Storytelling
Palestinaku, Palestinamu, Palestine Kita
Oleh. Arumintantri
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Di penghujung malam 22 Ramadhan 1446 H ini, di teras kanan masjid kupandangi langit, pikiranku melayang-layang tak menentu. Maha Besar Allah dengan semua ciptaan-Nya, sungguh mudah bagi Allah untuk menjadikan yang tak mungkin menjadi mungkin, atau sebaliknya. Namun entahlah, aku tak jua sanggup untuk menulis tentang Palestina meski beberapa kali kucoba. Penaku tumpul.
Tetapi tekad telah terpancang. Malam ini akan kucoba menggoreskan kata-kata untukmu, Palestina. Meski sebanyak apa pun kata, takkan habis untuk menggambarkan bagaimana luhurnya tingkat keimanan saudara-saudaraku di Palestina.
Berawal dari Challenge
Di grup WhatsApp, challenge menulis "Palestina memanggil", tantangan menulis tentang Palestina dilontarkan oleh sang muassis sejak awal bulan kemarin. Sementara aku hanya membaca dan memandangi setiap goresan tangan dari sahabat-sahabatku, sangat susah rasanya mengungkapkan unek-unek yang ada di dalam kepala ini.
Aku pun mulai mencari tahu, di mana letak Palestina. Ternyata Palestina terletak di bagian Barat benua Asia, membentang di antara garis lintang meridian 15-34 dan 40-35 ke arah timur, dan antara garis lintang meridian 30-29 dan 15-33 ke arah utara.
Ketika Palestina memanggil, apa yang bisa kulakukan? Yang paling mudah adalah mendoakan dan terus mendoakan. Setiap melihat atau pun mendengar berita tentang Palestina, hati berkecamuk, sedih, marah, dan geram bercampur menjadi satu. Susah diungkapkan dengan kata-kata. Dengan tindakan pun aku tak sanggup, ikhtiar yang paling bisa kulakukan adalah hanya mendoakan saudara-saudaraku yang ada di Palestina.
Bagiku Palestina adalah contoh nyata perjuangan Rasulullah. Berbahagialah mereka para saudaraku yang ada di Palestina ketika mendapatkan syahidnya. Aku tak tahu apakah aku di sini harus berbahagia ataukah aku harus bersedih. Pergolakan batin yang membuatku bingung sendiri. Palestina beserta tentaranya jumlahnya hanya sedikit dibandingkan tentara zionis yang begitu banyak dengan perlengkapan yang sangat lengkap, tetapi para mujahid bisa membuat kocar-kacir tentara Israel. Apakah itu bukan bukti yang nyata atas kekuasaan Allah? Atau ketika berita tentang pertukaran sandera antara Israel dan Palestina, bagaimana pasukan Hamas memperlakukan para tawanan Israel dengan terhormat, membuat hampir seluruh negeri yang ada di bumi ini berdecak kagum akan akhlak para mujahid yang selama ini dianggap sebagai teroris. Doktrin yang dilontarkan oleh zionis bahwa Islam adalah kejam terbantahkan oleh mereka yang secara langsung bersinggungan dengan mujahid. Sehingga kali ini Palestina mendapatkan simpati warga dunia, bukankah ini juga merupakan bukti kekuasaan Allah?
Penjajahan memang kejam, tak hanya di Palestina. Di mana pun yang namanya penjajahan itu pasti tidak memanusiakan manusia, bahkan Indonesia pun pernah merasakan penjajahan selama 350 tahun. Bukan hanya ratusan orang yang meninggal dunia, lebih dari itu, dan ketika Jepang datang ke Indonesia yang hanya seumur jagung telah memporakporandakan rakyat Indonesia. Menurut cerita kakekku, penjajahan Jepang lebih kejam dari pada penjajahan Belanda di Indonesia. Padahal kala itu Indonesia dan Jepang bukan berperang karena memperebutkan tanah suci, berbeda dengan Palestine saat ini.
Kabar Palestine setiap hari berseliweran di YouTube, Facebook atau pun Instagram, tapi kenapa ribuan bahkan jutaan manusia yang beragama Islam tidak ada yang tergerak untuk membantu Palestine. Kaum muslimin saat ini disibukkan dengan urusan perut sehingga tidak sempat memikirkan saudaranya sendiri. Jangankan saudara di Palestina yang sangat jauh dari jangkauan mata, tetangga dekatnya pun kadang tak dihiraukan. Mereka lebih memikirkan kepentingan sendiri dan menumpuk harta, bahkan menyalahkan ketika ada tetangga atau saudara yang hidup serta kekurangan. Sungguh hebat peran misionaris yang berhasil mewarnai pikiran sebagian besar kaum muslimin, sehingga kaum muslimin tidak lagi merasakan dirinya menjadi satu tubuh, ketika anggota tubuh yang lain sakit, maka dia merasakan sakit.
Saat ini kaum muslimin betul-betul telah tercerai-berai. Pikirannya telah terwarnai oleh pemikiran kapitalis, sehingga yang dipikirkan adalah ada keuntungan atau tidak ketika akan membantu orang lain. Dan ketika ada sebagian kecil kaum muslimin yang masih memegang teguh Al-Qur'an dan as-sunnah yang dengan lantangnya meneriakkan pembelaan kepada Palestina, maka dianggap oleh penguasa atau pun oleh kaum muslimin yang lainnya sebagai Islam yang radikal.
Ramadanku dan Ramadanmu
Ramadanku di bumi Indonesia penuh dengan kemeriahan, dari ujung ke ujung gang penuh dengan penjual makanan. Dan hampir setiap meja makan di setiap rumah penuh dengan makanan dan minuman untuk berbuka.
Ramadanku tanpa ancaman apa pun, hidup tenang, nyaman, bisa melakukan salat di masjid ber AC dengan karpet yang lembut dan harum. Tetapi dengan kenyamanan yang Allah berikan ini bukan membuat kami lebih bersyukur, kami tak sekhusyuk saudara-saudara kami yang di Palestina. Rasa nyaman inilah yang membuat kami menjadi terlena dengan kenikmatan dunia, bahkan banyak yang tidak melaksanakan syariat puasa juga menjalankan salat wajib lima waktu. Hal ini dikarenakan keimanan yang ada di dalam hatinya tidak sekuat dengan kaum.muslimin Palestina. Rasa takut akan kematian tidak jelas tergambar di depan mata seperti halnya saudara di Palestina yang hampir setiap detiknya harus siap mengorbankan nyawanya demi menjaga akidahnya.
Ramadan di Negeri Palestina
Ketika menjelang Ramadan tersiar kabar gembira yang menyatakan akan ada gencatan senjata, aku pun turut bersyukur. Aku senantiasa mendoakan semoga warga Palestina bisa menjalankan ibadah puasa dengan aman dan tenang. Tetapi sejarah setelah mencatat yang namanya Bani Israil bukanlah orang yang bisa dipercaya, dia akan dengan sesuka hatinya melakukan apa yang dia inginkan. Dan kapan pun itu pun terjadi.
Ketika awal Ramadan kulihat di berita bagaimana saudara-saudara yang di Palestina menyambut datangnya bulan Ramadan.
Di antara reruntuhan puing-puing rumahnya warga Palestina masih tetap semangat menyambut datangnya bulan Ramadan dengan cara menghiasi sepanjang jalan dengan bendera-bendera dan hiasan-hiasan yang menandakan bulan Ramadan telah datang.
Itu menggugah mata dunia sehingga banyak negara-negara yang mengikuti apa yang telah dilakukan oleh Palestina, semangat yang membara dari saudara-saudara Palestina secara tidak langsung telah memberikan dampak terhadap negara-negara yang lainnya.
Palestina saat ini menjadi sorotan dunia, kegigihan para pejuang Hamas merupakan sikap yang tak dimiliki oleh tentara Israel, sikap rela mati demi menjaga dan mempertahankan bumi Palestina dari zionis dan juga menjaga aqidah kaum muslimin merupakan contoh nyata perjuangan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam beserta para sahabatnya.
Gambaran perang yang dilakukan oleh Rasulullah sedikit banyak bisa dilihat di Palestina, pemboikotan, siksaan secara fisik yang setiap saat dihadapi oleh saudara-saudara di Palestina bukti nyata bahwa keimanan mereka lebih teruji dibanding keimanan para saudara-saudara seiman di belahan bumi manapun. Dan mereka yakin dengan mereka tetap mempertahankan bumi Palestina dari zionis maka Allah akan memberikan ganjaran yaitu surga untuk orang-orang yang lulus dari ujian Allah Swt, maka tak heran apabila dari lisan-lisan saudara di Palestina tidak ada kata-kata mengeluh kecuali rasa syukur yang selalu mereka panjatkan kepada Allah. Bahkan ketika mereka Syahid pun masih bisa tersenyum, tersungging senyuman manis dari bibirnya, tak terlihat rasa sakit yang dari wajahnya, wajah-wajah yang berseri-seri seakan-akan ketika ajal menjemput mereka melihat sesuatu yang sangat indah.
Mereka paham tentang salah satu ayat yang ada dalam Al-Qur'an yaitu QS. Al-Baqarah ayat 214:
اَÙ…ْ ØَسِبْتُÙ…ْ اَÙ†ْ تَدْØ®ُÙ„ُوا الْجَÙ†َّØ©َ ÙˆَÙ„َÙ…َّا ÙŠَØ£ْتِÙƒُÙ…ْ Ù…َّØ«َÙ„ُ الَّØ°ِÙŠْÙ†َ Ø®َÙ„َÙˆْا Ù…ِÙ†ْ Ù‚َبْÙ„ِÙƒُÙ…ْۗ Ù…َسَّتْÙ‡ُÙ…ُ الْبَØ£ْسَاۤØ¡ُ ÙˆَالضَّرَّاۤØ¡ُ ÙˆَزُÙ„ْزِÙ„ُÙˆْا ØَتّٰÙ‰ ÙŠَÙ‚ُÙˆْÙ„َ الرَّسُÙˆْÙ„ُ ÙˆَالَّØ°ِÙŠْÙ†َ اٰÙ…َÙ†ُÙˆْا Ù…َعَÙ‡ٗ Ù…َتٰÙ‰ Ù†َصْرُ اللّٰÙ‡ِۗ اَÙ„َآ اِÙ†َّ Ù†َصْرَ اللّٰÙ‡ِ Ù‚َرِÙŠْبٌ ٢١٤
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan) sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.
Warga Palestina menyambut Ramadan tahun ini dengan penuh suka cita, walau mereka tidak punya rumah atau hanya tinggal di reruntuhan puing-puing rumahnya tetapi tidak mengurangi khusyuknya menjalankan puasa ramadan. Mereka bersyukur Ramadan tahun ini bisa menjalankan puasa dan salat tarawih lebih tenang dibandingkan Ramadan tahun lalu. Ketika aku mendengar salah satu warga Palestina diwawancarai bagaimana pendapatnya tentang Ramadan tahun ini, beliau sangat bersyukur dan itu adalah tamparan yang sangat kuat kepadaku, di sini di Indonesia Ramadan penuh dengan ketenangan tidak ada ancaman tetapi aku belum bisa menjalankan ibadah di bulan Ramadan ini dengan maksimal dan bersyukurnya seperti para saudaraku yang ada di Palestina.
Setiap hari, tiap sore kulihat orang-orang keluar rumah berburu takjil, memilih makanan satu dan makanan yang lainnya, tak henti-hentinya berlomba-lomba untuk menyiapkan banyak hidangan di atas meja makan, dan ritual itu menjadikan seakan-akan Ramadan ini bukan momentum untuk mendapatkan pahala yang lebih dari Allah tetapi hanya sebagai rutinitas kuliner tahunan . Sementara saudara-saudara di Palestina, jangankan untuk makan dengan berbagai menu yang ada bahkan satu menu pun belum tentu ada.
Beberapa hari ini anak-anak i'tikaf di masjid, ada beberapa anak yang dia tidak suka dan tidak nyaman tidur di masjid. Ketika ada keluhan itu yang bisa aku lakukan adalah mengumpulkan anak-anak bersama memberikan tausiyah dan gambaran bagaimanakah kita harus bersyukur. Karena saat ini dengan kita beritikaf di masjid masih lebih nyaman dibandingkan para saudara kita yang ada di bumi Palestina. Mereka tidur di reruntuhan puing, belum tentu besok pagi mereka bisa makan, tapi mereka tidak pernah menghujat Allah, lisannya selalu memuji Allah dan selalu berdzikir kepada Allah. Sementara kita yang ada di sini yang masih bisa jajan bebas, masih bisa salat di masjid tanpa harus ditodong oleh senjata atau dibom oleh zionis, kenapa harus mengeluhkan ketidaknyamanan ketika beriktikaf, sejenak meninggalkan kasur yang lembut di rumahnya untuk bermunajat kepada Allah.
Palestina, aku sangat malu, tak ada yang bisa aku kerjakan selain mendoakan dan memberikan sedikit rezeki yang aku punya. Semoga Allah memberikan pahala yang terbaik untuk kalian.
Palestina, malam ini di malam ke-22 Ramadan 1446 Hijriyah semoga ini menjadi Ramadan yang terakhir tanpa adanya daulah Khilafah sehingga permasalahan yang saat ini, tidak kau hadapi sendiri akan tetapi bisa kita pikul bersama.
Palestina, yakinlah janji Allah, saat ini mungkin kita diinjak-injak dan dihinakan tapi Allah tidak akan membiarkan umatnya yang memegang teguh akidahnya dibinasakan. [Hz]
Di penghujung malam 22 Ramadhan 1446 H /22 Maret 2025
Baca juga:

0 Comments: