Headlines
Loading...
Euforia Gencatan Senjata Tak Bertahan Lama

Euforia Gencatan Senjata Tak Bertahan Lama


Oleh. Ulianafia 
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Ketika gencatan senjata diumumkan dalam konflik Palestina-Isr4el, masyarakat Palestina dan dunia sempat merasakan euforia. Setelah berbulan-bulan mengalami serangan brutal yang menewaskan ribuan jiwa, harapan mulai muncul dengan adanya kesepakatan gencatan senjata. Dunia menyoroti momen ini sebagai peluang untuk membawa bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan bagi rakyat Palestina yang terjebak dalam situasi perang yang mengerikan. Banyak yang berharap ini menjadi langkah awal menuju perundingan lebih lanjut untuk perdamaian yang lebih berkelanjutan.

Namun, harapan tersebut dengan cepat sirna ketika zionis Isr4el kembali menunjukkan wajah aslinya. Bahkan sebelum kesepakatan gencatan senjata memasuki tahap kedua, mereka sudah melakukan berbagai pelanggaran. Umat muslim dibatasi untuk menjalankan ibadah di masjid Al-Aqsa, tempat suci ketiga dalam Islam. Tindakan ini bukan hanya bentuk pengkhianatan terhadap kesepakatan, tetapi juga penghinaan terhadap kebebasan beragama yang seharusnya dijunjung tinggi oleh dunia internasional.

Selain membatasi akses ke Al-Quds, Isr4el juga menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan yang seharusnya disalurkan ke rakyat Palestina yang membutuhkan. Blokade ini membuat kondisi rakyat Palestina semakin memburuk, dengan kurangnya pasokan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan pokok lainnya. Jelas, gencatan senjata yang dijanjikan hanya menjadi taktik sementara bagi Isr4el untuk kembali menyusun strategi dan bukan langkah menuju perdamaian sejati.

Pengkhianatan Berulang Zionis

Penderitaan rakyat Palestina bukanlah hal yang baru. Sejak tahun 1948, ketika Isr4el secara sepihak mendeklarasikan negara mereka, rakyat Palestina telah mengalami berbagai bentuk penindasan. Perampasan tanah, pengusiran paksa, dan pembantaian massal telah menjadi bagian dari sejarah panjang penderitaan mereka. Sejak saat itu, zionis Isr4el terus melakukan intimidasi dan penindasan sistematis terhadap rakyat Palestina dengan tujuan menghapus eksistensi mereka.

Berbagai bentuk kejahatan perang telah dilakukan oleh Isr4el, termasuk pembunuhan terhadap warga sipil, penghancuran rumah-rumah, dan blokade ekonomi yang membuat rakyat Palestina hidup dalam kondisi yang sangat sulit. Setiap kali perlawanan Palestina menguat, Isr4el merespon dengan serangan brutal yang menargetkan bukan hanya pejuang, tetapi juga wanita, anak-anak, dan orang tua yang tidak berdosa.

Dunia telah berkali-kali menyaksikan perundingan dan solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan konflik ini. Namun, sejarah membuktikan bahwa setiap solusi yang diberikan selalu berakhir dengan pengkhianatan dari pihak Isr4el. Perjanjian Oslo (1993) yang seharusnya membawa solusi justru memperparah penderitaan rakyat Palestina. Perjanjian gencatan senjata terbaru pun tidak berbeda, di mana Isr4el kembali melanggar kesepakatan dengan melakukan blokade terhadap Gaza dan membatasi kebebasan beribadah di masjid Al-Aqsa.

Kesepakatan yang diharapkan dapat mengurangi penderitaan rakyat Palestina justru menjadi alat bagi Isr4el untuk semakin menekan mereka. Setiap gencatan senjata hanya menjadi jeda bagi Isr4el untuk memperkuat diri, menambah persenjataan, dan kemudian kembali menyerang dengan lebih ganas. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada niat baik dari pihak Zionis untuk mencapai perdamaian sejati, melainkan hanya strategi untuk melanggengkan penjajahan mereka atas tanah Palestina.

Maka, kejadian ini seharusnya menjadi pelajaran bagi dunia Islam bahwa negosiasi dengan Zionis Isr4el selalu berakhir dengan pengkhianatan. Kesepakatan damai hanyalah ilusi yang digunakan untuk melemahkan perjuangan rakyat Palestina. Sejarah telah membuktikan bahwa mereka tidak akan pernah berpegang teguh pada janji-janji yang mereka buat.

Persatuan Umat Islam dan Kewajiban Jihad

Melihat realitas yang terjadi, jelas bahwa gencatan senjata bukanlah solusi hakiki bagi rakyat Palestina. Setiap kesepakatan yang dibuat selalu berakhir dengan pengkhianatan. Oleh karena itu, satu-satunya solusi sejati adalah umat Islam kembali bersatu dalam naungan sistem Islam yang berlandaskan syariat. Hanya dengan persatuan ini, umat Islam dapat membela Palestina secara nyata dan menegakkan keadilan bagi rakyat yang tertindas.

Islam mengajarkan bahwa melawan penjajahan dan kezaliman adalah kewajiban. Jihad dalam Islam bukan sekadar perang fisik, tetapi juga perjuangan untuk menegakkan keadilan dan membebaskan kaum tertindas. Allah telah memperingatkan dalam Al-Qur’an bahwa kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rida terhadap umat Islam hingga umat Islam mengikuti jalan mereka:

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rida kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka ...." (TQS. Al-Baqarah: 120)

Ayat ini menjadi bukti bahwa permusuhan mereka terhadap Islam akan terus berlanjut. Maka, mengharapkan perdamaian sejati melalui negosiasi hanyalah sebuah ilusi. Sejarah menunjukkan bagaimana Rasulullah saw. menangani pengkhianatan kaum Yahudi yang melanggar perjanjian di Madinah. Kaum Yahudi Bani Quraizhah misalnya, telah berkhianat ketika sekutu mereka menyerang Madinah dalam Perang Khandaq. Rasulullah saw. tidak tinggal diam, tetapi mengambil tindakan tegas demi menjaga stabilitas umat Islam.

Pelajaran dari Rasulullah saw. ini harus menjadi pedoman bagi umat Islam hari ini. Jika musuh terus mengkhianati perjanjian, maka membiarkan mereka terus berbuat zalim bukanlah pilihan. Sudah saatnya umat Islam bersatu dan mengambil langkah nyata untuk membela saudara-saudara mereka di Palestina. Persatuan dalam naungan Islam dan kesadaran untuk menjalankan jihad sebagai bentuk perjuangan adalah solusi yang benar, bukan sekadar mengandalkan perundingan yang selalu berakhir dengan pengkhianatan.

Dengan memahami sejarah dan melihat fakta yang terjadi, umat Islam harus sadar bahwa kebebasan Palestina hanya dapat dicapai dengan perjuangan yang sungguh-sungguh. Bukan dengan berharap kepada solusi yang ditawarkan oleh pihak yang terus mengkhianati, tetapi dengan mengikuti jejak Rasulullah saw. dalam menghadapi musuh-musuh Islam. Wallahualam. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: