Kisah Inspiratif
Surga untuk Ibuku
Oleh. Choirin Fitri
SSCQMedia.Com- "Masak iya, aku sama kamu tarik-menarik kelak di akhirat? Aku berjuang menarik bapak ibu menuju surga, kamu kelak menarik keduanya ke neraka?" Sebuah ucapan gemas meluncur dari lisanku kala aku melihat kelakuan adik bontotku yang di luar nalar ketaatan. Asli generasi kekinian yang hobinya masih STMJ alias Salat Terus Maksiat Jalan.
Di saat yang lain pun ketika aku ingatkan untuk meraih surga, dengan entengnya dia bertanya retoris, "Emang iya, sampean masuk surga?"
"Astaghfirullah, enggak ada jaminan buatku masuk surga, tapi setidaknya aku berjuang meniti jalan ketaatan untuk meraihnya." Spontan kujawab seperti ini. Rasanya lisanku keluh untuk menjawab segala sanggahannya tentang keimanan pada yang gaib, surga.
Jelas saja surga tak pernah ditampakkan oleh penciptaNya. Surga diletakkanNya di ranah keimanan. Jika manusia beriman, keberadaan surga juga neraka takkan jadi soal. Namun, jika keimanan luntur, keberadaan dua tempat di akhirat kelak akan menjadi masalah.
Ya, dalam sistem sekularisme yang menjauhkan agama dari kehidupan saat ini memahamkan iman pada surga dan neraka bukanlah hal yang mudah. Sulit sekali, tapi tetap ada peluang meskipun harus dilakukan dengan berbagai model dan cara.
Aku pun punya tantangan yang sama dengan adik-adikku untuk mempersembahkan surga buat ibu dan bapak. Aku berjuang di jalan ketaatan menuju Islam kafah. Sedangkan, adik-adikku Islamnya masih sebatas ibadah mahdhoh dan belum mau beranjak kepada Islam kafah. Berat, begitu yang ada di benak mereka.
Memang berat, bahkan berat sekali menggenggam Islam kafah. Kata Rasulullah saw. sih ibarat menggenggam bara api, dipegang panas dan membakar, dilepas bakal padam.
Dari Anas bin Malik ra. Rasulullah saw. bersabda,
يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ
“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR Tirmidzi no. 2260).
Inilah kondisi yang kurasakan saat ini. Kondisi akhir zaman yang menyesakkan dada ketika Islam pelan tapi pasti terus ditinggalkan. Astaghfirullah!
Namun, alhamdulillah cahaya hidayah itu tak pernah luput dari hamba-Nya. Ibuku juga mau berusaha menjadi bagian dari perjuangan menegakkan Islam kafah. Beliau mau mengkaji Islam kafah dan berusaha mendakwahkannya sesuai kemampuan yang dimiliki. Sungguh, aku bersyukur sekali.
Ada hal terpenting dari segalanya, yakni dukungan ibu terhadap seluruh pilihan hidupku di jalan perjuangan tanpa pamrih. Beliau rida dengan pilihanku menjadi pejuang bukan pecundang. Bahkan, jika ada amanah-amanah dakwah yang harus aku tunaikan dan tidak bisa membawa serta anak-anakku, ibuku selalu siap menjaga mereka. Masyaallah, tanpanya apalah aku ini.
Aku senantiasa mengingat dan berjuang meraih tiga bekal kematian karena sejatinya tak ada yang abadi di dunia ini. Kelak semua akan mati. Hanya Allah yang abadi.
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab sahihnya dari hadis Abi Hurairah bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda, "Apabila anak Adam meninggal maka akan terputus amalnya kecuali tiga hal yakni sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang selalu mendoakan kedua orang tuanya.”
Coba perhatikan, seberapa kaya kita jika mengambil pintu sedekah jariah ini? Rasanya aku sendiri belum mampu menjangkau kekayaan Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid atau Umar bin Khattab, yang mempersembahkan seluruh kekayaan untuk perjuangan Rasulullah saw.
Tiga bekal kematian yang masih bisa aku upayakan adalah ilmu yang bermanfaat. Bukan sekadar ilmu yang dikaji lalu ditinggalkan, tapi dikaji, diamalkan, lalu didakwakan. Harapan besarnya ketika apa yang diketahui disampaikan ke yang lain, pahala ikut mengalir dan jadi investasi akhirat.
Selain itu, aku ingin menjadi dan punya anak-anak yang salih yang siap jadi investasi akhirat untuk meraih jannah. Di era liberalisme, kebebasan berperilaku saat ini yang mengemuka bukan hal yang mudah menjadi dan mendidik generasi saleh, Bismillah tetap harus berusaha.
Alhamdulillah, masih ada kesempatan berbakti kepada kedua orang tua karena sangat berharap keduanya memiliki umur yang berkah. Umur yang bisa digunakan untuk meraih ketaatan bersama-sama.
Memang aku tak bisa dan belum mampu mempersembahkan kesuksesan dunia buat mereka. Sebagai generasi sandwich yang terhimpit ekonomi dari berbagai sisi, masih susah memberikan mereka harta berlimpah. Namun, Bismillah insyaallah ingin memberikan hadiah surga seluas langit dan bumi untuk ibuku juga bapakku. Sebenarnya, tak hanya mereka, tapi juga seluruh keluargaku. Tak hanya berkumpul di dunia, insyaallah bertetangga dan berkumpul di surga.
Satu-satunya jalan adalah dengan mengamalkan yang Allah titahkan dalam surah At-Tahrim ayat 6 untuk menyelamatkan diri dan keluarga dari api neraka. Tak mudah memang, tapi insyaallah bisa berbekal duit, yakni doa, usaha, istikamah, dan tawakal.
Semoga Allah meridai setiap langkah kita mempersembahkan surga untuk kedua orang tua kita! Aamiin! [ry].
Batu, 31 Desember 2024
0 Comments: