Headlines
Loading...

Oleh. Neni Arini
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Kematian adalah sebuah nasihat terbaik bagi diri. Meyakini bahwa hidup hanya sebentar sehingga harus menggunakan waktu yang diberikan sebaik mungkin.

Kematian tidak memberitahu kapan waktunya, kematian tidak memberitahu kepada kita sedang apa ketika kita dipanggil pulang oleh-Nya. Dan kematian tidak memberitahukan di mana ketika kita mengembuskan napas terakhir. 

Untuk itu, banyak-banyaklah bermuhasabah atas detik waktu yang telah dilewati dan berupaya terbaik merubah kesalahan atas apa yang telah diperbuat.

Mengingat hidup ini singkat, kematian yang datang tiba-tiba sehingga kita perlu bekal untuk hidup bahagia di alam setelah dunia, untuk itu diperlukan bekal yang cukup agar dapat menjadi persembahan terbaik kepada pemilik bumi ini. Untuk itu kita harus dapat menggunakan waktu hidup yang singkat ini untuk melakukan ibadah sebaik mungkin, terutama di bulan Ramadan, bulan yang banyak keberkahan dan kebaikan hidup.

Pernah terlintas dalam pikiran saat Ramadan malaikat Izrail mendatangiku  untuk menyampaikan kabar bahwa pada
awal bulan Syawal tahun ini ia akan datang untuk mencabut nyawaku, astagfirullah. Sudah pasti kaget dan takut. Walau kematian itu pasti tapi sebagai manusia rasa takut itu ada dalam diriku. Ya Allah ijinkan aku untuk memberikan amalan terbaikku.

Tentunya ketika tahu bahwa ini adalah Ramadan terakhirku, aku akan awali Ramadanku dengan menyungkur sujud kepada-Nya, menangisi segala khilaf dan dosa yang telah aku kerjakan di masa lalu dan sekarang. Aku akan mendatangi orang-orang yang pernah aku sakiti dan zalimi. Meminta maaf atas kesalahan yang telah diperbuat. Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk menuntaskan segala tanggungan di dunia, baik utang-utang yang belum terbayar, amanah-amanah yang masih menjadi beban, maupun tugas dan kewajiban yang belum ditunaikan.

Andai ini Ramadan terakhirku, aku tidak akan mengisi waktuku dengan lelapnya tidur. Aku tidak akan mengeluhkan beratnya puasa di siang Ramadan. Aku akan melakukan Salat Tarawih, Tahajud, Taubat, serta Qiyamulail serta salat lainnya dengan khusyu. Aku akan mengiringi tiap embusan napas dengan zikir, menemani detakan jantung dengan istighfar. 

Andai ini Ramadan terakhirku, aku akan menjaga salat dengan menganggap itu adalah salat terakhirku. Menjaga lisanku untuk senantiasa menyebut nama-Mu. Qana'ah serta menggantungkan hati hanya kepada Allah.

Andai ini Ramadan terakhirku, aku akan menghabiskan waktu dengan birrul walidain kepada kedua orang tuaku, memohon ampun pada mereka atas segala salah dan khilaf yang telah diperbuat. Menghabiskan waktu untuk membahagiakan mereka. 

Andai ini Ramadan terakhirku, 
Aku akan meminta maaf pada suamiku, yang di setiap harinya banyak menghabiskan waktu bersamanya. Memohon maaf atas segala salah dan dosa atas peranku sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya. Mohon maaf atas segala kekurangan diri karena belum merasa maksimal dalam meriayah, dan meminta ridanya atas segala yang telah dilakukan, karena ridanya adalah salah satu jalan menuju pintu surga.

Andai ini Ramadan terakhirku, aku akan memeluk anak-anakku, meminta maaf atas kekurangan dan kesalahan dalam peranku sebagai ibu. Mungkin selama ini sudah menyakiti hati mereka, belum baik menjadi seorang ibu. Dan aku akan berpesan kepada mereka jadilah putra putri saliha yang kelak bisa terus mendoakanku, senantiasa berada dalam ketaatan-Nya kepada Allah. Jangan pernah tinggalkan salat, jangan pernah tinggalkan Al-Qur'an, jadilah anak yang bermanfaat bagi agamamu. Senantiasa menolong keluarga, orang-orang di sekitar mereka yang membutuhkan. Mengingatkan mereka agar senantiasa bersedekah, dan menyampaikan bahwa harta sesungguhnya yang kita miliki adalah harta yang kita keluarkan. 

Andai ini Ramadan terakhirku, aku akan bersedekah ekstrim. Semua yang kumiliki akan aku persembahkan untuk menolong agama-Mu. Harta berlimpah tak bisa menolong ketika kita berpulang, rumah mewah, harta benda lainnya pun tidak ada yang mampu menolong ketika aku berpulang. Sedekahlah yang Allah jadikan peluang pilihan agar kelak bisa menjadi penolong ketika menghadap-Nya.

Rasulullah bersabda, "Apabila anak adam (manusia) telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya darinya, kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah (sedekah yang pahalanya terus mengalir), ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang selalu mendoakannya." (HR. Muslim No. 1631).

Andai malaikat pencabut nyawa memberitahu kapan ia akan datang untuk menjemput nyawaku, aku akan mempersiapkan diri agar akhir usiaku bisa husnul khatimah.

Sayangnya, umur manusia adalah misteri. Aku tidak tahu kapan usiaku akan berakhir. Aku tidak tahu detak jantung ini kapan akan berhenti. Tetapi mungkin dari sini aku bisa merenung, bahwa Allah menjadikan usia manusia sebagai misteri justru agar kita sebagai hamba-Nya bisa lebih berpikir, bahwa manusia bisa mati kapan saja. Dan betapa bodohnya ketika tahu bahwa kematian bisa datang kapan saja namun masih saja dengan tenang mengerjakan kemaksiatan dan pekerjaan yang sia-sia dalam hidup. Astaghfirullahal adzim.

Mengingat kematian menjadi pengingat diri agar lebih bisa memaksimalkan diri untuk senantiasa melakukan kebaikan, berupaya terbaik untuk berada di jalan yang diridai-Nya.

Rasulullah bersabda, “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yaitu kematian." (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Tirmidzi).

Maut bisa kapan saja menghampiri kita sebagai manusia, dan kematian tidak akan pernah keliru dalam hitungannya, maka jauhilah segala perbuatan dosa.

Ramadan adalah bulan
penuh rahmat, bulan maghfirah, serta kasih sayang Allah berlimpah. Alangkah rugi manusia yang tidak mampu memanfaatkannya. Semoga keberadaan diri bisa mengisi Ramadan ini dengan
amalan terbaik. Dan semoga Ramadan tahun ini lebih baik daripada
tahun-tahun sebelumnya. Karena bisa saja mungkin inilah Ramadan terakhir dalam hidup kita. 
Wallahualam bissawab. [An]

Baca juga:

0 Comments: