Headlines
Loading...
Operasi Pasar Jelang Ramadan, Solusikah?

Operasi Pasar Jelang Ramadan, Solusikah?

Oleh. Rina Rofia 
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Kabar pasar menjelang bulan suci Ramadan tak lepas dari naiknya berbagai harga kebutuhan bahan pokok. Kenaikan harga ini seakan menjadi tradisi tahunan bagi rakyat Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) telah memberikan peringatan dini terkait potensi kenaikan harga bahan pokok menjelang bulan suci Ramadan 2025. Kewaspadaan kenaikan harga tersebut dimulai dari harga telur, beras, minyak goreng, cabai merah dan cabai rawit.

Amalia Adininggar selaku ketua BPS mengungkapkan kekhawatirannya akan kenaikan harga berbagai bahan pokok seperti telur ayam, dan daging ayam ras, yang perlu diwaspadai menjelang bulan suci Ramadan. Hal tersebut dikarenakan meningkatnya permintaan pasar untuk membuat kue dan aneka ragam hidangan khas di bulan Ramadan. Sebab, kenaikan harga telur ayam pada Minggu ke-5 Januari 2025 telah berada di atas Harga Acuan Penjualan (HAP) yakni Rp31.322 per kilo. Seperti yang terjadi di Kabupaten Kepulauan Anambas, Sumatera, harga telur mencapai Rp42.000 per kg. Amalia juga menyoroti tentang kewaspadaan terhadap melonjaknya harga beras, minyak goreng dan aneka bumbu dapur (Rubicnews.com, 7/2/2025).


Upaya Pemerintah 

Peringatan tentang kenaikan berbagai bahan pangan ini, tentunya memberikan keresahan bagi rakyat Indonesia, terutama menjelang bulan suci Ramadan. Terlepas dari itu, kenaikan harga bahan pokok tersebut hampir berbarengan dengan naiknya PPN dan harga bahan bakar minyak. Sedangkan upaya dari pemerintah hanya melakukan antisipasi praktis seperti operasi pasar dan pengawasan saja, tanpa memberikan solusi atau pemecahan masalah yang paripurna bagi masyarakat.

Berbagai upaya dari pemerintah tersebut ternyata tak memberikan dampak besar dalam penurunan harga bahan pokok di negeri ini, justru hal tersebut menjadikan rakyat Indonesia makin terbiasa dengan rutinitas pemerintah dan rutinitas pasar menjelang hari-hari besar. Padahal pemenuhan kebutuhan seperti sandang, pangan dan papan adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Tiga kebutuhan pokok ini menjadi barometer kehidupan manusia di lingkungannya, untuk hidup dengan layak dan menjalankan peran-peran mereka di masyarakat.


Faktor Penyebab Kenaikan Bahan Pokok

Adanya kenaikan bahan pokok ini sebetulnya dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya:
1). Pemerintah yang menyerahkan regulasi perdagangan ke pasar, sehingga pemerintahan hanya sebagai regulator dalam mengatur distribusi pangan. Artinya pemerintah tidak bisa mengatur harga dan regulasi dalam pasar.
2). Persiapan, perencanaan dan penanganan dari pemerintah yang tak matang dalam menghadapi fenomena kenaikan harga bahan pokok menjelang Ramadan. Sehingga dampaknya rakyat terus terbebani dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, terutama menjelang momen hari-hari besar keagamaan.
3). Naiknya PPN juga berpengaruh terhadap mobilitas pasar seperti barang dan jasa yang lebih tinggi dari biasanya. Hal ini tentu memengaruhi daya beli masyarakat pula.

Sejatinya, rakyat Indonesia amat menantikan hidup yang sejahtera, terpenuhinya kebutuhan hidup dan bisa menikmati berbagai fasilitas umum yang ada di negaranya. Rakyat juga berharap bisa menikmati berbagai sumber daya alam dan berbagi bahan pokok yang melimpah ruah di negaranya sendiri.

Namun nyatanya, yang didapatkan hanyalah berbagai kesulitan dan pembiasaan hidup yang keras dari tahun ke tahun. Segelintir orang yang mendapatkan kemudahan pangan serta fasilitas terbaik hanyalah para petinggi dan pemilik modal saja. Kemudian kesejahteraan ini hanya menjadi angan-angan rakyat belaka, jika sistem yang digunakan adalah sistem kufur buatan manusia, yakni sistem kapitalisme neoliberal yang mana sistem ini adalah sistem rusak dan sistem yang merusak.

Cacatnya kapitalisme menjadikan pemerintah hanya sebagai regulator dan fasilitator pasar saja bukan sebagai penanggung jawab atas urusan rakyat. Adapun pemenuhan kebutuhan rakyat dan pengelolaan bahan pokok justru diserahkan kepada korporat, tanpa memperhatikan halal dan haram, melainkan mengejar keuntungan belaka. Inilah penyebab brutalnya kenaikan berbagai harga yang ada di pasar menjelang bulan suci Ramadan.


Islam Menawarkan Solusi Paripurna

Jauh-jauh hari sebelum bulan Ramadan tiba, khalifah menurunkan qadhi hisbah. Qadhi hisbah bertugas untuk menjaga kondisi pasar agar tetap kondusif, mengawasi proses jual beli agar tidak ada kecurangan, memeriksa barang-barang yang diperjualbelikan apakah halal dan thoyyib, menjaga kestabilan harga, memeriksa kualitas barang, memeriksa secara berkala timbangan yang digunakan .

Hal itu telah dicontohkan sendiri oleh  Rasulullah saw. ketika menjabat sebagai pemimpin negara. Beliau sendirilah yang mengawasi pasar-pasar untuk mencegah kecurangan dan perilaku keji lainnya. Beliau juga mengangkat Sa'ad bin Sa'id Al-Ash sebagai pengawas pasar atau muhtasib di Kota Makkah. Adanya pembentukan pengawas pasar atau qadhi hisbah ini merupakan wujud dari perhatian negara Islam untuk mencegah dan mengatasi berbagai permasalahan umat.

 Daulah Islam mengontrol berbagi hal yang ada di negaranya. Tak hanya kenaikan harga bahan pokok, tapi daulah Islam amat menjaga regulasi yang ada di dalam negaranya sehingga terwujudlah kemaslahatan dan kestabilan agar terjaga dari berbagai praktik penimbunan, ribawi, penipuan, kecurangan dan berbagai perilaku menyimpang lainnya.

Inilah wujud dari kepemimpinan Daulah Islam. Di mana Daulah Islam menyelesaikan berbagai masalah dengan menyeluruh dan paripurna. Sungguh tak akan kita dapatkan kemuliaan seperti ini selain dalam naungan Khilafah Islamiah ala minhajinnubuwah

Wallahu a'lam bish shawwab. [MA]

Baca juga:

0 Comments: