Moral Pemuda Kian Tragis, Buah Sistem Kapitalis
Oleh. Anis Fitriatul Jannah, S.Pd
(Kontributor SSCQMedia.Com dan Pendidik)
SSCQMedia.Com-Pemuda adalah tunas bangsa. Merekalah harapan negeri ini untuk menjadi pemimpin di masa depan. Di pundak merekalah cita dan asa negeri ini dititipkan untuk mencapai peradaban yang gemilang.
Namun, bagaimana ceritanya jika yang diharapkan tak sesuai dengan kenyataan? Justru, pemuda hari ini jauh dari karakter-karakter seorang pemimpin. Bahkan, banyak dari mereka yang tumbang karena tekanan lingkungan dan zaman. Kesenangan dan standar kehidupan hari ini telah mengubah karakter pemuda.
Kita dengar kasus di suatu daerah, ada seorang remaja putri yang masih berstatus sebagai pelajar SMP, mengancam ibunya dengan sajam (senjata tajam) karena tak kunjung dibelikan skincare (cnnindonesia.com, 2-2-2025).
Sungguh, fakta ini membuat kita geleng-geleng kepala sekaligus mengusap dada. Betapa rapuhnya moral pemuda hari ini. Mereka tak bisa lagi membedakan, mana yang harus mereka lakukan dan mana yang harus mereka tinggalkan. Antara kebenaran dan keburukan tampak buram di hadapan mereka.
Tentu, adanya fenomena ini tidak lepas dari kegagalan sistem pendidikan dalam menghasilkan generasi yang bermental kuat dan kokoh serta berakhlak mulia. Tolok ukur atau standar keberhasilan pendidikan hari ini hanya dinilai dari pencapaian akademik semata dan mengabaikan nilai/norma agama yang ada pada peserta didik. Bahkan, pelajaran agama cenderung dikesampingkan karena dianggap tidak lagi penting. Sehingga tidak heran lagi jika banyak pemuda kehilangan jati diri dan arah hidup.
Inilah wajah asli sistem kehidupan sekuler. Di mana peraturan agama harus dijauhkan dari kehidupan. Agama tidak boleh mengatur aspek-aspek kehidupan yang bersifat publik, misalnya dalam dunia pendidikan, kesehatan, hukum, perpolitikan, dan sebagainya. Dalam hal ini, aturan agama ditinggalkan dan ditiadakan. Aturan agama hanya boleh mengatur urusan ruhiyah di rumah-rumah ibadah saja.
Penerapan sistem sekuler ini di antaranya dimulai dari dunia pendidikan, melalui kurikulum yang diterapkan oleh seluruh instansi pendidikan yang ada. Karena diakui tidak, di fase inilah generasi menerima pemahaman ajaran yang benar dan salah. Di sinilah mereka diajari untuk mendikotomikan antara ajaran agama dan urusan dunia.
Dengan dikesampingkannya ajaran agama, maka output dari pendidikan hari ini adalah pemuda-pemuda yang bermental strawberry, seolah cantik di luar tetapi rapuh di dalam. Para pemuda tidak lagi kenal halal haram, mana yang baik dan buruk tak bisa lagi mereka bedakan. Yang mereka tau hanya bagaimana mencapai puncak ketenaran dalam kehidupan dengan apapun caranya, meski dengan cara menghilangkan nyawa orang lain.
Berbeda dengan pengaturan dalam sistem pendidikan Islam. Dalam Islam, pendidikan bertujuan untuk mencetak generasi-generasi yang ber-syakhsiyah islamiyah (berkepribadian Islam). Baik dari segi pola pikir dan pola sikapnya akan dibimbing agar sesuai dengan syariat Islam.
Keberadaan kurikulum Islam turut menjadi penunjang terciptanya kepribadian yang kokoh pada generasi. Ditambah dengan tolak ukur/standar keberhasilan dalam pendidikan Islam, bahwa generasi dianggap telah berhasil apabila ia mampu meraih keridaan Allah saja. Sehingga, tidak akan kita temui pemuda-pemuda yang tidak produktif, insecure, atau bahkan kehilangan arah hidup di daulah Islam.
Telah tertoreh dalam tinta sejarah peradaban Islam, bahwa para penemu/ilmuwan itu lahir dari rahim daulah Islam. Tentu, tidak asing lagi di telinga kaum muslimin tentang sosok al-Khawarizmi, Ibnu Khaldun, Ibnu Sina dan masih banyak tokoh lainnya, yang mereka itu semua lahir pada saat Islam diterapkan dalam bingkai negara. Mereka tidak hanya pandai dalam urusan duniawi, tetapi dalam urusan agama pun tidak diragukan lagi kapasitasnya.
Dalam Islam, mengembangkan ilmu ke arah praktis/duniawi itu bersifat fardhu kifayah. Sehingga, mereka tidak akan mengkaji ilmu umum, sebelum ilmu akidahnya kokoh dan mantap. Inilah perbedaan yang sangat jauh antara peradaban Islam dengan peradaban kapitalis sekuler. Bukankah kita merindukan kehidupan Islam yang ideal ini? Daulah akan mengkondisikan umatnya dalam ketaatan penuh pada Allah dengan aturan yang diterapkan berdasarkan Al-Qur'an dan sunnah.
Wallahu a'lam. [My]
Baca juga:
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwn1z-qW4alS9WG0uXNYw9abBTQkUnD4yrvjMXSlrcJgxpQTXaWt6AK6R3qPfittc16UQ1NitLgdbVZFrtQDNk5Qava1x8POat9AVzf6oQN_qM3XVi1aczrmpLH4haLUwV8i8vYx3LvEamEBFUKyfZcEgpQ6WCm5K6rELPqtWHSM0t3XaRLCbeGPTcsw/s16000/SSCQMedia.com.gif)
0 Comments: