Headlines
Loading...

Oleh. Sri Mulyani
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Bismillahirrahmanirrahim.
Setiap insan manusia tidak ada yang mengetahui  sampai usia berapa ia akan tinggal di bumi, ia pun tak mengetahui kapan dirinya akan dipanggil menghadap-Nya, dalam keadaan yang bagaimana dan di bumi mana, ia akan mengembuskan nafas terakhirnya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌ ۚ فَاِ ذَا جَآءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَئ۟خِرُوْنَ سَا عَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ

"Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 34)

Jujur, kesedihan terkadang muncul tiba-tiba karena rasa takut akan masa depan di akhirat. Terlintas juga dalam pikiran, bagaimana jika tiba-tiba dipanggil yang Maha Kuasa?

Namun diri sadar kesedihan dan ketakutan tak akan bisa menghapus kegalauan, tanpa ada perjuangan yang nyata. Kematian yang bisa saja menjemputku kapan saja, di mana saja. Aku tak tahu apakah satu detik, menit, jam, atau satu hari ke depan masih bisa bernafas. Kematian yang datang tiba-tiba membuat saya tergugah untuk segera bangkit dari zona santai. 

Dari ayat tersebut di atas semakin menggugah saya untuk terus melakukan kebaikan dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.

Melakukan kegiatan ibadah dan segala sesuatu hal yang mendatangkan rida Allah subhanahu wa ta'ala semaksimal mungkin, menurut kemampuan yang saya bisa. Untuk menghadapi kematian apakah hanya cukup dengan angan-angan?
Itu sebuah pilihan, ibarat kita mau ujian di sekolah tentu kita akan belajar terlebih dahulu, berupaya menghafal materi mungkin sampai dibela-belain belajar sampai malam. Setelah Subuh masih belajar lagi, supaya bisa mengerjakan ujian di sekolah. Apakah kehidupan juga seperti demikian? 

Aku menyadari diri sebagai hamba yang lemah dan banyak dosa, Ramadan ini yaitu bulan yang penuh dengan kasih sayang-Nya  dan ampunan-Nya, senantiasa melakukan doa supaya dibimbing untuk selalu menuju di jalan-Nya.

Bulan Ramadan, bulan dilipatgandakan pahala oleh Allah Swt. Kurang bersyukurkah saya?
Allah dengan kasih-Nya telah memberikan kemurahan-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Kasih sayang Allah 
memotivasi diri untuk selalu memperbaiki diri dan selalu berusaha untuk menjalankan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta'ala dan menjauhi segala apa yang dilarang -Nya, meyakinkan diri untuk tidak bersedih hati yang berlarut, Karena kesedihan yang berlarut hanya akan melemahkan diri, segera bangkit dan terus berupaya untuk lari menuju pada- Nya.

Seperti yang terkandung makna dalam firman Allah SWT sebagai berikut:

وَلَا تَهِنُوْا وَ لَا تَحْزَنُوْا وَاَ نْتُمُ الْاَ عْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

"Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang yang beriman." (QS. Ali 'Imran 3: 139)

Walau demikian, saya juga tak mengerti, kenapa hati masih saja terselimuti rasa takut dan sedih, suatu perasaan yang tak pernah lepas dan selalu hinggap di hati. Jujur juga saya tak pernah merasa bahwa hatiku ini benar-benar bahagia. Hatiku selalu tersadar, bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sebentar dan sementara. Aku hanyalah seorang hamba yang lemah dan banyak dosa. 

Pengabdianku sudah kupasrahkan hanya kepada Allah Swt saja. Namun diri merasa bahwa belumlah melakukan ibadah dengan maksimal, masih banyak kekurangan dan kelemahan.

Ya Rabb, bimbinglah hamba.
Untuk menghilangkan segala kesedihan dan kerisauan, aku hanya ingin mendekat pada-Mu ya Allah. Bersyukur, salat, bersabar, berdoa, dan membaca ayat-ayat-Mu. Berbagi dengan yang lain, terjun dalam komunitas dakwah, semua hal itu bisa mengurangi beban kesedihan dalam hatiku.

Banyak hikmah yang muncul dalam hatiku dengan yang selama ini saya rasakan, di antaranya : memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, senantiasa membersihkan hati, berusaha melakukan ibadah dengan baik, terus berjuang dan terus berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik. 

Pertanyaanya kenapa  Allah Swt. tidak memberitahukan ajal seorang hamba? Karena Allah Swt. menginginkan kita supaya siap kapan saja bila dipanggil menghadap-Nya.

Seorang manusia harus tahu tujuan hidupnya, tujuan hidup setelah mati, hidup tidak hanya sekadar hidup. 

Jujur sebagai seorang hamba ada ketakutan dalam diri, takut bila hidup ini hanya sia-sia dan ketakutan ini yang membuat aku terus berupaya untuk memanfaatkan waktu dengan baik. Sebagai seorang hamba aku juga ingin mendapatkan rahmat Allah Swt. di dunia juga di akhirat. Aku ingin mendapatkan syafaat Rasulullah yang mulia, Nabi Muhammad saw.

Aku mendamba di akhirat nanti ditemukan dengan Ummahatul Mukminin ( istri-istri Rasulullah), mendamba ditemukan dengan wanita-wanita pejuang Islamj, mendamba di akhirat dikumpulkan dengan keluarga dan juga dikumpulkan dengan orang-orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya.

Mendamba tidak hanya sekadar mendamba, tentu harus ada upaya. Kerinduan yang besar akan mendapatkan rahmat dan kasih Allah Swt. juga syafaat Rasulullah, tentu harus dengan perjuangan sungguh-sungguh. Bismillah, dengan niat dan semangat yang kuat untuk terus berusaha mendekatkan kepada diri kepada Allah Swt, melakukan hal-hal yang mendatangkan ridai-Nya.Terjun dalam komunitas dakwah, TPA, menjaga shalat, selalu berinteraksi dengan Al-Qur'an, menuntut ilmu agama dan mengajar ke orang lain. Berupaya untuk menjalankan peran dengan baik dan sabar, 
sebagaii seorang anak, istri, ibu, kerabat, tetangga, dan juga masyarakat.

Andai ini Ramadan terakhirku, ya Allah, ampuni segala dosa-dosa hamba, temani hamba, selalu bimbing hamba, sayangi hamba, ya Rabb. Berikanlah hamba rahmat-Mu, pertemukan hamba dengan Rasulullah Muhammad.

Hamba sudah berusaha dengan segala kemampuan. Ridailah  hidup hamba, ya Rabb.
Aamiin Allahumma aamiin. [ ]

Klaten, 19 Maret 2025

Baca juga:

0 Comments: