Catatan Kajian
Ideologi Kapitalisme dan Sosialisme Bertentangan dengan Fitrah Manusia
Oleh. Rina Herlina
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Hari ini, Selasa, 4 Maret 2025, alhamdulilah Allah masih izinkan saya bersua dengan sahabat-sahabat saya. Ya, hari ini ada jadwal saya mengisi kajian. Luar biasa nikmat ilmu dari Allah ini, sehingga saya bisa membagi waktu yang saya miliki kepada mereka. Bahasan kami hari ini seputar bab kepemimpinan berpikir dalam Islam. Tepatnya perbandingan ketiga mabda.
Tadi saya memaparkan terkait kelemahan dari ideologi (dialektika materialisme). Ideologi ini mengingkari adanya Sang Pencipta (Allah) dan ruh. Padahal hal tersebut bertentangan dengan fitrah manusia yang cenderung beragama. Ya, ide dari ideologi ini sama sekali tidak mampu memusnahkan kecenderungan manusia terhadap agama.
Namun, keberadaan ideologi ini sekadar mengalihkan pandangan manusia kepada sebuah kekuatan yang lebih besar dibanding dirinya, untuk kemudian mengalihkan perasaan taqdis (mensucikan sesuatu) kepada kekuatan besar tersebut. Menurut mereka kekuatan tersebut hanya ada dalam ideologi dan diri para pengikutnya. Jadi, menurut mereka taqdis hanya dibatasi pada kedua unsur tersebut.
Dengan pemahaman seperti itu, berarti para penganut ideologi ini telah mengembalikan manusia ke masa silam, yaitu mengalihkan penyembahan terhadap Allah kepada penyembahan kepada makhluk-makhluk-Nya, dari pengagungan terhadap ayat-ayat Allah kepada pengkultusan terhadap doktrin-doktrin yang diucapkan makhluk-makhluk-Nya.
Maka, berdasarkan hal tersebut, qiyadah fikriyah ideologi ini telah gagal apabila ditinjau dari fitrah manusia. Dalam kitab Nidzam Islam ini Syekh Taqiyuddin menyebut penganut ideologi ini sebagai orang-orang yang bermoral bejat, orang-orang yang gagal dan membenci kehidupan, termasuk juga orang sinting yang tidak waras cara berpikirnya.
Dialektika materialisme ini pada kenyataannya adalah yang paling terlihat kerusakan dan kebatilannya. Bahkan sangat mudah dibuktikan oleh perasaan dan akal. Untuk mengembangkan ideologi ini, para penganutnya tidak segan-segan melakukan kekerasan, menekan, intimidasi, dan berbagai tekanan lainnya.
Lanjut ke qiyadah fikriyah kapitalisme, yang juga sama-sama bertentangan dengan fitrah manusia, yaitu naluri beragama. Naluri ini senantiasa tampak dalam aktivitas pen-taqdis-an dan pengaturan manusia terhadap berbagai aktivitas kehidupannya. Perbedaan dan pertentangan akan jelas terlihat tatkala peraturan tersebut dijalankan. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa manusia itu lemah dalam mengatur aktivitasnya.
Oleh karenanya, keberadaan agama sejatinya harus bisa mengatur seluruh amal perbuatan manusia dalam menjalani kehidupan. Sementara kenyataannya, ideologi ini justru memisahkan agama dari kehidupan. Dan ini jelas bertentangan dengan fitrah manusia yang membutuhkan agama untuk mengatur aktivitasnya. Akan tetapi, adanya agama di dalam kehidupan bukan berarti menjadikan seluruh amal perbuatan manusia hanya berkutat pada aktivitas ibadah saja.
Keberadaan agama adalah penting guna mengatasi berbagai persoalan hidup manusia sesuai dengan aturan yang lahir dari Allah Swt. yang termaktub dalam Al-Qur'an. Maka, adanya ide dari ideologi ini untuk menjauhkan aturan Allah dalam mengatur kehidupan manusia adalah sesuatu yang bertentangan dengan fitrah manusia. Dengan demikian qiyadah fikriyah kapitalisme ini juga dinilai gagal dilihat dari segi fitrah manusia. Ini karena ideologi ini memisahkan agama dari kehidupan, menjauhkan aktivitas beragama dari kehidupan, menjadikan masalah agama sebatas masalah pribadi saja, sekaligus menjauhkan manusia dari peraturan yang sudah Allah tetapkan. Padahal, peraturan yang berasal dari Allah sejatinya adalah solusi untuk memecahkan persoalan hidup manusia.
Wallahualam.
Payakumbuh, 4 Maret 2025 [An]
Baca juga:

0 Comments: