Headlines
Loading...
Ramadan, Lumbung Pahala bagi Kaum Ibu

Ramadan, Lumbung Pahala bagi Kaum Ibu


Oleh. Sulis Setiawati, S.Pd.
(Kontributor SSCQMedia.Com, Aktivis Dakwah)

SSCQMedia.Com—Ibu adalah sumber cinta dan kasih sayang. Berbicara tentang sosok “ibu”, apa yang tebersit dalam benak kita? Ya, seperti salah satu quotes seorang sufi yang amat menyentuh kalbu, “Kita terlahir karena cinta, cinta adalah ibu kita, bagaimana mungkin aku tidak mencintai ibuku, padahal ia menggendongku dahulu dalam tubuhnya, kemudian dalam pelukannya, dan kemudian seumur hidupnya dalam hatinya.” [Maulana Jalaluddin Rumi]. Beliaulah sumber cinta dan kasih sayang dalam keluarga. Kehadirannya amat penting dalam sebuah keluarga, terutama pada saat bulan suci Ramadan. Bagaimana tidak? Mulai dari aktivitas sahur hingga berbuka senantiasa membutuhkan sentuhan terampil tangan dan jiwanya yang tulus ikhlas.

Di bulan Ramadan ini, sosok ibu amat perlu dijadikan pusat perhatian. Kedudukannya di bulan Ramadan dengan berbagai tugas dan peran yang dijalankan, menyibak pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada hal-hal yang menjadikan statusnya termarginalkan. Di antaranya kendala fisik atas kodrat Ilahi yakni datangnya masa haid, hamil, menyusui, dan nifas. Kondisi tersebut dianggap menghalanginya dari mendapatkan pahala. Belum lagi ditambah tugas domestik yang sangat melelahkan karena berbagai kesibukan urusan dapur dan anak seperti: belanja ke pasar, memasak, mencuci, menyetrika, membersihkan rumah, menyimak hafalan Al-Qur’an anak, dan mendampingi belajar anak, yang itu semua kebanyakan dikerjakan oleh kaum ibu. 

Dan anggapan ini ternyata tidak benar menurut para ulama. Sebaliknya, para ulama menyampaikan justru di balik kondisi di atas, tersimpan kabar gembira bagi kaum ibu untuk tetap dapat meraih pahala sebanyak-banyaknya karena Ramadan sebagai lumbung pahala bagi kaum ibu. 

Kabar Gembira untuk Kaum Ibu

Mensyukuri takdir menjadi seorang wanita yang dipilih Allah sebagai istri sekaligus ibu, maka bukan hal yang mudah untuk diterapkan di tengah riak ujian kehidupan. Alih-alih bersyukur, justru keluh-kesah meliputi jiwa atas beban yang diemban. Jika hal ini terjadi pada seorang ibu, maka sebaiknya perlu kembali membuka catatan kabar gembira yang Allah dan Rasul-Nya sampaikan tentang keutamaan seorang ibu, terkhusus saat berada di dalam bulan suci Ramadan di mana setiap amal walau sekecil apa pun bernilai pahala. Seperti tugas domestik, belanja ke pasar, memasak, mencuci, menyetrika, membersihkan rumah, menyimak hafalan Al-Qur’an anak, mendampingi belajar anak, dan sebagainya yang itu semua bertujuan untuk memudahkan dan menyenangkan seluruh anggota keluarga di bulan suci Ramadan.

Aktivitas di atas merupakan bagian dari amal kebaikan berbalas pahala dan dijelaskan dalam hadis dari Jabir bin Abdullah, ia berkata bahwa Rasulullah saw. dalam sabdanya, “Setiap kebaikan adalah sedekah. Dan di antara bentuk kebaikan adalah kamu menjumpai saudaramu dengan wajah yang menyenangkan. Dan kamu menuangkan air dari embermu ke dalam bejana milik saudaramu.” (HR. At-Tirmidzi)

Sedangkan kondisi fisik yang menghalangi seorang ibu untuk dapat berpuasa dikarenakan hamil, menyusui, nifas atau haid bukan berarti menjadikannya tertutup dari pintu-pintu pahala. Ternyata dengan berbagai amalan ibadah dan kebaikan lainnya, seorang ibu akan tetap memiliki kesempatan untuk meraih pahala di bulan Ramadan meski tidak berpuasa sebagaimana Zaid bin Kholid Al-Juhani berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang memberi buka orang puasa, maka baginya pahala semisalnya tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikit pun.” (HR. Tirmidzi No. 807, Ibnu Majah No. 1746). 

Begitu juga dalam hadis yang lain dikatakan bahwa, orang yang memberi makan saat berbuka puasa dijanjikan untuk masuk surga. Nabi saw. pernah berkata kepada seorang sahabat, "Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang mana bagian luarnya terlihat dari bagian dalam dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya.” Nabi Muhammad saw. pun ditanya, “Bagi siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan, wahai Rasulullah?” Kemudian Nabi saw. menjawab, “Untuk orang yang berkata benar, yang memberi makan, dan yang senantiasa berpuasa dan salat pada malam hari pada waktu manusia pada tidur.” (HR. Tirmidzi)

Dalam kondisi lain, seorang ibu yang sedang berpuasa juga dituntut harus dapat mengontrol emosinya saat menghadapi anak-anak yang masih sangat dinamis tingkah polahnya, terkhusus yang masih di bawah usia balig. Hal ini sebagai ujian bagi kaum ibu jika berhasil melaluinya dengan segala bentuk strategi dan penuh kesabaran. Maka kabar gembira yang setimpal berupa surga karena demi kebahagiaan anak-anaknya. 

Kabar gembira berikutnya bagi kaum ibu di bulan Ramadan ini yang mengutamakan kebutuhan anak daripada kebutuhan dirinya sendiri di tengah berbagai ujian hidup, Maka telah Allah kabarkan juga ganjarannya sebagaimana dalam sebuah hadis Rasulullah saw. yang diterima dari Aisyah r.a., ia berkata, “Seorang perempuan menemuiku. Ia membawa dua anak perempuan. Aku memberikan tiga butir kurma kepadanya. Lalu perempuan itu memberikan dua butir kurma kepada kedua anaknya dan bermaksud untuk memakan sisanya. Akan tetapi, kedua anaknya berusaha merebutnya sehingga kurma tadi jatuh dari tangannya. Akhirnya perempuan itu tidak makan satu butir pun. Aku terpesona dengan perilaku perempuan itu dan menceritakan peristiwa itu kepada Nabi dan beliau bersabda, ‘Barang siapa yang mendapat ujian atau menderita karena mengurus anak-anaknya, kemudian ia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anaknya akan menjadi penghalang baginya dari siksa neraka.” (HR. Bukhari-Muslim dan Tirmidzi)

Lumbung Pahala bagi Kaum Ibu

Menjadi perhatian bagi kaum hawa untuk mengambil langkah nyata agar tetap meraih lumbung pahala di bulan Ramadan dengan melakukan beberapa hal seperti yang dilansir dalam situs Official YouTube Channel of Ustaz Muhammad Nuzul Dzikri, LC (12/4/2021), “Lumbung Pahala Wanita di Ramadan yakni kedepankan iman dan amalan hati, prioritaskan amalan wajib salat, puasa, taat suami, tanggung jawab rumah, jaga lisan dari yang haram, perbanyak sedekah, baca Al-Qur’an, zikir, istigfar, dan menjaga amalan sunah.” 

Adapun uraian amalan yang dapat dilakukan agar dapat meraih lumbung pahala baik dalam kondisi puasa maupun tidak puasa antara lain:
Pertama, kedepankanlah iman dan amalan hati dalam keseharian di bulan Ramadan. Al-Imam Ibnu Athar menjelaskan, “Hukum bagi laki-laki sama dengan hukum bagi wanita dalam semua urusan amalan hati, baik yang berkaitan dengan akidah ataupun selain akidah.” Di sinilah kaum wanita dapat mengubah kendala menjadi pahala. Ditegaskan dalam sebuah hadis, “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan ampunan Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya di masa lalu.” (HR. Bukhari)

Di sini Nabi mengaitkan amalan puasa (amalan zahir) dengan iman yang merupakan amalan hati. Bukan hanya amalan puasa saja melainkan harus ada iman dan ihtisab (penuh pengharapan). Ini menunjukkan bahwa iman dan amalan hati adalah titik sentralnya bulan Ramadan. Bukan hanya berpuasa yang mendatangkan ampunan, akan tetapi harus menghadirkan iman dan ihtisab. Dengan keyakinan bahwa Allahlah yang mensyariatkan larangan berpuasa bagi wanita yang sedang berhadas, maka yang hadir adalah hanya rasa rida dan senang karena telah mematuhi perintah Allah, dan ini bernilai ibadah serta diberi ganjaran pahala.

Kedua, menjaga amalan wajib selain salat dan puasa yakni taat kepada suami. Tidak sedikit para istri terlena dengan kewajiban yang satu ini karena terfokus dengan hak-hak Allah saja, sedangkan hak suami terabaikan. Maka jadikanlah Ramadan ini sebagai momentum ketaatan kepada suami yang akan mengantarkan kepada surga, sebagaimana sabda Nabi saw., ”Jika seorang wanita menunaikan salat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadan, menjaga kemaluannya, dan menaati suaminya; niscaya akan dikatakan padanya, “Masuklah ke dalam surga dari pintu mana pun yang kau mau.” (HR. Ahmad dari Abdurrahman bin ‘Auf r.a. dan dinyatakan hasan oleh Syekh Al-Albany)

Ketiga, menjaga lisan, telinga, dan diri dari hal yang haram. Karena hal ini akan membuat puasa seseorang sia-sia sebagaimana hadis Nabi saw., "Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan berbuat dengannya, maka Allah tidak butuh pada amalannya meninggalkan makan dan minumnya." (HR. Bukhari, Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi)

Hadis ini menunjukkan bahwa puasa seharusnya menjadi sarana untuk memperbaiki diri dan sebagai momentum menahan diri dari perilaku buruk dan maksiat. 

Keempat, kaum ibu dapat melakukan sedekah dan perbanyak istighfar sebagaimana Nabi bersabda dalam penggalan sebuah hadis, “Wahai wanita, bersedekahlah dan perbanyaklah beristigfar (mohon ampun kepada Allah) karena sungguh aku melihat kalian sebagai penghuni neraka yang paling banyak.”

Kelima, bacalah Al-Qur’an dan berzikirlah karena aktivitas ini terbilang mudah untuk dilakukan. Kaum ibu dapat membuat jadwal kapan sesi membaca Al-Qur’an dan kapan sesi tadabur Al-Qur’an. Kita semua punya jatah waktu yang sama yaitu 24 jam dan tidak sedikit kaum ibu dengan ujian dan kesibukannya yang berbeda-beda, akan tetapi tetap dapat mengkhatamkan Al-Qur’annya selama di bulan Ramadan. Demikian juga untuk dapat berzikir dapat dilakukan di mana dan kapan saja.

Keenam, menjaga amalan sunah. Untuk dapat melaksanakannya saat Ramadan menjadi tantangan tersendiri seperti menambah rakaat salat duha, konsisten dengan salat rawatib, tahajud, dan terlebih salat tarawih. Kaum ibu harus melaksanakannya dengan penuh syukur karena tidak semua ibu dapat melaksanakannya sebagai jihadnya seseorang di malam hari.

Khatimah

Amanah menjadi istri sekaligus ibu bagi anak-anak, merupakan status yang tidak semua wanita dapatkan. Maka awali setiap kondisi dengan rasa syukur dan sabar. Karena ketika Allah menetapkan sebuah takdir untuk hamba-Nya, Allah sudah lebih dulu menyiapkan kekuatan baik fisik maupun mental bagi hambanya. 

Dengan terus menggali ilmu, maka  hal ini akan mengantarkan terbukanya pintu-pintu kebenaran dan kemudahan dalam menjalani takdir kehidupan. Terkhusus bagi kaum ibu, teruslah semangat untuk meraih lumbung-lumbung pahala selagi masih dalam bulan suci Ramadan yang di dalamnya semua aktivitas bernilai ibadah. 

Prioritaskanlah iman dan amalan hati untuk tetap dapat meraih gunungan pahala dan jadikanlah Ramadan ini sebagai momentum ketaatan kita kepada Allah, Rasul, dan ketaatan pada suami. Karena terpenuhinya hak suami, akan mengantarkan ridanya untuk istri yang hal ini akan mendatangkan ridanya Allah ‘azza wa jalla dengan menghadirkan kemudahan-kemudahan dalam menjalani aktivitas sebagai seorang ibu. Wallahualam bissawab. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: