman Turki tiba pada akhir abad ke-18, Islam mulai dikenal dan beberapa orang Jepang memeluknya. Salah satu orang Jepang pertama yang memeluk Islam adalah Mitsutaro Takaoka, yang kemudian mengambil nama Omar Yamaoka setelah menunaikan haji di Mekah.

Pada periode antara tahun 1877 dan Perang Dunia II, hubungan antara Islam dan Jepang masih terbilang belia. Namun, setelah Perang Dunia II, komunitas Muslim di Jepang mulai berkembang. Banyak pekerja asing dan pelajar dari negara-negara muslim yang datang ke Jepang, sehingga jumlah muslim di Jepang meningkat. Hingga saat ini, terdapat lebih dari 100 masjid di Jepang, dan jumlah Muslim di Jepang diperkirakan mencapai 230.000 orang pada tahun 2019. Pemerintah Jepang juga telah berusaha untuk membuat Jepang lebih ramah terhadap muslim, dengan menyediakan fasilitas dan ruang ibadah di bandara-bandara internasional.

Masyaallah luar biasa ya penyebaran Islam di sana. Semoga semakin banyak penduduk di sana yang tercerahkan dengan Islam. Memang tidak ada yang mustahil jika Allah sudah berkehendak. Segala yang mustahil menurut akal manusia, hal itu tidak berlaku bagi Allah Swt.

Payakumbuh, 27 Januari 2025 [Ay]

Baca juga:

0 Comments: