Headlines
Loading...
Menjaga Konsistensi Ibadah setelah Ramadan

Menjaga Konsistensi Ibadah setelah Ramadan


Oleh. Eka Suryati 
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Ramadan selalu datang dengan suasana yang begitu istimewa. Bulan yang penuh berkah ini menghadirkan berbagai momentum yang mendorong kita untuk lebih dekat dengan Allah. Masjid-masjid ramai oleh jemaah tarawih, tilawah Al-Qur’an menjadi rutinitas harian, dan berbagai bentuk kebaikan tersebar di mana-mana. Namun, tantangan sesungguhnya dimulai ketika Ramadan berakhir. Mampukah kita mempertahankan semangat ibadah yang telah kita bangun selama sebulan penuh?

Sering kali, setelah Idulfitri, semangat ibadah yang telah kita bangun perlahan menurun. Salat tahajud yang  rutin dilakukan di malam-malam Ramadan mulai ditinggalkan. Tilawah Al-Qur’an yang  menjadi kebiasaan harian berubah menjadi sekadar aktivitas yang jarang dilakukan. Padahal, sejatinya, Ramadan bukan sekadar latihan ibadah sebulan, tetapi seharusnya menjadi titik awal perubahan menuju kehidupan yang lebih baik sepanjang tahun.

Lalu, bagaimana cara menjaga konsistensi ibadah setelah Ramadan?

1. Meluruskan niat dalam beribadah
Salah satu alasan utama mengapa ibadah kita melemah setelah Ramadan adalah karena kita melakukannya tanpa kesadaran penuh tentang maknanya. Di bulan Ramadan, lingkungan sekitar turut membantu kita dalam beribadah, tetapi setelahnya, tantangan terbesar datang dari dalam diri sendiri. Oleh karena itu, kita perlu kembali meluruskan niat kita. Niatkan ibadah karena Allah.

Ibadah bukan hanya karena Ramadan, tetapi sebagai bentuk ketaatan kepada Allah sepanjang hidup. Jika kita sadar bahwa ibadah adalah kebutuhan, bukan sekadar kewajiban, kita akan lebih mudah menjaga keistikamahannya. Rasulullah saw. bersabda:

"Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang dikerjakan secara terus-menerus meskipun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini mengajarkan bahwa yang terpenting bukanlah banyaknya ibadah yang kita lakukan dalam satu waktu, tetapi bagaimana kita bisa melakukannya dengan istikamah.

2. Menjadikan ibadah sebagai rutinitas harian
Salah satu kelebihan Ramadan adalah adanya jadwal ibadah yang jelas, seperti sahur, berbuka, tarawih, dan tilawah. Setelah Ramadan, kita bisa menerapkan pola yang sama agar ibadah tetap menjadi bagian dari keseharian kita.

Misalnya, jika di bulan Ramadan kita mampu membaca satu juz Al-Qur’an setiap hari, setelah Ramadan kita bisa menyesuaikan target yang lebih realistis, seperti setengah juz atau bahkan satu halaman per hari. Yang terpenting adalah tetap konsisten. Namun jika tetap bisa istikamah One Day One Juz maka itu sangat baik. 

Begitu juga dengan salat malam. Jika sulit untuk melakukan tahajud setiap malam seperti di Ramadan, kita bisa memulainya dengan dua rakaat di sepertiga malam terakhir beberapa kali dalam seminggu.

3. Mencari lingkungan yang mendukung
Lingkungan sangat berpengaruh dalam menjaga konsistensi ibadah. Jika setelah Ramadan kita kembali ke lingkungan yang tidak mendukung ibadah, maka semangat yang telah kita bangun bisa hilang dengan cepat. Oleh karena itu, penting untuk mencari komunitas atau teman yang juga ingin tetap istikamah dalam ibadah.

Bergabung dengan kelompok kajian, halakah, atau komunitas tilawah bisa menjadi solusi. Dengan adanya lingkungan yang baik, kita akan lebih termotivasi untuk terus meningkatkan kualitas ibadah kita.

4. Mengingat kematian dan tujuan hidup
Ramadan mengajarkan kita tentang kefanaan dunia dan pentingnya kehidupan akhirat. Namun, setelah Ramadan, sering kali kita kembali terjebak dalam rutinitas duniawi yang melalaikan. Oleh karena itu, kita perlu terus mengingat kematian dan tujuan hidup kita sebagai hamba Allah.

Rasulullah saw. bersabda:
"Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian." (HR. Tirmidzi)

Dengan mengingat kematian, kita akan lebih termotivasi untuk terus menjaga ibadah, karena kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput.

5. Mengatur waktu dan prioritas dengan baik
Salah satu alasan utama mengapa banyak orang kesulitan menjaga ibadah setelah Ramadan adalah karena merasa terlalu sibuk. Padahal, masalah utamanya bukanlah kesibukan, tetapi bagaimana kita mengatur prioritas.

Jika di bulan Ramadan kita bisa meluangkan waktu untuk ibadah meskipun dalam kondisi sibuk, mengapa setelahnya kita merasa tidak bisa? Semua kembali kepada bagaimana kita mengatur waktu.

Cobalah buat jadwal harian yang mencakup waktu untuk salat tepat waktu, membaca Al-Qur’an, dan ibadah lainnya. Dengan manajemen waktu yang baik, tidak ada alasan untuk meninggalkan ibadah.

6. Berdoa memohon keteguhan hati
Tidak ada yang lebih kuat dalam menjaga konsistensi ibadah selain pertolongan Allah. Oleh karena itu, kita perlu senantiasa berdoa agar diberikan keistikamahan dalam beribadah. Salah satu doa yang sering dibaca oleh Rasulullah saw. adalah:

Ya Muqallibal qulub, tsabbit qalbi ‘ala dinik."
Artinya; ”"Wahai Zat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu." (HR. Tirmidzi)

Dengan terus memohon pertolongan Allah, hati kita akan lebih terjaga untuk tetap berada di jalan yang benar.

7. Mengingat nikmat yang diberikan Allah
Setelah Ramadan, kita perlu terus mengingat betapa banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Udara yang kita hirup, kesehatan yang kita miliki, dan kesempatan untuk hidup adalah anugerah yang tidak ternilai.

Jika kita sadar bahwa semua yang kita miliki adalah pemberian Allah, kita akan lebih mudah untuk bersyukur. Dan salah satu bentuk syukur terbaik adalah dengan tetap beribadah kepada-Nya.

Allah berfirman:
"Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu keyakinan (kematian)." (TQS. Al-Hijr: 99)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa ibadah bukan hanya untuk Ramadan, tetapi harus dilakukan hingga akhir hayat kita.

Menjaga konsistensi ibadah setelah Ramadan memang tidak mudah, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Dengan meluruskan niat, menjadikan ibadah sebagai rutinitas, mencari lingkungan yang baik, mengingat kematian, mengatur waktu dengan baik, serta terus berdoa dan bersyukur, kita bisa tetap istikamah dalam beribadah.

Ramadan seharusnya menjadi titik awal perubahan, bukan sekadar momen sementara. Jangan biarkan semangat ibadah hanya bertahan selama sebulan. Mari kita jadikan Ramadan sebagai pendorong untuk terus meningkatkan kualitas ibadah sepanjang tahun hingga akhir hayat kita. [Ni]

Kotabumi, 22 Maret 2024

Baca juga:

0 Comments: