Banyak Hal Baik Ingin Kulakukan
Oleh. Eka Suryati
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Orang-orang yang beriman pasti merasakan suka cita ketika menjelang Ramadan. Mereka pun menyambutnya dengan penuh pengharapan. Aku teringat ayat Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi:
ÙŠٰٓـاَÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِÙŠۡÙ†َ اٰÙ…َÙ†ُÙˆۡا Ùƒُتِبَ عَÙ„َÙŠۡÚ©ُÙ…ُ الصِّÙŠَامُ Ú©َÙ…َا Ùƒُتِبَ عَÙ„َÙ‰ الَّØ°ِÙŠۡÙ†َ Ù…ِÙ†ۡ Ù‚َبۡÙ„ِÚ©ُÙ…ۡ Ù„َعَÙ„َّÙƒُÙ…ۡ تَتَّÙ‚ُÙˆۡÙ†َۙ
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Lalu, detik Ramadan terus berjalan. Aku merasakan bahwa pada akhirnya Ramadan akan segera pergi, kembali meninggalkan diri ini. Tak dapat tidak, aku merasa bersedih hati, karena Ramadan istimewa ini belum tentu akan kembali lagi di tahun yang akan datang. Ah, itu juga kalau Allah masih memberikan kesempatan padaku untuk bertemu kembali dengan Ramadan. Seandainya tidak? Seandainya ini adalah Ramadan terakhirku?
Aku tak asal berkata, karena beberapa waktu lalu, tetangga kami pergi pada Ramadan hari pertama, ia tak sempat melalui Ramadan di tahun ini. Ramadan tahun yang lalu baginya adalah Ramadan terakhirnya. Umur ada di tangan Allah. Siapa yang pernah tahu akan takdir kematian masing-masing diri? Kematian memang sebuah misteri, hanya Allah sang pemilik kehidupan kitalah yang tahu kapan ajal kita datang menjelang.
Ada juga kisah orang baik yang aku ketahui, beliau orang yang taat dalam ibadah, begitu menanti dirinya ingin bertemu Ramadan kali ini, takdir berkata lain, Allah telah memanggilnya sebulan sebelum Ramadan datang menyapa. Lagi-lagi keinginan hati terkadang tak mampu diwujudkan, karena segalanya ada sang penentu. Rencana tinggallah rencana, Allah jua yang menentukan hidup dan mati kita.
Lalu aku bertanya, andai ini Ramadan terakhirku apa yang akan aku lakukan? Hendak bertanya pada siapakah diri ini. Bolehkah aku bertanya padamu Ramadanku? Apakah ini Ramadan terakhirku? Ramadan taat pun tak akan pernah tahu, apakah ia akan bertemu kembali pada setiap individu yang saat ini ia jumpai. Ramadan hanya tahu, bahwa ia harus datang, menyapa umat Islam yang taat lagi beriman. Ramadan pun tak mampu menjawab, menjadi sebuah misteri saat tanya itu dimintakan jawabannya. Biarlah hanya Allah yang paling tahu, tugas kita hanya memaksimalkan amalan yang mampu kita perbuat.
Bagaimana jika ini adalah Ramadan terakhirku?
Sejenak aku terdiam, meresapi pertanyaan itu. Jika benar ini adalah Ramadan terakhir dalam hidupku, apa yang harus aku lakukan?
Jika ini Ramadan terakhirku, aku ingin setiap napas, setiap langkah, setiap detik yang berlalu menjadi bagian dari ibadahku. Aku tak ingin ada satu pun salat yang terlewat, baik yang wajib maupun yang sunah. Aku ingin Qiyamulail menjadi kebiasaanku, bukan hanya ketika Ramadan, tetapi hingga akhir hayatku.
Aku ingin menghidupkan malam-malamku dengan munajat panjang, menangis dalam sujud, dan berbisik lirih dalam doa yang tulus. Aku ingin berpuasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan amarah, mengendalikan lisanku dari berkata sia-sia, dan menjaga hatiku dari segala penyakit yang mengotorinya.
Jika ini Ramadan terakhirku, aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu untuk mendoakan kedua orang tuaku. Aku ingin setiap tetes air mataku menjadi saksi betapa aku mencintai mereka, betapa aku bersyukur atas setiap peluh dan pengorbanan yang mereka berikan untukku.
"Ya Allah, ampunilah dosa kedua orang tuaku. Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil. Ampuni dosa Mamaku yang telah tiada, tempatkan ia di tempat terbaik ,di sisi-Mu. Berkahilah sisa usia Papa, dan jika Engkau telah menuliskan takdirnya kelak untuk kembali, tempatkanlah ia juga di tempat terbaik di sisi-Mu."
Banyak Hal Baik ingin Kulakukan
Jika ini Ramadan terakhirku, aku ingin lebih banyak menghabiskan waktu bersama suamiku, anak-anakku. Aku ingin membahagiakan mereka, meminta maaf atas segala khilaf dan dosa yang mungkin telah membuat mereka sedih.
Aku ingin menatap mata suamiku lebih lama, mencium tangan dan pipinya lebih sering, menyajikan makanan kesukaannya dengan penuh cinta. Aku ingin menjadi istri yang lebih lembut, lebih sabar, lebih penuh kasih.
Aku ingin mendekap anak-anakku erat, membisikkan kalimat-kalimat cinta di telinga mereka, menceritakan kisah-kisah indah yang membuat mereka mencintai Allah dan Rasul-Nya. Aku ingin memastikan bahwa meski aku mungkin tak lagi bersama mereka di dunia ini, kenangan tentang ibunya akan tetap hidup dalam hati mereka.
Jika ini Ramadan terakhirku, aku ingin mengunjungi setiap orang yang pernah mengenalku—teman, sahabat, saudara, tetangga. Aku ingin meminta maaf jika selama ini ada kata-kataku yang menyakitkan, ada sikapku yang menyinggung, ada perbuatanku yang melukai mereka.
Aku ingin memastikan bahwa aku pergi dengan hati yang bersih, tanpa beban dendam atau kebencian. Aku ingin mereka mengingatku sebagai seseorang yang selalu berusaha menjadi lebih baik, meski seringkali gagal dalam prosesnya.
Jika ini Ramadan terakhirku, aku ingin bersimpuh di hadapan Allah, memohon ampun atas segala dosa-dosaku. Aku ingin menangis sejadi-jadinya, mencuci hati yang selama ini ternoda oleh dosa.
"Ya Allah, aku ini hamba-Mu yang penuh kekurangan. Aku telah banyak lalai, banyak berbuat salah, seringkali lebih mencintai dunia daripada mengingat-Mu. Tapi kini, aku datang dengan penuh penyesalan. Ampunilah aku, ya Rabb. Jangan biarkan aku meninggalkan dunia ini dalam keadaan Engkau murka padaku."
Aku ingin Ramadan ini menjadi momentum taubatku. Aku ingin mengakhiri hidupku dalam keadaan yang paling baik, dalam sujud, dalam tangisan yang penuh harap kepada-Nya.
Jika ini Ramadan terakhirku, aku ingin lebih mesra dengan Al-Qur’an. Aku ingin setiap ayatnya aku baca dengan hati yang khusyuk, aku renungi maknanya, aku hayati hikmahnya. Aku ingin menjadikan Al-Qur'an sebagai teman sejati yang menuntunku dalam kegelapan, sebagai cahaya yang menerangi jalan kehidupanku.
***
Malam semakin larut. Aku menatap langit-langit kamarku, lalu memejamkan mata, membayangkan jika esok aku tak lagi ada.
Apakah aku sudah siap? Apakah aku sudah cukup beramal? Apakah aku telah meminta maaf kepada semua orang yang pernah kusakiti? Apakah aku sudah cukup dekat dengan Allah?
Jika ini benar Ramadan terakhirku, aku tak ingin menyia-nyiakan waktu. Aku ingin menjadikannya Ramadan terbaik dalam hidupku, Ramadan yang penuh dengan cinta, ibadah, taubat, dan penghambaan yang total kepada-Nya. Pinta itu menjadi harap yang didambakan.
Kotabumi, 22 Maret 2025 [An]
Baca juga:

0 Comments: