Headlines
Loading...
Judi Kian Meresahkan, Negara Tak Memberi Ketegasan

Judi Kian Meresahkan, Negara Tak Memberi Ketegasan

Oleh. Arini Hidayati 
(Kontributor SSCQMedia.Com, Mahasiswi, Aktivis Dakwah)

SSCQMedia.Com—Kapendam II/Sriwijaya merespons soal dugaan uang setoran yang menjadi latar belakang penembakan 3 polisi di Way Kanan, Lampung. Kapendam Sriwijaya menyebut, di balik insiden judi tersebut, ada dugaan setoran uang yang mengalir ke aparat kepolisian setempat. Keterangan itu didapat dari dua oknum anggota TNI yang saat ini berstatus saksi dalam kasus penggerebekan pada Senin, 17 Maret 2025 (Kompas.TV, 21-3-2025).

Kasus penembakan tiga polisi di Way Kanan, Lampung, tampaknya bukan sekadar insiden biasa. Dari keterangan Kapendam II/Sriwijaya, ada dugaan bahwa insiden ini berkaitan dengan setoran uang dalam aktivitas perjudian. Dua anggota TNI yang menjadi saksi menyebut adanya aliran dana ke aparat kepolisian setempat. Jika benar, ini bisa menjadi gambaran betapa kuatnya pengaruh uang dalam dunia ilegal, bahkan sampai melibatkan penegak hukum sendiri.

Fakta bahwa anggota TNI ikut diperiksa sebagai saksi menunjukkan bahwa kasus ini cukup kompleks. Judi ilegal memang sering melibatkan banyak pihak, termasuk oknum aparat yang seharusnya menegakkan hukum. Ini juga menunjukkan perlunya pengawasan lebih ketat terhadap institusi keamanan agar mereka tidak justru terlibat dalam praktik yang seharusnya mereka berantas. Jika kasus ini terbukti, maka akan menjadi tamparan besar bagi kepercayaan publik terhadap aparat hukum. Kasus penembakan polisi di Way Kanan yang diduga terkait setoran judi menunjukkan bahwa sistem saat ini tidak mampu mencegah kejahatan.

Wajah rusak peradilan memang terjadi secara sistemis dan bisa dirasuki korupsi pada level mana pun. Kebobrokan lembaga peradilan bukanlah sesuatu yang kebetulan, tetapi terjadi secara sistemis karena perkara di lembaga peradilan bisa diatur di semua tahapan asal ada duit untuk melicinkan maksud terselubungnya. Bahkan, sudah menjadi tahanan dalam lembaga pemasyarakatan pun, semua tetap bisa diatur dan dibeli dengan uang. Inilah bukti sistem hukum sekuler buatan manusia tidak bisa diharapkan untuk memberi keadilan kepada rakyat, apalagi memberi kesejahteraan dan keamanan bagi umat.

Dampak nyata, kultur hukum buatan manusia adalah bobroknya instansi peradilan yang bisa dilihat juga dari Indeks Persepsi Korupsi. Inilah satu bukti kegagalan sistem kapitalisme ketika mengatur kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Penegakan hukum sekuler, yaitu pemisahan kehidupan dari agama menyumbang jebolnya Indeks Persepsi Korupsi negeri ini. Hal itu sungguh berbeda dengan sistem hukum Islam, yakni peradilan yang dijalankan adalah untuk menegakkan kalimat Allah dan menegakkan syariat di tengah umat manusia.

Dalam Islam, solusi terbaik adalah menerapkan syariat secara menyeluruh dalam semua aspek kehidupan.
1. Hukum Islam yang Tegas
Islam melarang judi karena merusak masyarakat. Negara wajib menutup semua tempat perjudian dan menghukum tegas pelakunya, termasuk aparat yang melindungi mereka.
2. Pemimpin yang Amanah
Dalam sistem Islam, pemimpin adalah pelayan rakyat yang harus jujur dan adil. Mereka tidak boleh menerima suap atau melindungi kejahatan.
3. Pengawasan yang Kuat
Negara Islam memiliki lembaga pengawas yang memastikan tidak ada pejabat yang menyalahgunakan kekuasaan. Jika ada korupsi atau penyimpangan, hukuman akan diberikan dengan adil.
4. Masyarakat yang Bertakwa
Islam menanamkan ketakwaan, sehingga masyarakat sadar bahwa setiap perbuatan akan dipertanggungjawabkan di akhirat.
Jika Islam diterapkan secara kaffah, kejahatan bisa dicegah, dan masyarakat hidup dalam keadilan dan keamanan. [My]

Baca juga:

0 Comments: