Headlines
Loading...
Demokrasi dan Upaya Membumikan Isi Al-Qur'an

Demokrasi dan Upaya Membumikan Isi Al-Qur'an

Oleh. Aulia Rahmah
(Kontributor SSCQMedia.Com, Kelompok Penulis Peduli Umat)

SSCQMedia.Com—Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap tanggal 17 Ramadan hampir seluruh lapisan masyarakat memperingati hari turunnya Al-Qur'an yang sering disebut dengan istilah Nuzulul Qur'an. Di Sulawesi Selatan, Kemenag setempat menggelar 350 ribu khataman Al-Qur'an pada 16 Ramadan tahun ini. Tujuan diadakannya khataman ini agar masyarakat muslim, terutama para pejabat di lingkungan kementerian agama se-Sulsel bersemangat untuk membaca, memahami, dan mengamalkan isi Al-Qur'an. "Saat Nuzulul Qur'an ini kita membaca, menerjemah sampai memahami Al-Qur'an itu kita bumikan dalam kehidupan kita sehari-hari apa yang kita dapatkan dari Al-Qur'an. Kalau ini kita lakukan, insyaallah kedamaian dan ketenteraman masyarakat itu bisa kita jaga." ucap Kakanwil Kemenag Sulsel, Ali Yafid (metronews.com,16/3/2025).

Seruan untuk membumikan isi Al-Qur'an di tengah-tengah masyarakat sekuler sangatlah tipis keberhasilannya, mengingat aturan yang ada di dalamnya tak diketahui banyak orang, meski negeri ini dihuni oleh mayoritas muslim. Pendidikan tidak didasarkan pada Islam, begitu pula pengaturan kehidupan di bidang ekonomi, sosial kemasyarakatan, politik, dsb.. Padahal isi Al-Qur'an lengkap, mengatur hubungan individu dengan dirinya sendiri dan individu dengan Tuhannya. Al-Qur'an juga mengatur hubungan sesama manusia, termasuk dalam hal bernegara. Banyak ayat Al-Qur'an yang berisi perintah untuk menegakkan hukum hudud, kisas, jihad, dll. yang menjadi kewajiban seorang kepala negara.

Allah berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepadamu (melaksanakan) kisas berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, hamba sahaya dengan hamba sahaya, dan perempuan dengan perempuan. Siapa yang memperoleh maaf dari saudaranya hendaklah mengikutinya dengan cara yang patut dan hendaklah menunaikan kepadanya dengan cara yang baik. Yang demikian itu adalah keringanan dan rahmat dari Tuhanmu. Siapa yang melampaui batas setelah itu, maka ia akan mendapat azab yang sangat pedih." (QS. Al-Baqarah: 178)

Dengan penerapan sistem demokrasi kapitalisme, akal manusia menjadi rujukan dalam mengambil hukum. Padahal manusia adalah makhluk lemah sehingga berpotensi terjadi kesalahan dan pertentangan. Produk hukum yang dihasilkan berkonsekuensi lahirnya berbagai persoalan baru. Misal saja, penyerahan pengelolaan hasil tambang ke swasta akan berdampak pada kerusakan lingkungan dan kemiskinan secara struktural. Sumber APBN rendah negara kurang maksimal menjalankan kewajibannya memberi pelayanan dan kemudahan kepada masyarakat.

Nuzulul Qur'an adalah momen yang tepat dalam menguatkan tekad untuk menjadikan Al-Qur'an sebagai landasan hidup bagi individu, masyarakat, dan negara. Namun hari ini, individu yang berpegang pada Al-Qur'an dan menyerukan untuk kembali kepada Al-Qur'an justru dianggap radikal. Dalam demokrasi, prinsip kedaulatan di tangan rakyat menjadikan manusia sebagai penentu hukum. Hukum yang dihasilkan selalu berdasarkan hawa nafsu dan kepentingannya.

Berpegang pada Al-Qur'an merupakan konsekuensi keimanan. Keterikatan terhadap semua hukum di dalamnya haruslah terwujud pada diri setiap muslim. Apalagi jika ingin membangun peradaban manusia yang mulia, Al-Qur'an memang harus menjadi asas kehidupan. Namun hari ini, Al-Qur'an diabaikan meski peringatan Nuzulul Qur'an setiap tahun diadakan, bahkan oleh negara.

Umat harus menyadari kewajiban berpegang pada Al-Qur'an secara keseluruhan, juga kewajiban untuk  memperjuangkan agar Al-Qur'an dijadikan sebagai pedoman hidup dalam semua aspek kehidupan. Tidak mungkin tercapai harapan membumikan Al-Qur'an tanpa kerja sama dengan banyak pihak. Individu muslim, jemaah dakwah, dan dukungan penguasa.

Dibutuhkan dakwah kepada umat yang dilakukan oleh jemaah dakwah ideologis untuk membangun kesadaran umat akan kewajibannya untuk menerapkan Al-Qur'an dalam kehidupan secara nyata, bagi individu, masyarakat, dan negara. Jadi, harapan untuk membumikan Al-Qur'an tidak hanya bergema saat Nuzulul Qur'an saja. Harapan itu benar-benar diimplementasikan dalam kehidupan dengan meneladani kehidupan Rasulullah saw.. Terutama dalam memperkuat kepribadian Islam para sahabat, dalam membentuk jemaah dakwah yang solid hingga terbentuknya Negara Madinah yang menjadi cikal bakal negara adidaya hingga bertahan ribuan tahun lamanya. Wallahualam bissawab. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: