Headlines
Loading...
Mampukah Indonesia Gelap menjadi Indonesia Terang?

Mampukah Indonesia Gelap menjadi Indonesia Terang?

Oleh. Sabikhisma
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Setelah ramai tagar #kaburajadulu, kini mencuat di jagat maya tentang "Indonesia Gelap". Perubahan trending yang begitu cepat ini tidak lain karena spontanitas reaksi masyarakat dalam menunjukkan rasa kekhawatirannya terhadap kondisi kepemimpinan di Tanah air. Timbullah krisis kepercayaan yang kian meluas di kalangan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah.

Bagaimana tidak? Sejak dilantiknya presiden baru, kebijakan sepihak terealisasi sebagai bukti dari kinerja kepemimpinan yang baru. Akan tetapi kebijakan-kebijakan tersebut seolah tidak memberikan penyelesaian masalah, tetapi justru menambah masalah baru di kalangan masyarakat.


Tagar peringatan darurat ini dipicu dengan adanya sederet fakta kebijakan dari pemerintah yang semakin menyengsarakan rakyat. Kondisi negeri yang semakin carut marut membangkitkan respon masyarakat, karena dianggap merugikan rakyat dan mengancam masa depan generasi muda.

Beberapa isu yang diangkat bersamaan dengan tagar ini adalah tentang ricuhnya distribusi gas LPG 3 kg yang bertujuan menyamakan harga pasar. Penyaluran gas bersubsidi tersebut yang diharapkan agar tepat sasaran,  justru menelan korban jiwa. Disusul program pemerintah menyoal MBG (makan bergizi gratis) bagi pelajar agar terpenuhi gizinya tetapi berakhir dengan banyak keluhan dari pelajar itu sendiri. 

Selain itu, janji pemerataan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, berbanding terbalik dengan kenyataan di lapangan. Bahwa telah terjadi  terkait PHK masal bagi para buruh pabrik, belum lagi masalah pemangkasan anggaran untuk program sosial, kesejahteraan rakyat, pendidikan dan kesehatan.

Aksi dari netizen tak hanya berhenti di media sosial, gerakan protes ini berlanjut pada demo serentak yang dilakukan lebih dari 10 wilayah. Para mahasiswa turun ke jalan mulai dari Universitas Indonesia (UI), Universitas Tulang Buwang (UTB) Lampung, hingga Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin (UNISKA), dilaporkan menggelar aksi massa bertajuk Indonesia Gelap, pada Senin 17 Februari 2025 lalu. (tirto.id, 18/2/25)

Bentuk Kepedulian Generasi Muda

Dengan adanya gerakan kolaborasi antara masyarakat dan mahasiswa yang seolah teroganisir, ini .enunjukan bahwa masyarakat punya kepedulian yang tinggi terhadap isu-isu kebijakan publik, demokrasi, politik, HAM dan sebagainya. Bahkan, hubungan antar mahasiswa yang kritis juga terjalin di mana-mana, bukan hanya terpusat di Ibu kota saja, melainkan sudah tersebar ke beberapa provinsi di daerah.

Dengan kata lain, soal urgensi aksi Indonesia gelap dianggap menjadi perhatian bersama, agar Indonesia bisa menjadi lebih baik untuk semua di tengah rentetan masalah yang sedang jadi perbincangan.

Namun, seberapa efektif gerakan ini mendorong atau memberikan daya tekan kepada pemerintah untuk memperbaiki kebijakan publik, sedangkan aksi protes mahasiswa biasanya hanya terjadi secara seremonial.

Fakta Pola Pikir ala Kapitalis

Selama ini dalam segi tatanan bernegara, mereka hanya memiliki kacamata kapitalisme dalam melihat masalah sekaligus menyusun langkah solusinya. Misalnya, sistem demokrasi menggunakan prinsip dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Manusia diberi kedaulatan hukum untuk membuat aturannya sendiri.

Sistem politik seperti ini membuka lebar terjadinya peluang keculasan. Karena hukum tergantung pada kepentingan manusia. Sehingga warga negara mudah diperdaya oleh proyek Barat, terutama dalam memanfaatkan generasi muda yang didesain begitu komprehensif melalui program merdeka belajar dan moderasi beragama. Dengan tujuan untuk memperkokoh nilai-nilai kebebasan, seperti HAM (hak asasi manusia), feminisme, pluralisme, dan kesetaraan gender pada karakter pemuda muslim.

Selama pola pikir dan pola jiwa generasi muda masih menjunjung nilai-nilai kebebasan, serta menyempurnakan sekularisasi. Semudah itu pula Barat dapat membajak dan mengeksploitasi mereka.
Akibatnya, kualitas kepribadian generasi makin lemah, hedonisme, pasif, takut terhadap Islam, serta jauh dari ketaatan pada syari'at Islam. Oleh karena itu, sudah saatnya generasi muda muslim melakukan perubahan mendasar dengan metode yang benar agar terlepas dari belenggu kegelapan sistem demokrasi.

Politik Islam Solusi Pamungkas

Pangkal masalah yang saat ini harus dipahami umat, khususnya oleh mahasiswa sebagai generasi muda adalah membudayanya sikap apatis. Mahasiswa sudah seharusnya melek politik dan kritis terhadap segala kebijakan pemerintah. Dengan kesadaran politik yang benar akan membuat mereka mampu memberikan solusi yang syar'i berasal dari Islam.

Sistem politik Islam telah jelas mendudukkan masalah pada tempatnya. Sistem politik Islam secara fiqih dikenal sebagai sistem Khilafah yang memiliki empat pilar dalam mengatur tata negara.

Pertama, kedaulatan di tangan syara', kedaulatan memiliki bukti bahwa kedaulatan adalah di tangan syarak, bukan di tangan umat. Yang mengendalikan dan mengurus aspirasi rakyat adalah syarak, bukan pribadi itu sendiri dengan sesukanya. Melainkan aspirasi rakyat itu dikendalikan dan disesuaikan berdasarkan perintah dan larangan Allah.

Hal ini sudah dijelaskan dalam firman Allah,


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًاࣖ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nabi Muhammad) serta ulul amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunahnya) jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir. Yang demikian itu lebih baik (bagimu) dan lebih bagus akibatnya (di dunia dan di akhirat). (QS An-Nisa’: 59).

Keduakekuasaan di tangan umat. Pilar kedua ini membuktikan bahwa syarak telah menjadikan pengangkatan khalifah oleh umat, yakni seorang khalifah hanya memiliki kekuasaan melalui baiat.

Pembaiatan diberikan oleh kaum muslim kepada seorang khalifah, bukan sebaliknya karena kaum muslim berkewajiban membaiat khalifah. Kaum muslimlah yang sejatinya mengangkat khalifah sebagai penguasa atas mereka dalam suatu daulah.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin Ash yang berkata, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah bersabda, "Siapa saja yang telah membaiat seorang imam, lalu ia telah memberikan uluran tangan dan buah hatinya, hendaklah menaatinya jika ia mampu. Apabila ada orang lain yang hendak merebutnya, maka penggallah leher orang itu”.

Pilar ketiga adalah mengangkat satu khalifah. sebagaimana telah ditetapkan di dalam hadis, pilar ini hukumnya wajib bagi seluruh kaum muslim.

Keharusan khalifah harus satu orang, disandarkan kepada hadis yang diriwayatkan dari Abi Said al-Khudri dari Rasulullah yang bersabda, “Apabila dibaiat dua orang khalifah, bunuhlah yang terakhir dari keduanya.” (HR Imam Muslim).
Dalam hadis ini ditegaskan jika dalam daulah haram hukumnya kaum muslim memiliki khalifah atau pemimpin lebih dari satu orang.

Yang keempat adalah bahwa hanya khalifah yang berhak melakukan tabanni (adopsi) terhadap hukum-hukum syarak. Pilar ini ditetapkan berdasarkan ijma' sahabat. Di dalam ijma' sahabat telah ditetapkan bahwa hanya khalifahlah yang berhak mentabanni hukum-hukum syara'.

Berdasarkan ijma' ini, diambil kaidah usul fikih yang sangat populer, “Perintah imam (khalifah) menghilangkan perselisihan (di kalangan fuqaha).” Juga, “Perintah imam (khalifah) berlaku, baik secara lahir maupun batin.” Serta, “Bagi seorang sultan (khalifah) diperbolehkan untuk mengambil keputusan hukum sesuai dengan maslahat yang terjadi".

Dengan demikian, Islam telah terbukti dapat menyejahterakan umat sekaligus menjamin ruang hidup rakyatnya. Sehingga memperjuangkan kembali untuk bisa tegak adalah perkara yang sangat mendesak, demi terciptanya kehidupan yang sejahtera ditengah-tengah umat.

 Oleh karena itu, kunci utama kebangkitan generasi muslim terletak pada pemikiran dan perasaan yang mengakar dalam jiwa mereka terhadap ideologi Islam. Sekaligus generasi muslim harus menyadari dan memahami, bahwa medan perang yang sesungguhnya pada Abad 21 ini adalah medan perang ideologis, baik pada semesta dunia nyata maupun dunia maya. Wallahualam. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: