Headlines
Loading...
Ramadan Tanpa Junnah, Ternoda oleh Zina

Ramadan Tanpa Junnah, Ternoda oleh Zina


Oleh. Ummu Qanita
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Ramadan adalah bulan mulia, bulan penuh berkah, bulan diturunkannya Al-Qur'an. Seluruh umat muslim dunia menyambutnya dengan begitu gembira, berlomba untuk meraih predikat takwa.

Akan tetapi, tidak semua muslim  memahami makna penting Ramadan. Sehingga bulan Ramadan disikapi dengan biasa saja. Bahkan rela menodai kesucian bulan Ramadan dengan maksiat.

Sebagaimana berita yang sedang viral di media sosial. Diketahui bahwa seorang siswi SMK negeri di Medan berinisial AL telah melakukan tindakan yang sangat memalukan. AL tertangkap kamera CCTV melahirkan dengan posisi berdiri di sebuah warung. AL melahirkan tanpa bantuan medis. Setelah melahirkan, si bayi dibuang begitu saja di pemukiman warga. Hal ini ia lakukan karena malu tidak mengetahui siapa ayah dari si bayi, sebab perbuatan zina itu ia lakukan dengan lima lelaki. Kejadian itu membuat heboh warga sekitar (Surya.co.id, 14-3-2025).

Sungguh miris dan sangat memalukan, kejadian ini telah menodai kesucian bulan Ramadan. Di mana seharusnya sebagai seorang muslim menjadikan bulan Ramadan sebagai momentum meningkatkan amal ibadah, sebab ada keutamaan yang Allah berikan di dalamnya.

Perzinaan, Budaya Sekuler Kapitalis

Peristiwa siswi melahirkan di luar pernikahan, bukan kali pertama ini terjadi. Hal ini menggambarkan begitu rusaknya tata pergaulan dan lemahnya sanksi hukum yang diterapkan sehingga tidak menimbulkan efek jera kepada para pelaku zina.

Media sosial yang begitu fulgar, mempertontonkan adegan mesum tanpa batas menjadi pemicu terangsangnya naluri seksual bagi siapa saja yang melihatnya, tak terkecuali anak-anak. Kemudian, kurangnya pendampingan dari orang tua terhadap anak mereka dalam mengontrol pergaulan dan tontonan.

Ditambah lagi dengan peraturan yang melegalkan tempat-tempat prostitusi dengan kelas bintang empat dan bintang lima. Negara tidak lagi memperhatikan efek buruk dari pelegalan tersebut karena tidak berstandarkan halal dan haram. Karena sistem sekuler kapitalis hanya mengenal kebebasan dan keuntungan individu. Sehingga peraturan yang diberlakukan tidak lain demi mendapatkan keuntungan, dalam hal ini adalah pemasukan pendapatan lewat pajak.

Ramadan Butuh Junnah

Setiap muslim yang beriman dan bertakwa, akan sangat terganggu ketika mengetahui kemaksiatan masih tumbuh subur di bulan Ramadan. Keinginan untuk khusyuk dalam ibadah menjadi kurang terasa nikmat saat menyaksikan maksiat menari di depan mata.

Keinginan untuk menjaga diri dari zina mata tak mampu terelakkan saat aurat bertebaran bak kupu-kupu malam yang siap mencari mangsa.

Ramadan sebagai bulan yang mulia harusnya mendapat perhatian besar dari negara. Kewajiban negara adalah memberi dan menjaga keamanan serta kenyamanan warganya yang sedang menjalankan ibadah puasa. Melarang dan menutup tempat prostitusi baik yang berbintang ataupun tidak. Melarang dan menutup channel media sosial yang mengandung pornografi, serta melarang bertebaran aurat di depan umum. Hanya saja hal ini mustahil dilakukan oleh negara yang masih menganut sistem sekular Kapitalis.

Islam, Problem Solver

Islam dengan keyakinan dan seperangkat aturannya yang hadir sebagai problem solver, tidak diragukan lagi akan mampu menghentikan dan memutuskan budaya zina di masyarakat. Baik di bulan Ramadan ataupun tidak.

Kesempurnaan aturan yang diberlakukan akan menjamin kesucian bulan Ramadan. Tidak akan ada yang bermain-main dalam menjalankan ibadah puasa, tidak akan ada yang tersibukkan bekerja mencari cuan. Tidak akan ada yang melakukan kemaksiatan apa pun apalagi zina.

Negara akan menerapkan aturan Islam,  menjaga pergaulan, menjamin kesejahteraan, juga memberikan sanksi yang tegas terhadap pelakunya.

Sanksi yang diberlakukan akan memberikan efek jera dan mencegah terjadinya zina serta sebagai penghapus dosa. Pelaku zina yang belum menikah akan  dicambuk 100 kali dan bagi yang sudah menikah akan dihukum rajam dengan disaksikan dan dilempari batu oleh siapapun yang melihat hingga meninggal.

Apabila sanksi ini diberlakukan tidak akan ada lagi perzinaan, baik di dalam maupun di luar bulan Ramadan. Tidak akan ada bayi yang terbuang dan tidak akan ada naluri keibuan yang musnah.

Dengan terputusnya budaya zina, maka akan terjagalah nasab. Terjaga pula keimanan setiap muslim. Keinginan untuk khusyuk menjalankan ibadah puasa juga terwujud.

Sekarang yang menjadi persoalan adalah siapakah yang siap untuk menjadikan dirinya bagian dari orang-orang yang memperjuangkan penerapan Islam? Berkorban dengan penuh keikhlasan dan royal bergerak menjalankan cita-cita agung yang penuh onak dan duri.

Saudariku, sudah saatnya kita menunjukkan status kita sebagai muslim yang beriman. Benci dan cinta karena Allah menjadi motivasi untuk meninggalkan kemaksiatan. Menyeru penerapan Islam sebagai bukti bahwa kita mencintai Allah dan Rasul-Nya. Ramadan bulan perjuangan menjadi momentum semangat menuju perubahan secara sempurna.

Akhirul kalam, semoga Ramadan tahun ini adalah Ramadan terakhir tanpa penerapan Islam kafah. [ry].

Medan, 18 maret 2025

Baca juga:

0 Comments: