OPINI
Umat Islam Terbelenggu Sekat Nasionalisme
Oleh. Rina Herlina
SSCQMedia.Com- Zionis Israel kembali berulah. Kali ini mereka menahan direktur Rumah Sakit Kamal Adwan yang terletak di Jalur Gaza, setelah sebelumnya mereka menggempur dan membakar gedung rumah sakit utama yang tersisa di wilayah tersebut. Pihak otoritas kesehatan di wilayah Gaza menyebut serangan brutal terhadap RS Kamal Adwan tersebut, membuat fasilitas RS "tidak berfungsi", bahkan semakin memperburuk krisis kesehatan di Jalur Gaza, (cnnindonesia.com 28-12-2024).
Operasi militer yang dilakukan militer Israel tersebut membuat fasilitas kesehatan yang utama dan sisa terakhir di Gaza utara tidak dapat beroperasi. Serangan tersebut sekaligus menunjukkan adanya beberapa departemen utama yang terbakar parah dan hancur selama serangan tersebut.
Yang membuat miris, tentara Israel bahkan mengusir paksa pasien dan Staf Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza. Namun yang tidak habis pikir, lagi-lagi pihak Israel menyalahkan Hamas atas perbuatan yang mereka lakukan. Padahal seperti diungkapkan WHO, ada sekitar 60 pekerja rumah sakit dan 25 pasien dalam kondisi kritis, termasuk pasien yang mengenakan ventilator tetap berada di rumah sakit. Mengapa Israel bisa sekejam itu terhadap penduduk Palestina? Mengapa Israel seolah begitu percaya diri dan tanpa rasa takut terus melakukan penyerangan terhadap penduduk Palestina?
Seperti kita ketahui bersama, bahwa Israel merupakan anak emas Barat, terutama Amerika Serikat. Israel juga diduga menjadi penjaga setia kepentingan Amerika Serikat di Timur Tengah. Bisa kita lihat faktanya selama ini, Amerika Serikat terkesan bersikap biasa saja atas berbagai ulah Israel yang tanpa batas terhadap rakyat Palestina. Bahkan dunia menyaksikan betapa Amerika seringkali justru membela Israel atas aksi brutalnya dengan mengatakan bahwa bangsa Israel juga punya hak untuk melindungi warga dan wilayahnya dari serangan teroris. Hal inilah akhirnya yang membuat Israel berbuat semena-mena dan melampaui batas kemanusiaan terhadap rakyat Palestina. Israel merasa ada yang mendukung bahkan melindunginya.
Israel menganggap para pejuang dan pemimpin Palestina yang selama berjuang untuk kemerdekaan negerinya, adalah teroris. Sebagai contoh adalah mendiang Yasser Arafat. Nah, dengan alasan tersebut, maka Israel merasa berhak mempertahankan diri dari serangan para pejuang Palestina yang mereka anggap teroris tersebut. Padahal, sejatinya siapa di sini yang teroris?
Berbagai prakarsa perundingan damai dengan Israel sejauh ini selalu mentok dan tidak membuahkan hasil sama sekali. Seolah Israel sengaja mengulur-ngulur waktu dan berharap akhirnya Palestina akan menyerah karena kehabisan tenaga untuk bernegosiasi. Jika kita lihat dari segi waktu, perjuangan rakyat Palestina untuk meraih kemerdekaan atas tanah mereka sudah berlangsung sangat lama. Akan tetapi hingga saat ini, perjuangan tersebut belum juga menemukan setitik harapan keberhasilan. Padahal, sejauh ini tak terhitung sudah banyak korban jiwa yang gugur dari pihak Palestina. Semua itu adalah demi satu tujuan yaitu memperoleh hak hidup sebagaimana manusia yang lain pada umumnya. Sampai saat ini sikap Israel tidak berubah sama sekali, cenderung menentang arus dan kehendak masyarakat internasional.
Lantas bagaimana sikap kita sebagai orang muslim menyikapi konflik Israel-Palestina?
Ajaran Islam mengajarkan pemeluknya menjalin ukhuwah (persatuan) yang kuat antara sesama umat Islam. Meski kenyataannya kita berbeda bangsa, budaya, dan bahasa, namun sejatinya akidahlah yang menyatukan kita. Bahkan dalam hadis riwayat Muslim, Rasul bersabda: "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya."
Oleh karena itu, seorang muslim seharusnya tidak boleh berbuat zalim, menelantarkan, berdusta, dan menghina Muslim lainnya. Dalam redaksi hadis yang lain dijelaskan pula bahwa tidak sempurna iman seorang Muslim sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri. Bahkan, hubungan sesama Muslim itu diibaratkan seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh mengalami sakit maka anggota tubuh lainnya pun pasti merasakan sakit.
Rasul juga menjelaskan dalam hadis lainnya terkait bagaimana seorang muslim harusnya bersikap. Maka, sikap seorang Muslim saat menyaksikan kemungkaran di muka bumi, seharusnya mengubah keadaan yang mungkar tersebut dengan kekuatan, dengan lisan, atau minimal selemah-lemahnya iman adalah menolaknya dengan hati dan berdo'a agar kemungkaran berakhir.
Melalui hadis-hadis tersebut, maka sikap kita sebagai seorang muslim jelas harus membela kehormatan saudaranya. Apalagi di Palestina terdapat simbol kemuliaan umat Islam yaitu Baitul Maqdis dan Masjid Al-Aqsha. Maka, sudah sepatutnya kita membantu perjuangan rakyat Palestina. Mereka berhak merdeka dan bahagia terbebas dari belenggu penjajah yang menyiksa.
Sebagai umat terbesar di dunia, sudah seharusnya kita bersatu dan membantu perjuangan Palestina. Jangan mau dicerai beraikan karena jika demikian mudah bagi penjajah Barat untuk menguasai dan membungkam kita. Sehingga contohnya nyatanya seperti saat ini, kita terbelenggu dalam sekat nasionalisme yang dirancang penjajah guna menjajah dan menguasai negeri-negeri kaum muslim. Dan sejauh ini, mereka cukup berhasil membuat umat Islam tercerai berai bak anak ayam kehilangan induknya. Wallahualam. []
Payakumbuh, 29 Desember 2024
0 Comments: